"Jangan sentuh," desis seorang pria lantas menarik dengan kasar jas dari tangan wanita yang tak berani menatapnya.
Sebelum masuk ke kamar mandi pria tersebut menatapnya sinis lalu berkata, "Kamu tidak menikah denganku, tapi dengan uang ayahku."Tak lama terdengar bantingan pintu yang ditutup dengan kasar, seperti biasa pria itu akan menghabiskan waktunya cukup lama di kamar mandi. Itu lebih bagus ketimbang melihat wanita yang sangat dibenci olehnya.
Entah apa yang dipikirkan wanita itu hingga mau menerima begitu saja penawaran untuk menjadi istrinya, sungguh dia jijik harus menikah dengan pembantu ayahnya. Kesampingkan jabatan wanita yang dipilih sebagai istri menggantikan mempelai yang sampai detik ini tidak diketahui keberadaannya, sehebat apapun jabatannya di perusahaan ia tak peduli. Yang diketahuinya dia cuma pelayan, yang mau melakukan apapun demi uang.
Mereka tak sebanding, jangankan martabat warna darah mungkin juga tidak sama. Lalu ayahnya.... sudah lah! Pria tersebut tidak ingin menganggu waktunya dengan memikirkan orang-orang itu.
Wanita tersebut baru mengangkat kepalanya dan melihat ke arah pintu dengan tatapan datar. Yang dilakukannya perintah, ia tak punya alasan menolak dan tidak berhak marah atas perlakuan Rumi Jauhari Syah, putra sulung dari laki-laki yang berstatus atasannya selama sepuluh tahun lebih.
Keluar dari kamar, Amala Prameswari--wanita berusia 29 tahun menemui ayah mertuanya seperti titah setengah jam yang lalu.
"Markus menghubungimu?"
"Sudah, jam sepuluh besok saya inspeksi ke tempat acara."
Mahmud Syah mengangguk, ia tak perlu meragukan hasil kerja Amala. Sepuluh tahun lebih melihat kegigihan wanita yang telah dijadikan menantunya tak sekalipun dia mengecewakan.
"Acara ini juga melibatkanmu dan Rumi, beliau berhalangan saat pernikahan kalian."
Amala mengangguk hormat, selesai pembicaraan singkat ia keluar dari ruang kerja ayah mertuanya.
"Ayah memanggilmu?" suara ibu mertua terdengar, usai menutup pintu Amala menoleh pada beliau.
"Iya."
"Pekerjaan?"
"Peresmian gedung baru, Ibu sudah mendengarnya?"
Ibu mengangguk, tapi beliau kurang tertarik pada urusan pekerjaan suami, anak dan menantunya jadi tidak bertanya lebih lanjut soal itu.
"Bagaimana dengan Rumi?" mata wanita paruh baya namun masih sangat cantik itu terlihat khawatir. "Dia masih mendiamkanmu?"
Amala tidak pernah berpikir akan seperti apa rumah tangganya dengan putra Mahmud Syah, terlibat di keluarga ini sepenuhnya karena urusan pekerjaan walaupun tak jarang ia membantu beberapa urusan rumah tangga saat berada di rumah megah itu.
Kegiatannya di rumah itu murni karena rasa terima kasihnya pada sosok atasannya, bahkan ia tak bisa menolak ketika menerima menerima perintah untuk menjadi peran pengganti.Wanita itu juga tidak tahu apa-apa tentang Rumi, seperti apa laki-laki itu pun tidak diketahui. Masing-masing mereka punya urusan sendiri, jadi bisa dikatakan jarang berpapasan. Tapi dia mengenal wanita yang menyebabkannya menjadi peran pengganti, karena Amala salah satu di antara beberapa orang yang menyiapkan acara pertunangan yang cukup mewah satu tahun yang lalu.
"Anak itu!" Mahra--istri Mahmud Syah geram melihat putranya. "Sampai kapan dia akan mendiamkanmu, aku harus membuatnya tahu diri."
Amala tidak pernah mengadu, tidak juga melibatkan diri pada setiap masalah yang terjadi di keluarga besar Mahmud Syah. Pernikahan ini adalah perintah, bukan keinginan hati apalagi suka sama suka jadi akan dijalanin dengan tanggungjawab penuh.
![](https://img.wattpad.com/cover/341082885-288-k221652.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMERAN PENGGANTI
RomanceDia bukan wanita yang dipuja oleh lelaki itu tapi diberikan status mulia di tengah keluarga Mahmud Syah, namun se-mulia apapun mereka memperlakukannya Amala tidak akan lupa jika dirinya hanya pemeran pengganti.