Ravenna 12

1.4K 177 2
                                    

Makasih, ya, sayang-sayangku yang selalu dukung dan ngikutin cerita Ravenna.

Cek atau follow profilku, dong, biar kalian dapet info ada cerita-cerita baru, yeay!

Enrico benar-benar mengerjaiku! Ternyata bukan hanya menemaninya hadir di acara peluncuran produk baru, tetapi kami malah bermalam di Singapura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enrico benar-benar mengerjaiku! Ternyata bukan hanya menemaninya hadir di acara peluncuran produk baru, tetapi kami malah bermalam di Singapura. Sedangkan di pagi buta, dia malah mengajakku bercinta. Tubuhku seakan susah digerakkan saat ini. Sangat lelah.

Aku tak sampai hati menolak keinginannya. Enrico memperlakukanku dengan sangat baik. Ketika aku kesal karena harus bermalam di Singapura, dia mengajakku berjalan-jalan. Pria itu seperti melakukan apa pun agar amarahku reda. Dia bukan sosok yang egois kurasa. Meski pemaksa, dia tetap berusaha membuatku nyaman.

"Kamu bisa tidur dulu," usul Enrico, setelah kami sudah berada di pesawat kelas bisnis.

"Capek, Mas. Tapi nggak ngantuk," aduku. "Boleh makan kue aja, nggak, sih?"

Enrico terkekeh. "Boleh aja. Mau makan apa?"

Ketika aku sedang memikirkan kudapan apa yang ingin kupesan, Enrico memanggil seorang pramugari. Dia menawarkan beberapa camilan dan aku memesan salah satunya. Sementara Enrico terlihat tak keberatan jika aku makan atau menonton film. Dia hanya menyelesaikan beberapa pekerjaan hingga pesawat yang kami tumpangi, mendarat di Jakarta.

Tak ingin menjadi pribadi yang manja, aku segera ke kantor setelah bersiap-siap dari rumah. Enrico sendiri justru mengatakan akan ke luar kota dengan Bram untuk urusan pekerjaan. Syukurlah dia tak memintaku menemaninya kali ini. Aku bisa fokus dengan pekerjaanku.

Cukup kesulitan dengan pekerjaan karena terus terang, aku belum berpengalaman. Akan tetapi, aku masih bersemangat untuk belajar menyelesaikan tugasku dengan baik. Aku masih muda dan baru menyelesaikan pendidikan. Jalanku masih panjang.

Enrico menjadi sosok yang menginspirasiku. Dia bekerja dengan keras, maka setidaknya aku bisa merasakan bagaimana jerih payahnya menjalankan perusahaan. Jika nanti kami punya anak, mungkin rencana hidupku juga berubah. Bisa jadi aku tetap bekerja meski sudah memiliki anak. Tak terasa, bibirku tersungging memikirkan tentang anak-anak di usia pernikahan kami yang masih sangat dini.

***

"Mas, aku mau nanya sesuatu," ucapku, di suatu pagi ketika aku dan Enrico sarapan.

"Ya."

"Mas, dengerin dulu."

Enrico melihatku sejenak. "Aku dengerin."

"Aku, kan, kerjanya di kantor mulu. Tapi Mas sering pergi-pergi. Kayaknya, mending aku pake mobil sendiri, deh. Jadi, nggak nunggu Mas dulu. Mas juga nggak usah jemput aku."

Baru dua minggu bekerja, aku mulai malas menggunakan taksi atau harus menunggu Enrico menjemput. Apa aku keterlaluan?

Setelah menaruh ponsel di meja, Enrico menatapku. "Kita ada mobil lagi. Tinggal pake sopir."

RAVENNA - The Gold Digger || bad girl seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang