12 Hijrah

10 8 0
                                    

Kini aku sudah menginjak umur 14 tahun. Banyak hal baik yang terjadi padaku, khususnya Nura yang telah melahirkan anak pertama untukku. Seorang bayi laki-laki dengan rambut putih seperti ibunya dan mata ular keemasan sepertiku. Dia kuberi nama Nurain Kobra. Mata yang bercahaya. Lalu kebahagiaan itu bersambung hingga tiga bulan kemudian, karena Layla akhirnya hamil.

Aku merasa sedang menjalani masa-masa paling membahagiakan dalam hidupuku, hingga Tuhan mencoba mengingatkanku kembali dengan masalah utamaku di dunia ini. Enam bulan setelah kehamilan Layla diketahui, kami menerima sebuah cobaan yang membuat orang-orang yang dulunya kuanggap teman, langsung berubah menjadi musuhku.

Satu bulan yang lalu, kami menerima kabar bahwa Falias sang Dewa Cahaya ingin berkunjung ke Serikat Kobra untuk memberi penghargaan atas pencapaian Kobra. Dia sudah berencana untuk datang tahun lalu, tapi dibatalkan karena saat itu aku sedang di Clarencia, dan keadaan Layla sedang kurang baik. Untuk tahun ini, kami tidak lagi memiliki alasan untuk menolak kedatangannya.

Jujur saja, aku tidak ingin menemuinya. Aku yang tidak menganggapnya sebagai Tuhan seperti yang lainnya akan lebih baik untuk berada jauh darinya. Tapi aku juga tidak bisa membuat Layla menghadapinya sendiri, terlebih saat perutnya sudah membesar. Aku hanya berharap jika tidak ada masalah yang akan terjadi.

Sayangnya, Tuhan ingin aku untuk mengalami itu. Seolah ingin mengetes keyakinanku pada-Nya.

Saat Falias mulai memasuki wilayah Ashifa, orang-orang langsung bersujud kepadanya. Tubuhnya lebih tinggi dari Hajar, dengan kulit putih yang mengeluarkan cahaya keemasan, dan 6 sayap berbulu putih, berjalan dengan kaki telanjang ke arah rumah kami. Dia hanya menggunakan kain tipis yang menutupi organ intimnya. Seolah dengan sengaja memperlihatkan tubuhnya agar semua orang kagum melihatnya layaknya sebuah seni.

Falias tiba di depan rumah. Hebi dan para pelayan langsung bersujud. Semua orang melakukannya, terkecuali aku.

"Bersujudlah." Ucapnya dengan suara yang menggema sambil menunjukku.

"Aku menghormatimu, Dewa Falias. Tapi maaf. Aku memiliki keyakinan tersendiri yang agak berbeda. Aku tidak bisa menyentuhkan dahiku ke tanah untukmu."

Semua orang nampak kaget mendengar ucapanku. Bahkan paman Jadzibiya nampak tidak percaya mendengar itu. Hanya aku dan Falias yang ekspresinya tidak berubah. Kami berdua sama-sama tidak akan bisa saling menghormati.

Falias kemudian terbang dan menghilang dalam cahaya. Orang-orang langsung berdiri dan mulai memarahiku, mereka bilang jika aku telah membawa kemarahan sang Dewa.

Mereka yang selalu kubantu dan berbalas senyum denganku itu seketika memusuhiku. Mereka tidak bisa menerima keyakinanku yang berbeda. Hanya keluarga dan sahabatku yang masih menerimaku.

Nura dan kedua saudariku, Syaima serta Annisa pindah ke rumahku dan Layla untuk menghindari massa yang mungkin marah padaku. Hajar yang memiliki tubuh besar masih aman berada di luar walau ladang kami sempat dirusak. Crow malah kagum dengan keberanian, walau Rala dan Gil nampak takut. Lalu aku juga mendapat dukungan dari Clarencia yang mendengar berita itu.

Kejadian itu juga membuat kepercayaan kepada Serikat Kobra menurun, walau Layla nampak tidak mempedulikannya.

Sebulan dalam pengasingan, paman Jadzibiya kembali datang untuk memberi tahu kami pinalti yang diberikan oleh Falias.

"Pergilah ke Tara dan bersujudlah di hadapannya di Kuil Utama Lia Fail. Jika kau melakukannya, Falias akan memaafkanmu. Jika tidak, maka kau tidak bisa tinggal di Terra Santa lagi."

Semua yang mendengar itu nampak terkejut atas ancaman yang diberikan oleh Falias. Biasanya hukuman yang diterima atas pencelaan itu adalah pengasingan ke Clarencia. Falias benar-benar menganggapku telah menghinanya.

"Maaf paman. Tapi seperti yang sudah kubilang di depannya, aku tidak akan pernah sujud kepada Dewa manapun. Aku tidak bermaksud menghinanya. Ini hanya masalah perbedaan keyakinan."

"Dan perbedaan itu yang akan membuatmu berpisah dengan keluargamu."

"Kami tidak akan meninggalkannya," jawab yang lainnya. "Jika dia pergi, maka kami juga akan ikut."

Paman menghela nafas. "Entah kenapa aku sudah menebak ini akan terjadi. Perbedaanmu itu memang membuatmu spesial, tapi itu juga yang akan membuatmu dimusuhi. Tapi aku akan menghormati keputusan dan keyakinanmu itu. Aku tidak bisa membantumu sepenuhnya, tapi aku akan berusaha memberimu waktu sebelum Falias menghukummu langsung."

"Terimakasih, paman."

Setelah paman pergi, yang lain mulai bersiap menyiapkan barang untuk kepergian. Aku pergi ke kamar untuk menemui Layla yang juga sedang berkemas.

"Layla-"

"Diamlah. Jika kau ingin memintaku tetap tinggal karena perutku ini, maka diamlah. Aku tidak akan membiarkanmu lepas dariku lagi."

Aku langsung memeluk wanita itu. "Kau adalah wanita terbaik yang bisa kudapatkan."

Saat semuanya sudah siap, Layla mengumpulkan semuanya untuk rapat. Pertama, dia meminta Hebi untuk tetap tinggal bersama Trio Singa dan para pelayan demi mengurus Serikat Kobra. Dia tidak ingin kepergiannya membuat Serikat yang bisa membantu banyak orang itu lenyap begitu saja.

Jadi yang akan pergi dari Terra Santa adalah aku, Layla, Nura dan Nurain, Syaima dan Annisa. Terakhir adalah Hajar. Lalu yang terpenting, tujuan kami.

"Kita akan ke Asfari," ucap Layla dengan yakin.

"Eh? Bukanlah itu wilayahnya Raja dan Dewa Gila itu?" Crow nampak terkejut.

"Benar. Aku punya kenalan dekat disana. Dia pasti bisa membantu kita."

"Tapi tetap saja akan melewati wilayah mereka kan?" tanggap Hajar. "Selain itu, diluar Terra Santa nampaknya sedang terjadi perang yang besar-besaran. Akan berbahaya mencoba melewati mereka begitu saja."

"Kita tidak akan ke jalan utama," jelas Layla. "Kita akan melewati Hutan Sentaurus yang tidak pernah diperhatikan dan mencoba sedekat mungkin dengan ibukota Asfari. Penduduk Hutan Sentaurus akan membiarkan kita lewat selama kita memberi mereka hadiah."

"Hutan Sentaurus.. Bukannya kau berasal dari hutan itu, Rala?" tanya Gil kepada gadis Trio Singa.

"Eh!? Iya sih. Tapi aku tidak ingin kembali kesana," ucap gadis itu.

"Ayolah, Rala! Tugas Trio Singa adalah memberi bantuan kepada yang membutuhkan kan?" Crow mencoba membujuknya.

"Iya-iya, aku antar!"

"Baiklah. Kalau begitu, ayo kita pergi!"

Setelah berpamitan dengan penghuni Serikat Kobra, kami berangkat malam itu juga. Kami hanya membawa dua kereta kuda. Satu diisi oleh aku sebagai kusir, lalu Layla, Syaima, dan Rala yang akan menunjukkan jalan. Satunya diisi oleh Hajar yang menjadi kusir, lalu Nura dan anak kami, serta Annisa.

Sebelum keluar dari Terra Santa, kami singgah sejenak di Clarencia. Banyak dari mereka yang ingin ikut denganku. Termasuk ketiga pembesar Clarencia saat itu. Dua kembar Romulus dan Remus, Georgius, dan Raizen. Tapi aku meyakinkan mereka untuk bersabar hingga aku mendapatkan tempat yang benar-benar layak untuk semuanya.

Setelah berpamitan dengan semuanya. Juga Crow dan Gil yang akan kembali ke Ashifa, kami pergi ke luar Terra Santa menuju tanah baru.

-------

12 Hijrah
05-05-2023
26-05-2023 (Revisi)

1030 kata

Saint Reincarnation (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang