13 Melarikan Diri

11 10 0
                                    

Ada dua jalan yang bisa dilalui untuk menuju pusat Asfari. Salah satunya adalah Hutan Sentaurus yang berada di dekat Clarencia. Hutan itu dianggap cukup berbahaya untuk dilalui. Tapi untuk saat ini, hutan itu adalah jalan teraman kami.

Dibimbing oleh Rala dari Trio Singa, kami yang baru keluar dari wilayah Lialand segera menuju ke arah hutan itu. Hutan itu cukup lebat dan nampak sekali jika tidak biasa dilewati oleh kuda.

Kami berjalan melewati hutan yang senyap, hingga tiba-tiba saja, banyak orang yang berkulit coklat telah mengepung kami.

Rala kemudian turun dan mencoba berbicara dengan mereka. Melihat dari warna kulit dan rambut mereka yang sama, aku bisa menduga jika Rala memiliki asal usul yang sama dengan mereka.

Negosiasi Rala dan hadiah yang sudah disiapkan oleh Layla membuat kami disambut baik oleh orang-orang itu. Mereka bahkan memberikan kami makanan dan juga tempat istirahat sementara.

Menurut Layla, mereka adalah Sentaur. Salah satu ras asli Asfari sebelum Dewa Gila mengusir mereka ke hutan karena tidak menyukai warna kulit mereka. Para Sentaur tidak diperbolehkan mendekati istana, atau mereka akan ditangkap layaknya binatang dan dijadikan budak.

Mereka tidak berbeda dengan manusia lainnya. Agak menyedihkan bagaimana warna kulit bisa menentukan rendahnya derajat seseorang.

"Mereka ramah.. Bagaimana jika kita tinggal di sini saja?" Aku mencoba bercanda dengan Layla.

"Kau bercanda kan? Aku tidak ingin hidup seterusan di hutan. Aku juga tidak mau anak kita tumbuh tanpa tahu dunia luar."

"Aku bercanda, hm. Tapi begitulah kenyataan yang saat ini mereka hadapi."

"Aku tahu kau sangat ingin membantu mereka. Tapi pikirkanlah dulu anak kita."

"Itu akan selalu menjadi prioritasku." Aku lalu menciumnya. "Ngomong-ngomong, siapa yang harusnya kita temui?"

"Pamanku, Teodor. Ayah Hebi yang juga menjadi kepala pelayan untuk Raja Gila."

"Jadi Hebi itu sepupumu?"

"Mereka sudah menjagaku dari kecil."

"Kau seperti seorang putri kerajaan saja."

"Memang," jawab Layla walau tatapannya agak menyedihkan. Seolah hal itu mengingatkannya pada masa yang buruk.

"Itu tidak mengejutkanku. Dari awal kau memang nampak berbeda dari perempuan lainnya."

"Ayahku, Heraklius adalah Raja Asfari sebelumnya. Saat perang pecah di daratan utama, Dewa Gila itu ingin ayah untuk ikut berperang. Tapi ayah menolak, Dewa itu-pun mengangkat Caligula, kakak ayah yang ditahan karena suka membuat kekacauan menjadi raja baru,

"Caligula membunuh ayahku dan mencoba menculikku. Berkat mata mistis, aku berhasil kabur. Lalu paman Teodor yang mengirimku bersama Hebi ke Terra Santa. Aku tidak pernah menyangka akan kembali kesini."

Aku memeluk Layla. "Pasti ada alasannya kenapa Tuhan menuntun kita kemari. Kita bersabar saja dan lakukan apa yang harus kita lakukan untuk anak kita. Semuanya pasti akan baik-baik saja."

Kami tinggal bersama para Sentaur sembari menunggu jawaban yang dikirim Layla ke pamannya, Teodor lewat Burung Gurun. Dan saat jawaban itu datang memberitahu bahwa Teodor mau membantu, kami-pun berpamitan dengan para Sentaur dan pergi ke Iliya.

Memasuki Iliya, Teodor yang sudah menunggu kami dengan segera membawa kami ke kediamannya.
Sang paman sempat kaget melihat perut besar Layla.

Di rumah Teodor yang cukup besar itu, Layla menjelaskan keadaan kami. Dia tidak mengatakan jika akulah penyebab kepindahan ini, dan berdalih bahwa ini adalah keputusan bersama.

Saint Reincarnation (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang