Chapter 2 : Plan to Change Destiny

37 8 2
                                    

RACUN yang Amelia genggam itu tampak seperti minuman menyegarkan di matanya. Ia sudah tak sanggup lagi dengan semua penderitaan yang dialaminya. Amelia ingin segera mengakhiri kehidupan agar bisa segera bertemu keluarganya. Tanpa ragu ia meminum racun tersebut. Tak lama kesadarannya pun terampas, hingga netra itu tak lagi bisa melihat berkas cahaya.

Kegelapan menghampiri. Di dalam bawah sadarnya, ia merasa terpanggil oleh sesuatu. Rasanya begitu aneh, karena suara samar itu begitu ia kenali. Amelia perlahan mendekat, sembari mencari sang pemilik suara. Namun makin dalam ia berlari, suara itu perlahan tergantikan oleh kotak cahaya yang makin melebar. Jantungnya berdegup kencang tak lama ia membuka kedua matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah ruangan putih yang penuh dengan alat medis.

Pintu ruangan terbuka, dan ia dapat melihat kedua orang tuanya. Ia mengira ini adalah mimpi dan berharap mimpi ini tidak berakhir. Kedua orang tuanya mendekati Amelia dan menanyakan tentang keadaannya.
"Putri ayah, apa ada yang sakit?" tanya Kevin, sang ayah dengan raut wajah yang khawatir dan cemas.
Karina, ibu Amelia pun menangis karena seluruh tubuh putrinya tertempel alat-alat medis. Amelia merasa bingung kenapa tubuhnya tidak bisa digerakkan dan suasana sekitarnya terlalu nyata untuk sebuah mimpi.
Amelia perlahan menatap sekelilingnya, hingga netra kecil itu menemukan sebuah kalender. Di sana tercantum tanggal 30 Mei 2022. Seketika ia mencoba mengingat apa yang terjadi padanya di hari 30 Mei 2022.
Bukannya itu tanggal saat aku masuk

rumah sakit, sebenarnya apa yang terjadi. Apakah aku kembali ke masa lalu, batin Amelia.

Tak lama ia akhirnya menyadari, bahwa ia kembali ke masa lalu. Amelia pun bertekad untuk menyelamatkan keluarganya. Dua bulan telah berlalu, ia pun sudah diperbolehkan untuk pulang. Keadaannya juga sudah membaik, tetapi ia tetap harus banyak istirahat.

***

Sesampainya di rumah, mereka disambut oleh keluarga dan juga Reza Dirgantara. Suasananya begitu harmonis, membuat Amelia makin antusias dan sangat bahagia. Perlahan tubuh itu mulai pulih, dan dia berencana untuk segera belajar hal-hal tentang dunia bisnis untuk menyelamatkan apa pun yang paling ia sayangi di masa depan nantinya.

***

Amelia kini tengah berada di rumah Reza Dirgantara. Ia ingin meminta sahabatnya untuk mengajari segala hal yang berkaitan dengan bisnis. Ia sangat yakin dengan permintaannya itu karena Reza juga salah satu pengusaha terkenal di kotanya.
Tak lama Reza pun datang, kemudian langsung mengacak-acak rambut Amelia.
"Ada apa Melmel, tumben mau ketemu sama aku?" tanya Reza yang terheran karena Amelia sangat jarang menemuinya semenjak lulus kuliah.
Amelia memperbaiki rambutnya sembari memasang raut wajah cemberut.
"Aku ingin belajar berbisnis dan Zaza harus mengajarkanku segera," jawab Amelia.
"Kamu serius ingin belajar bisnis? Bukannya kamu membenci tentang hal-hal yang berhubungan dengan bisnis?" tanya Reza meyakinkan karena ia sangat memahami karakter Amelia dari dulu.
"Aku bersungguh-sungguh, Zaza. Aku sangat ingin meneruskan bisnis keluargaku," jawab Amelia dengan membara yang membara.
Reza termenung sejenak sebelum menyahuti permintaan Amelia.
"Kamu sedikit aneh, Mel. Semenjak kecelakaan itu, kau seperti menjadi orang yang berbeda," ungkap Reza spontan.
Amelia yang mendengar itu langsung membeku di tempat. Wajar saja karena Reza sudah memahami dirinya yang notabene benci berbisnis dari dulu. Namun Amelia tak menyerah, ia masih berusaha merayu sahabatnya itu.
"Kamu ngomong apa sih Za. Aku, 'kan, cuman ingin berubah saja. Salahkah?" ungkap Amelia dengan nada yang sedikit gugup.
Reza yang mendengar itu pun berusaha untuk percaya, walaupun tingkah laku Amelia masih terasa sangat aneh baginya.
Mereka langsung bergegas pergi ke ruang kerja Reza untuk mempelajari apa pun yang Amelia ingin ketahui tentang berbisnis. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, Amelia yang sudah merasa puas pun bergegas berpamitan dengan Reza. Lelaki tegap itu sempat ingin mengantarkan pulang, tetapi Amelia dengan lembut menolaknya.

***

Di perjalanan pulang Amelia tak sengaja melihat Putra. Kebencian dalam matanya begitu terpancar. Ingin rasanya ia menabrak Putra, tetapi ia tidak ingin mengambil risiko yang begitu besar. Apalagi sampai harus berurusan dengan kepolisian. Karena tak sanggup melihat Putra, akhirnya ia langsung menancapkan gas dan pergi dari sana.
Begitu tiba di rumah, ia langsung berlari memasuki kamar. Amelia tak mampu menahan air matanya, hingga berakhir menangis dengan raungan yang makin mengeras. Sejujurnya ia masih memiliki rasa cinta kepada Putra, tetapi mengingat semua hal yang telah dilakukan pria itu sebelumnya berhasil membuatnya enggan dan mengubur rasa itu tak bersisa. Amelia ingin sekali langsung membalas Putra seperti perlakuannya. Ia tahu bahwa ia salah, tetapi ia juga tak punya pilihan lain selain mengubah takdir yang telah terjadi.

***

Pagi harinya Amelia sedang berkumpul dengan keluarganya. Ia mencoba memberanikan diri, untuk meminta pada ayahnya agar ia dapat memegang perusahaan keluarganya.
"Ayah, apa boleh Melmel mengambil alih perusahaan keluarga kita?" tanya Amelia sambil menundukkan kepalanya.
"Iya, boleh. Apa kamu yakin? Kalau kamu memang sudah siap, silakan, tetapi jangan terlalu kecapean ya. Seorang putri juga tidak boleh menundukkan kepalanya. Nanti mahkotanya jatuh, lho," jawab Kevin, kemudian mengusap kepala Amelia.
Amelia yang mendengar jawaban sang Ayah pun sangat senang. Ia memeluk ayahnya sambil berkata, "Aku sayang ayah. Ayah memang yang paling terbaik."
"Jadi ibu enggak yang terbaik ya?" celetuk sang mama yang telah tiba membawa sepiring kue cokelat kering.
"Ibu juga yang terbaik, hehehe," jawab Amelia sembari cengengesan.
Orang tuanya hanya mampu terkekeh ketika melihat sikap lucu Amelia. Kemudian mereka bertiga pun langsung berpelukan bersama.

***

Amelia pun langsung kembali ke kamarnya. Ia perlahan menyusun satu persatu rencana yang akan ia lakukan. Sekarang tugasnya hanya tinggal memecat beberapa orang yang berkhianat dalam perusahaan keluarganya.

Lihat saja. Siapa yang akan berkuasa dan menuntut balas!

Back To The Past (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang