Chapter 9 : Return of the Old Ones

3 2 0
                                    

GELAP gulita menyelimuti kamar Amelia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


GELAP gulita menyelimuti kamar Amelia. Ia sedang tertidur dengan begitu gelisah. Tak lama ia terbangun dengan napas yang memburu.

“Sial! Kenapa aku terus bermimpi hal itu? Sungguh sangat menyebalkan. Aku harus meminum obat lagi agar bisa tidur nyenyak!”

Menjambak rambutnya dengan keras, lalu mengambil obat di atas meja dan meminumnya. Tak lama kesadarannya pun menghilang.

          ***

Di alam bawah sadar Amelia bertemu dengan Putra. Ia tanpa pikir panjang menghampiri dan memeluk erat Putra, kemudian ia melepaskan pelukan tersebut.

“I-ni be-nar kamu, kan, Putra?” tanya Amelia terbata-bata.

Putra tersenyum sambil mengelus rambut Amelia. “Iya, ini aku Amel. Aku ingin berpamitan untuk yang terakhir kalinya.”

“Kamu ingin ke mana Putra?” tanya Amelia.

“Aku akan pergi ke tempat yang sangat jauh,” jawab Putra.

Tak lama cahaya menyinari tubuh Putra, bersamaan dengan tubuhnya perlahan mulai menghilang.

“Putra! Jangan pergi! Hiks,” teriakan Amelia disertai tangisan yang terdengar begitu pedih.

      ***

Keesokan harinya Amelia diajak Kenzo untuk memilih gaun yang akan dipakai saat pertunangannya nanti. Ia sangat antusias menanti hal itu.

Ia terus mencoba banyak gaun, tapi menurutnya belum ada yang pas.
Hingga akhirnya tersisa gaun terakhir, ia sangat menyukai gaun itu.

Namun, ia dapat melihat raut wajah Kenzo berubah setelah melihat gaun tersebut.

“Kamu enggak suka gaun itu, ya, Ken?” tanya Amelia.

“Gaun itu tak cocok untuk kamu yang cantik ini, mending kita cari butik lain.” Kenzo menggenggam tangan lentik Amelia.

Amelia hanya mengiyakan perkataan Kenzo. Mereka pun pergi untuk mencari butik lain.

      ***

Amelia dan kekasihnya menghabiskan waktunya seharian, untuk mempersiapkan keperluan pertunangan mereka minggu depan nanti. Amelia sangat tidak sabar menanti itu.

Sekarang ia dengan Kenzo berada di rumah Kenzo. Ia diajak Kenzo karena Nisa ibu Kenzo kangen dengannya.

Ia sedang berbincang-bincang dengan ibu Kenzo. Namun, tiba-tiba saja mereka kedatangan tamu.

Kenzo berinisiatif untuk menyambut tamu tersebut, tapi saat membuka pintu. Raut wajahnya langsung terlihat tak mengenakkan.

“Untuk apa kamu ke sini lagi?” tanya Kenzo kepada seseorang yang berada di depan pintu.

Orang itu tak menjawab, ia langsung saja memeluk Kenzo dengan erat. “Aku merindukan kamu, Sayang.”

Kenzo mendorong wanita itu. “Jaga batasanmu! Jangan sampai aku melenyapkan dirimu, Angel!”

Amelia yang melihat semua kejadian itu hanya mampu menahan tangis. “Ibu, aku pamit dulu, ya.”

Amelia langsung saja keluar tanpa berpamitan dengan Kenzo.

    ***

Di perjalanan Amelia mengemudikan mobilnya dengan begitu cepat.

“Dasar brengsek! Semuanya sama saja!” umpatan serta teriakan Amelia di dalam mobil.

Karena ia tak fokus mengendarai mobilnya. Ia tak melihat ada sebuah truk yang melaju ke arahnya. Truk itu langsung saja menabraknya.

Mobil Amelia menggelinding karena tabrakan tersebut. Amelia terluka parah, terlebih lagi kepalanya mengeluarkan darah yang begitu banyak. Kesadarannya perlahan mulai menghilang. Namun, ia sempat mendengarkan sebuah suara.

“Nona Anda harus bertahan.” Suara itu mengalun begitu indah di telinga Amelia.

     ***

Gelap dan sunyi itu menggambarkan hal yang Amelia lihat.

“Permisi! Apakah ada seseorang?” teriakan Amelia.

Tak lama ia melihat semua ingatan yang terlewatkan. Ia begitu banyak melupakan memori si masa lalu.
Tak lama semuanya menghilang, bersamaan ia tertarik keluar dari sana.

   ***

Amelia perlahan mulai sadar. Ia membuka matanya. Yang pertama ia lihat adalah ruangan dipenuhi peralatan rumah sakit. Ia melihat ke samping. Di sampingnya ia dapat melihat Kenzo sedang tertidur dengan posisi duduk.

Amelia tak dapat berbicara karena ia menggunakan alat bantu pernapasan. Ia membangunkan Kenzo dengan cara menggoyahkan tubuh Kenzo.
Tak lama Kenzo bangun. Ia terkejut melihat Amelia sadar.

“Sebentar, ya, Sayang. Aku panggilkan dokter dulu.” Kenzo langsung saja keluar dengan tergesa-gesa untuk memanggil dokter.

Beberapa menit berlalu akhirnya Kenzo kembali dengan dokter yang mengikutinya.

Dokter itu langsung saja mengecek keadaan Amelia.
“Syukurkah semuanya baik-baik saja. Nona Amelia akan dirawat beberapa hari lagi agar ia sembuh total,” kata dokter. Tak lama dokter itu berpamitan kepada mereka berdua.

“Sayang maafkan aku nggak bisa jaga kamu. Pasti ini sakit, ya.” Kenzo mengelus tangan Amelia sambil menangis.

Amelia yang melihat itu langsung saja menghapus air mata Kenzo. Sambil mengisyaratkan bahwa ia baik-baik saja.

“Kemarin kamu salah paham,” celutuk Kenzo.

“Angel adalah orang yang begitu terobsesi denganku. Ia selalu mencari gara-gara. Kamu jangan pernah percaya kepadanya,” kata Kenzo. Amelia hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Orang tua Amelia bersama dengan Reza memasuki ruangan tersebut.

Reza langsung saja menghampiri Amelia. “Aku baru pulang dari luar kota. Ternyata Melmel udah mau tunangan, ya.” Reza menggoda Amelia.
Amelia dapat merasakan kedua pipinya terasa panas.

“Cie ada yang salting.” Reza kembali menggoda Amelia.

Semua yang berada di ruangan itu tertawa melihat Amelia yang sedang salah tingkah.

Back To The Past (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang