Bab 4 - Aku Akan Mati Hari Ini

3 1 0
                                    

"Ish, kenapa ngintilin aku terus sih." Ujar Kiana pada Leon yang mengikuti Kiana ke mana pun Kiana pergi.

"Gimana kalau ada monster yang seperti di kamar mandi." Ujar Leon santai terus mengikuti Kiana.

"Jangan menakut-nakuti aku, ih." Kiana mulai jengkel pada Leon.

"Aku tidak menakutimu, aku mau kamu bergantung padaku jika ada monster seperti itu lagi." Ujar Leon sambil mengupil, Kiana menutupkan bakul yang ia bawa ke kepala Leon. Padahal ia ingin pergi ke hutan mencari tanaman obat.

Pekerjaan orang tua Kiana adalah membuat bahan baku obat-obatan herbal, dan sering pergi ke hutan untuk mencari bahan bakunya yang sulit didapat.

"Bagaimana jika kita berdua malah mati gara-gara monster besar." Ucap Kiana takut-takut sambil menggigit jarinya.

Ia juga mau tidak mau harus pergi ke hutan siang ini karena tidak memungkinkan orang tuanya yang harus pergi ke hutan mencari obat-obatan itu.

"Nanti aku bawa kabur kamu," ujar Leon melepaskan bakul yang ditelungkupkan di kepalanya.

"Kabur ke mana?" tanya Kiana berjalan ke arah pintu.

"Ke hatiku." Lanjut Leon.

BRAK!

Kiana langsung meninggalkan Leon sendirian di dalam rumah, tetapi pemuda itu setelahnya juga mengikuti Kiana keluar dan menemani wanita itu.

"Semoga tidak ada Dugeon yang muncul." Kiana berharap sebelum melangkahkan kakinya masuk ke hutan. Sebenarnya orang tua Kiana sudah mengajari Kiana bagaimana cara menghindari Dugeon jika portal itu muncul di dekatnya, tetapi tetap saja Kiana takut dengan hal-hal seperti itu.

Sedangkan di desa tempat mereka tinggal itu adalah tempat teraman dan memiliki sebuah pelindung alami yang dijamin keamanannya tidak akan ada Dugeon yang muncul di sana. Sekarang di beberapa titik di dunia ada beberapa tempat teraman dari munculnya Dugeon salah satunya adalah desa Kiana.

Ah, kalau aku bisa memilih. Aku mau tidur di rumah saja, di desaku dan rumahku yang aman. Pikir Aura terus melangkah ke dalam hutan.

Leon tampak memperhatikan tanaman-tanaman di sekitar. Sekarang ada banyak tanaman-tanaman aneh yang muncul di dunia ini seperti halnya manusia yang akhirnya memiliki kekuatan super, para binatang dan tumbuhan juga mengalami mutasi. Tapi, biasanya hewan-hewan yang mengalami mutasi banyak yang tidak bisa mengontrol dirinya, menjadi binatang buas seperti halnya esper tanpa guide atau inhibitor.

"Hei Leon, kau jangan sembarangan mencium tanaman aneh seperti itu. Siapa tahu beracun, jika kau pingsan aku akan meninggalkanmu sendirian di sini." Kiana sepertinya sudah sangat terbiasa berkata kejam pada Leon.

"Ih, bilang kau mau membopongku pulang kek, aku bakalan rela pingsan." Ujar Leon membuang bunga yang hampir ia cium baunya dan mendatangi Kiana, bunga itu ternyata bisa membunuh serangga di sekitarnya ketika ada semut yang mendekat.

"Leon, itu lihat. Tanaman itu yang kita cari." ujar Kiana menunjuk tanaman obat sembari membaca secarik kertas yang ia bawa, setelah cukup jauh berjalan di tengah hutan, Kiana melihat tanaman herbal dan mengajak Leon memetiknya.

"Akhirnya setelah ini bisa pulang." Gumam Kiana senang.

GROAAAR!

Suara seram dari arah lain di hutan yang dipenuhi oleh rimbunan daun dan pepohonan.

"Apa itu?" tanya Kiana langsung berdiri bersiap lari.

"Ayo Leon kita pergi dari sini." Ujar Kiana menarik baju di bagian bahu Leon.

Tapi pemuda itu tampak mengeluarkan kapak dengan ganggang kayu dari belakang tubuhnya, ia terlihat tidak takut sama sekali.

"Hei sejak kapan kau membawa kapak itu?" Kiana malah terfokus pada kapak yang Leon bawa.

"Aku melihatnya di depan rumah, jadi aku bawa saja untuk jaga diri." Ujar Leon berdiri.

"Sudahlah, ayo kita pergi sekarang." Ujar Kiana meraih lengan Leon tapi sudah terlambat. Beruang raksasa terlihat telah berdiri di depan mereka. Kiana jatuh terduduk pasrah karena ketakutan, dari kecil ia dibawa orang tuanya menjelajahi hutan baru pertama kali ia melihat beruang raksasa besar yang akan menyerangnya.

Leon hanya berdiri terpaku, menatapi beruang itu. Ia merasa tidak yakin. Tapi, ia tetap ingin melindungi Kiana sesuai dengan apa yang diucapkannya di rumah tadi. Kiana menutup wajahnya ketakutan.

Aku akan mati hari ini. Pikir Kiana menutup wajahnya ketakutan. Tidak ada hal yang bisa ia harapkan lagi untuk kehidupannya ke depannya.

Ayah, Ibu. Aku akan mati perawan. Pikir Kiana ingin menangis tapi daripada menangis tubuhnya hanya bergetar ketakutan.

ZRAAASH!

Hanya ada suara sesuatu terjatuh dengan kasar. Kiana pikir itu adalah Leon yang mati duluan karena serangan beruang raksasa itu. Namun, setelah menunggu beberapa lama tidak ada hal yang membuat tubuh Kiana merasa dicabik-cabik. Karena penasaran Kiana membuka mata dan melihat Leon yang bersimbah darah berdiri tepat di hadapannya.

"Kyaaa! Hantu Leon." Ujar Kiana asal sangking kagetnya.

"Sembarangan," ucap Leon mengusap wajahnya yang dipenuhi oleh darah. "Aku masih hidup." Ucap Leon terduduk, genggamannya pada kapak kayu itu terlepas.

Kiana menoleh kebelakang Leon dan melihat beruang raksasa yang sudah tergorok lehernya dengan kapak kayu.

"Kau bukan orang biasa ya?" Kiana malah bertanya di saat seperti itu.

"Aku tidak tahu, aku pikir aku tadi akan mati juga. Tapi aku merasa beruang itu gerakannya lemah dan kelemahannya di bagian leher. Aku melompat saja ke arah sana. Hanya sekali tebasan leher beruang itu tergorok. Apa beruang selemah itu?" Ujar Leon bingung.

Heh, itu bukan beruangnya yang lemah tapi kau saja yang kuat. Pikir Kiana, menatapi Leon heran.

"Ukh!" Leon memegang lengannya yang terasa sakit.

"Kau terluka?" Kiana khawatir dan langsung memeriksa keadaan lengan Leon.

DEG!

Ada energi yang terhubung di antara mereka, energi yang menenangkan untuk Leon dan juga Kiana. Bahkan Leon tidak berkedip saat menatap Kiana saat melakukan hal itu.

Angin berhembus menerpa mereka, bahkan Kiana pun juga terus menatapi lengan Leon yang lukanya perlahan sembuh.

Aku harus menghentikan ini, tapi bagaimana caranya, tanganku melekat padanya seperti magnet. Kiana tidak bisa menghentikan energinya yang saling bertukar dengan tubuh Leon. Kekuatan guide Kiana tidak pernah ia kendalikan semenjak ia berhenti menjadi seorang guide beberapa tahun yang lalu, Kiana tidak menyukai ketika dirinya berhubungan dengan para esper, karena dia adalah guide kelas C. Ia bisa memilih kehidupannya sendiri sebagai orang biasa. Belum lagi Kiana memiliki masa lalu kelam karena para esper. Kiana tidak membenci mereka, tapi hal itu cukup membuat Kiana tidak ingin dekat dengan mereka lagi.

Ah sudahlah, dia sudah menyelamatkanku. Setidaknya aku harus berguna juga untuknya. Batin Kiana, kemudian menatap Leon. "Kenapa kau menatapiku begitu?" tanya Kiana sedikit risih.

"Ah, aku seperti baru pertama kali merasa di guide itu menyenangkan." Ujar Leon tersenyum.

Kutemukan. Leon seperti mendengar suara milik orang lain dan membuatnya menoleh ke kiri dan kanan, Kiana hanya menatapnya bertanya-tanya.

"Cukup sekali ini ya, ini sebagai ucapan terima kasihku." Kiana membuang mukanya ke lain arah. Walaupun, Kiana tidak memungkiri di saat seperti ini ia juga menikmatinya saat mengguide orang lain. Tapi tetap saja setelahnya ia merasa kelelahan dan lututnya lemas, walaupun tidak berlangsung lama karena energi esper milik Leon mengembalikan energi guide milik Kiana mereka sedang bertukaran energi sekarang.

"Sering juga tidak apa-apa kok." Leon malah melunjak.

Kiana langsung melepaskan pertukaran energi itu saat ia bisa dan langsung menjauh pergi. Leon tampak kecewa karenanya, tapi kemudian ia tersenyum karena masih banyak hari lainnya.

"Kita harus mencari sumber air untuk membersihkan tubuhmu. Aku tidak menyangka kau seorang esper." Kiana malah menatap Leon dingin. Ia teringat kembali dengan masa lalunya.

Takdir Cinta Sang EsperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang