Bab 2 - Gara-Gara Mie Instan

4 1 0
                                    

Pagi itu setelah yang terjadi kemarin, Kiana mendatangi Leon yang sedang memandangi langit cerah, pria itu seperti tidak memikirkan apa-apa sama sekali.

Kiana menghampirinya. Kemudian duduk di dekatnya.

"Ka-kau tidak akan menendangku lagi, kan?" tanya Leon takut sambil memegang senjatanya.

Wajah Kiana yang putih memerah menahan malu.

"Shhht, tolong lupakan kejadian kemarin." Ujar Kiana tidak ingin ingat lagi, "atau aku akan tendang lagi milikmu jika kau terus mengingatnya." Ujar Kiana tampak kejam.

Kepolosan Kiana hari itu seolah-olah menghilang hanya karena melihat pria telanjang kemudian ditindihnya dengan penampilan seperti itu.

Leon hanya menelan ludahnya takut.
.
.
.

"Jadi kau benar-benar melupakan semuanya?" tanya Kiana benar-benar sudah melupakan masalah kemarin. Kiana merasa bertemu dengan pria polos saat ini.

Pria itu mengangguk mengiyakan.

"Heh, kalau begitu kita belajar dari awal lagi, tapi sepertinya kau mengerti perkataanku." Pria itu hanya mengangguk.

Kiana tidak heran jika ia menemukan pria amnesia seperti ini, atau orang berkekuatan super. Karena di dunia ini sudah sangat lazim dengan hal-hal yang tidak masuk akal, bahkan kemunculan monster-monster yang meresahkan itu sudah bukan hal yang mengejutkan untuk Kiana.

"Jadi, kau bisa berbicara bahasaku ya. Uum, dengarkan aku. Siapa namamu?" Kiana berbicara lambat agar pemuda itu paham maksudnya.

Kiana menyadari ketika ia berbicara cepat, pria itu tampak kebingungan dan kurang mengerti.

"A-ku tidak ingat namaku." Ucapnya gagap tidak tahu namanya.

Kiana tampak berpikir, "Bagaimana kalau kamu kupanggil Leon sampai kau ingat dengan namamu sendiri?" Kiana tetap meminta persetujuan pada orangnya.

"Nama yang bagus aku merasa tidak asing, aku mau menggunakan nama itu, terima kasih." Ucap Leon senang, dan mulai hari itu pemuda itu bernama Leon.

"Ternyata kau ingat banyak kata juga rupanya. Kupikir kita akan banyak belajar tentang kata-kata yang kau tidak pahami, ternyata kau mengerti." Ucap Kiana tertarik, karena pemuda itu berkembang dengan pesat.

"Aku hanya tidak ingat masa laluku dan bagaimana aku dulu, tapi jika itu kalimat atau kata, sepertinya aku mengerti." Jelas Leon.

"Mungkin karena kita masih terlahir di negara yang sama." Gumam Kiana tapi ia tidak ingin memikirkan hal itu lagi, intinya untuk kata dan kalimat Leon tidak perlu repot-repot untuk diajarkan lagi.

"Aku bersyukur ini cukup mudah, tinggal mengembalikan ingatanmu lagi saja ke depannya." Ucap Kiana tersenyum ramah.
.
.
.
.

"Esper kelas SSS, Noel Ricard telah menghilang dari dunia ini karena tertelan oleh portal waktu. Semoga saja pahlawan dunia kita akan kembali ...."

Suara penyiar berita memberitahukan berita duka atas kehilangannya Noel Ricard. Saat itu Leon sedang menatap layar televisi sambil melamun.

Kiana yang datang ke arahnya, sekarang sedang bergantian menatap televisi dan Leon.

"Apa ada masalah?" tanya Leon bingung melihat Kiana yang seperti itu.

"Kalian bukan orang yang sama, kan? Aku hanya berpikir jika kau adalah Noel, si Esper sombong itu." Ujar Kiana langsung berucap. "Mentang-mentang kuat dia seenaknya menindas orang sembarangan." Lanjut Kiana, ia teringat skandal yang Leon buat karena menghajar orang sampai sekarat. Tapi, tidak ada hukum yang bisa menjeratnya. Hanya cukup dengan uang ganti rugi kasus itu menghilang.

Takdir Cinta Sang EsperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang