Bebek Dibawa ke Kota

2 1 0
                                    

Kukuruyuk~~~

Sungguh sesuatu yang benar benar sangat menyebalkan ketika mendengar kokokan ayam di pagi hari. Untungnya Hayi bukan seekor ayam jadi ia tidak harus repot repot membangunkan manusia.

Tapi, bukan itu masalahnya sekarang. Masalahnya adalah si ayam juliet membangunkannya dari tidur cantik.

Ugh menyebalkan.

Hayi mengepakan sayapnya dan keluar dari kandangnya yang sudah terbuka sejak pagi.

Wah, udara pagi yang sangat menyegarkan. Hayi mulai bertanya tanya kemana sang petani yang harusnya memberi makan bebek bebek?

WEK WEK WEK WEK WEK Hayi berlarian ke sana ke mari. Ia hendak membangunkan manusia manusia tidak bertanggung jawab yang membuarkannya kelaparan.

WEK WEK WEK WEK Hayi kali ini membunyikan suara indahnya di depan rumah sang petani.

PLETAK

Yang Hayi dapatkan adalah lemparan sendal swalow berwarna biru.
"Enyahlah bebek kurang ajar!" seru petani yang baru setengah terbangun.

WEK WEK WEK WEK
Hayi kembali membunyikan suara hatinya.

"Iya, kau ini mau apa?!" tanya petani itu. Kemudian menepuk dahinya hingga merah.
"Gila kali ya gua, ngajak ngomong bebek." Petani utu kembali ke arah rumahnya.

BLAM...

"WEK MANUSIA KURANG AJAR WEK!" Hayi berkata sambil mengepak ngepakan sayapnya.

Brum brum brum...

Sebuah mobil truk besar berhenti tepat di hadapannya. 2 lelaki keluar dari truk tersebut.
"Haduh, dasar petani, katanya akan bertemu jam 6 pagi tapi sepertinya ia melupakan janjinya," ucap pria berkemeja flanel.

"Kau harus sabar tuan, sebab kita pun harus bernegosiasi ketika bertemu dengan petani itu," balas pria dengan kaos dalam putih dan celana pendek.

Seperti orang orangan sawah saja, batin Hayi.

WEK WEK WEK WEK

"SETAN! BEBEK SIALAN!" ujar si pria yang di panggil

"Bos" itu. Hayi memang sengaja membuat mereka kaget sih, karena mengagetkan manusia adalah keahliannya.

Tak lama kemudian sang petani keluar dari rumah. Mungkin karena dia mendengar keributan antara bebek dan manusia.

"Haduh, Pak Slamet, maaf saya lupa janji hari ini, silakan masuk," ucap petani kepada si bos.

Oh jadi namanya Slamet ya, batin Hayi lagi.

Ah, sapi ternyata, kasihan sekali si Dadang, ia pasti akan kehilangan teman temannya. Sekaligus nyawanya.

Hayi melangkah kearah kandang sapi untuk menyampaikan informasi tersebut.

"Halo, teman sapi sapi ku sekalian, kalian akan dibawa untuk pergi ke kota hari ini!" ucap Hayi.

MOOOOO

"Kota? Aku dengar tempat itu menyenangkan!"sahut seekor sapi betina.
"Ah, kau tahu darimana Hayi?" tanya Dadang. Ya, Hayi memang senang berteman dengan siapa saja itu sebabnya teman dia bertebaran dimana mana. Segala jenis binatang ia sapa setiap hari.

Gerombolan sapi di kandang tersebut mulai bersuara hingga membuat gaduh.

WEK WEK WEK PLOK PLOK PLOK

"Kawan kawan, kalian harus hati hati sebab yang aku dengar kalian akan di sembelih oleh dua orang pembeli kalian hari ini," ucap Hayi tanpa beban.

Kumpulan sapi itupun terdiam.

"Kau baru menyatakan ini sekarang Hayi?"tanya Dadang dengan muka ketakutan.

"Mengapa kamu tega sekali membiarkan saudara seperternakan kamu inj di sembelih?" tanya Dadang lagi.

"Haduh, kalian ini bagaimana, kalau kalian di sembelih berarti kalian itu akan mendapatkan pahala karena telah selesai menjalankan tugas dari Allah " tanggap Hayi menggampangkan.

"Bisa bisanya kamu menjadi ustadz mendadak pada saat seperti ini," Dadang berkata dengan nada yang merendahkan. Ya siapa lagi bebek bar bar yang khotbah tiba tiba di pagi hari?

Tak lama kemudian Pak Slamet keluar dari rumah petani, cepaka cepiki kayak ibu ibu, tapi ini bapak bapak. Setelah itu pak petani dan ajudannya Pak Slamet membantu memasukan sapi ke dalam kandang di atas mpbil truk besar untuk di bawa.

Pak Slamet menatap Hayi sekilas. Tatapannya seperti kesal. Mungkin karena tadi secara tidak sengaja, ralat sengaja Hayi mengagetkannya.

"Pak, saya boleh mengambil bebek yang ini ngga?" tanya Pak Slamet.

"Oh, maaf Hayi tidak di jual pak," jawab petani masih sibuk memasukan sapi.

"Wah, padahal awalnya saya bakalan menawar harga yang tinggi untuk bebek ini!" Pak Slamet mencoba untuk membujuk sang petani. Namun lagi lagi petani itu menolak.

"Kalau gitu saya curi aja ya paa," ucap Pak Slamet seraya berlari ke arah pintu truk dan buru buru menutupnya.

"DUNG, BURU TUTUP TUH PINTU LANGSUNG JALAN!"  sang ajudan pun langsung menggas truk tersebut.

"HAYI KEMBALI SINI KAU NAK!" teriak petani masih mengejar truk itu.
Hayi tampak biasa biasa saja dj curi oleh petani. Tidak ada raut wajah yang ketakutan atau cemas. Yang ada adalah raut wajah senang.

"WEK WEK WEK HAHAHAHA AKHIRNYA AKU BISA HIDUP DI KOTA BEBAS DARI SEGALA HAL!!" Hayi berteriak ke senangan.

"BERHENTI HAYI HIDUP DI PERKOTAAN TIDAK SEINDAH YANG KAU PIKIRKAN!" akhirnya petani capek berlari dan hanya berteriak dari kejauhan saja.

Hayi menatap masa depannya. Kaca jendela. Melewati banyak rumput padi padian san kemudian masuk kedaerah jndustri penuh dengan asap di perkotaan.

"Apa yang akan kau lakukan dengan bebek ini bos?" tanya sang ajudan tiba tiba.
"Entahlah," ucap Pak Slamet ragu,"Mungkin akan ku buat bebek penyet dari dagingnya," lanjut pak Slamet dengan seringai.

Hayi melotot. JADI SELAMA INI IA DIBAWA KE KOTA UNTUK DI MAKAN?!

Hayi menelan ludahnya. Glek.

WEK!

SEBELUM DIJADIIN BEBEK PENYETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang