1. Ospek Yang Mendebarkan

1 0 0
                                    

H-1 ospek diisi oleh teriakan para senior dengan wajah dan penampilan garang. Membuat mahasiswa baru yang ingin mendaftar ospek merasa tertekan, takut, bergidik ngeri dengan tatapan tajam dan penuh selidik. Para senior memberikan setumpuk tugas pada mahasiswa baru yang beberapa hari ke depan akan menjalani ospek. Para mahasiswa baru pun hanya bisa diam dan mencatat. Padahal didalam hati ingin segera meninggalkan tempat itu. Tempat yang penuh dengan hawa panas, meskipun angin di halaman kampus bertiup sepoi-sepoi. Telinga menjadi panas mendengar teriakan para senior yang suaranya mirip toa yang dipakai orang demo. Belum lagi tubuh yang gemetaran secara reflek mengikuti perintah mereka.

Rambut cowok harus 1 cm

Rambut cewek harus dikepang dua dan poni 5 cm diatas alis

Kumis dan jenggot harus dicukur

Kaos kaki harus 10 cm di atas mata kaki

Harus pakai kaos dalam

Harus pakai pantofel

Bawa barang yang disuruh (biasanya teka-teki jajanan yang susah ditebak)

Itulah beberapa peraturan yang harus mereka jalankan. Tidak boleh ada yang melanggar—meskipun nantinya juga ada yang bandel tidak menaati aturan. Belum lagi tugas-tugas yang lainnya. Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok diisi oleh dua puluh orang.

Mereka hanya menghela nafas panjang menerima tugas menumpuk itu. Dua hari ke depan mereka harus siap mental dan siap telinga karena sudah pasti akan panas mendengar teriakan para senior.

Setelah mendapatkan tugas yang super banyak, mereka pun berhamburan pulang. Sebenarnya mereka bukan pulang ke rumah. Tetapi menuju rumah ketua kelompok masing-masing untuk mengerjakan tugas ospek. Sudah menjadi hukum alam, jika tugas kelompok tidak dikerjakan bersama-sama, sudah pasti tidak akan selesai sampai waktu pengumpulan. Tugas akan menjadi ringan jika dikerjakan bersama-sama.

"Hai nama kamu siapa?" Putri mengulurkan tangannya pada cowok yang berdiri di sebelah pohon mangga. Posturnya cukup tinggi dengan kumis tipis yang menghiasi bawah hidung. Cowok itu menoleh dan menatap orang yang baru saja memanggilnya.

Sambil tersenyum cowok itu membalas uluran tangan Putri, "hai juga, namaku Bagus."

Mereka berdua berbincang-bincang di dekat gerbang kampus hingga ada salah satu senior yang mendekat. Karena tidak mau mendapatkan teriakan lagi, mereka berjalan cepat menjauhi senior tersebut. Padahal senior tersebut belum mengatakan apa-apa, tapi kedua orang itu sudah lari terbirit-birit seperti dikejar setan.

"Kamu kelompok berapa?" Bagus bertanya untuk memecah kesunyian di antara mereka. Saat ini mereka sudah berada di atas trotoar. Sudah cukup jauh dari senior yang mau mendekat tadi.

"Aku kelompok delapan, kalo kamu?" tanya Putri balik.

"Aku kelompok dua."

"Bagus aku duluan ya, mau kumpul ke kelompokku dulu." Putri meninggalkan Bagus menuju kelompoknya.

"Oke." Setelah Putri pergi, Bagus juga menuju kelompoknya.

***

Frans menepuk pundak Angga yang berjalan menuju motornya, "kamu kelompok tiga?"

"Iya, kenapa? Kamu kelompok tiga juga?" Angga menoleh dan mendapatkan seorang cowok berkacamata berdiri di sampingnya. Perawakan cowok itu mirip sahabat Doraemon, Nobita. Berbeda jauh dengan dirinya yang berkulit kuning langsat dengan rambut cepak tanpa kacamata.

"Eh iya, kita satu kelompok, kenalin namaku Frans." Frans mengulurkan tangannya.

"Namaku Angga." Mereka pun bersalaman.

SEMUT-SEMUT BESARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang