8. Perkumpulan

1 0 0
                                    

~ PANTAI (6) ~

Rahmi : Hai teman-teman, makan-makan di rumahku yuk. Ibuku masak banyak banget nih. Sekalian kita ngobrol-ngobrol. Datang ya?

Bagus : Otw, Mi.

Frans : Sejam lagi ya. Aku mau mandi dulu.

Bagus : Mandi kok sejam, sepuluh menit juga kelar.

Frans : Mau-mau gue lah.

Bagus : Jugaan udah hafal gerakannya, ngapain mandi lama-lama.

Angga : Dia itu sekalian luluran, Gus. Hahahaha

Rahmi : Jangan Ribut!!!

Rahmi : Aku gak mau tau, pokoknya kalian harus cepat ke sini. Keburu dingin makanannya.

Frans : Iya iya, Mi. Gitu aja marah.

Angga : Iya nih.

Rahmi : Diem -_- cepetan otw dari pada banyak omong.

Ujung bibir Rahmi terangkat membentuk bulan sabit. Ajakan makan di rumahnya di iyakan oleh teman-teman tercintanya. Dalam waktu satu jam ke depan dia akan sibuk mempersiapkan makanan dan minuman. Tetapi masih ada yang mengganjal di pikiran Rahmi. Begitu besar hingga ia mulai mengeluh dan merasa tidak enak. Dia tidak tahu harus bagaimana mengenai Putri. Apakah teman yang satunya itu akan datang? Atau malah tidak datang?

Kegalauan ini membuat Rahmi lebih lama menyiapkan semua makanan dan minuman. Kali ini kegalauannya tidak mengenai cowok yang dia suka, tetapi mengenai retaknya pertemanan yang baru terbentuk beberapa bulan lalu. Meskipun tidak separah ketika galau tentang cowok, tetap saja keretakan pertemanan akan membuat mood menjadi turun drastis. Meskipun baru beberapa minggu kenal, Rahmi sudah menganggap mereka seperti keluarga. Jika di dalam keluarga tidak ada keharmonisan, yang akan terjadi adalah hanya keheningan di antara satu sama lain seperti orang yang tak kenal sebelumnya. Rahmi tidak ingin itu terjadi. Ia akan bekerja keras untuk mengembalikan keharmonisan dan kebersamaan itu seperti dulu.

Di saat dia sedang menyiapkan semuanya, dua orang temannya datang. Vian dan Bagus. Mereka datang setengah jam lebih awal. Padahal jika di pikir-pikir kos mereka yang paling jauh. Mungkin karena makan gratis yang membuat mereka itu lebih cepat datang. Panggilan makan gratis memang sangat menggiurkan bagi anak kos yang sedang berada di negeri orang.

"Aku bantuin apa, Mi?" tanya Vian. Matanya berkeliling menatap seluruh penjuru dapur yang berantakan.

"Iya nih, bosen kita diam aja." Bagus menyahut.

"Udah kalian duduk manis aja di ruang tamu, tuh ada televisi tonton aja." Rahmi kembali melanjutkan kegiatannya.

Bagus dan Vian tak membantah. Mereka berdua berjalan menuju ruang tamu, duduk manis di sofa, lalu menyalakan televisi.

Makanan yang sangat beraneka ragam sudah Rahmi siapkan. Sekarang saatnya dibawa ke ruang tamu. Ayam goreng, tempe goreng, rendang, dan masih banyak yang lainnya. Sekarang tinggal membuat minuman. Dengan bantuan ibunya, Rahmi membuat es campur yang sangat lezat. Andai saja ibunya itu tidak membantu, sudah pasti masakan dan minuman yang dibuat Rahmi akan selesai keesokan harinya, mungkin lebih parahnya tidak akan jadi.

Setelah selesai menyiapkan minuman, Rahmi dan ibunya membawanya ke ruang tamu. Ternyata disana tidak hanya ada dua orang saja yang duduk manis menonton televisi. Tetapi sudah bertambah menjadi empat orang. Angga dan Frans sudah sampai beberapa waktu yang lalu.

"Nah sudah siap semuanya, sekarang kalian bisa makan dan minum sepuasnya." Ibu Rahmi meletakkan nampan berisi gelas kaca di atas meja. Sedangkan Rahmi meletakkan baskom berisi es campur. "Oh iya, tante mau ke masjid dulu. Mau persiapan pengajian ntar sore. Kalian nikmati saja makanan dan minumannya." Setelah berkata seperti itu, ibunya Rahmi berlalu meninggalkan ruang tamu.

SEMUT-SEMUT BESARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang