3. Pasir Pantai

1 0 0
                                    

Tin...Tin...Tin...

Terdengar suara klakson motor terdengar dari gerbang kampus.

Mereka berempat menoleh ke sumber suara. Ternyata itu suara klakson motor Putri. Untung saja mereka tidak jantungan mendengar klakson Putri yang sangat mendadak dan memekik telinga itu. Serempak mereka bertiga pun menutup telinga.

Dengan memakai kacamata, jaket dan celana panjang warna hitam Putri memarkirkan motornya itu di samping motor Angga.

"Widihhh keren cuy temen kita." Puji Angga pada Putri. Yang dipuji hanya cengar-cengir saja saat melepas helmnya, berasa foto model sedang melakukan pemotretan iklan motor.

"Yok berangkat," ajak Putri. Dia tidak turun dari motor.

"Tunggu dulu si kutu kampret belum datang," ujar Rahmi dengan wajah cemberutnya.

"Siapa kutu kampretnya?" Putri penasaran dengan siapa yang dimaksud oleh Rahmi.

"Tuh si B-A-G-U-S," jawab Frans dengan sedikit penekanan.

Putri menangguk. Dia akhirnya ikut mengobrol dengan ketiga temannya itu. Tak banyak bicara. Cewek itu lebih suka memainkan ponselnya yang dibungkus case warna pink.

"Nah, tuh dia baru datang."

Tunjuk Angga pada seseorang yang berjalan di gerbang kampus menuju mereka. Penampilannya tidak rapi. Baju yang dikenakannya berantakan. Itu adalah Bagus. Tetapi kenapa dia berjalan kaki?

Dengan nafas yang ngos-ngosan. Disertai peluh yang membasahi wajah dan tubuhnya. Mengakibatkan bajunya sedikit basah oleh keringat. Dia menghampiri keempat temannya.

Saat sudah dekat mereka bertanya pada Bagus kenapa bisa telat. Dengan wajah sedih Bagus menceritakan kenapa dia bisa telat. Usut punya usut ternyata motornya berada di rumah karena ban depannya bocor. Dia sudah mencari bengkel di sekitar tetapi masih belum buka sepagi ini. Akhirnya dia berjalan kaki menuju kampus. Beruntung dia karena jarak kos-kosan dan kampus hanya sekitar satu kilometer. Tetapi tetap saja. Baginya itu sangat jauh mengingat kampus mereka berada di daerah bukit.

Teman-temannya yang lain menghela napas.

"Kenapa nggak telpon aja tadi?" tanya Rahmi pada Bagus setelah cowok itu selesai bercerita. Nafasnya masih tersengal-sengal.

"Aku nggak mau ngerepotin kalian," jawab Bagus dengan wajah menunduk.

"Kok ngerepotin, kita itu teman kamu. Jika kamu minta tolong kita pasti akan bantu kamu," kata Rahmi sambil menepuk pundak Bagus. "Ya nggak teman-teman?"

Angga, Frans dan Putri mengangguk. Mengiyakan perkataan Rahmi.

"Iya maaf. Terima kasih kalian sudah mau nunggu aku."

"Yuk sekarang berangkat keburu siang. Kan nggak enak sampai di pantai siang-siang," potong Frans. Mengajak teman-temannya untuk segera berangkat.

Rahmi dan Frans yang tadinya duduk di kursi parkiran pun berdiri.

Mereka berlima menaiki motor masing-masing. Karena Bagus tidak membawa motor, cowok itu menaiki motor Rahmi dan membonceng cewek itu di belakangnya. Tanpa menunggu lama lagi mereka menyalakan motor dan melaju keluar halaman parkir kampus.

Jalanan di bukit Jimbaran terpantau tidak terlalu padat. Tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Hanya sebagian orang-orang yang lewat adalah mereka yang ingin pergi ke pasar ataupun mereka para wisatawan.

Cuaca juga sangat mendukung. Tidak mendung dan matahari baru saja terbit di ufuk timur. Diikuti suara lolongan anjing yang berlarian di trotoar untuk mencari makan bersama kawanannya.

SEMUT-SEMUT BESARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang