9. Keakraban

1 0 0
                                    

"Katanya Rahmi sakit, buktinya sehat-sehat aja." Putri cemberut ke arah Frans. Merasa dirinya di bohongi oleh cowok itu.

"Hehehehe." Frans malah cengengesan yang diikuti oleh ketiga cowok lainnya. Seakan-akan apa yang mereka perbuat itu lucu.

"Malah cengengesan, ide siapa yang bilang Rahmi sakit?" tanya Putri lagi dengan intonasi yang lebih keras. Supaya keempat cowok itu berhenti cengengesan.

"Tuh si Angga, katanya biar kamu cepat kesini," jawab Vian dengan cepat. Tangannya menunjuk ke arah cowok yang ada di ujung sofa.

"Anjir. Aku sehat-sehat gini kamu bilang sakit?" kata Rahmi dengan sedikit penekanan saat mengatakannya. Wajahnya tak kalah cemberut seperti Putri.

"Kan biar Putri cepet datang. Lagian kan kamu beneran sakit, Mi?"

"SAKIT JIWA," jawab Bagus spontan.

Rahmi melempar bantal di dekatnya ke arah Bagus. Dengan cepat Bagus menghindar ke luar rumah.

Semua orang yang berada di ruang tamu tersebut tertawa terbahak-bahak kecuali Rahmi. Tetapi sesaat kemudian dia ikut tertawa mengikuti teman-temannya yang sudah seperti orang gila. Pertemanan kembali utuh dan semoga akan selalu begini sampai mereka lulus nantinya.

***

Liburan telah usai. Sekarang waktunya untuk melanjutkan pembelajaran yang sempat libur beberapa hari. Tugas-tugas sudah selesai dikerjakan, tinggal di kumpul pada saat di kelas. Dengan berakhirnya liburan, maka ujian tengah semester yang akan dihadapi oleh mahasiswa sudah di depan mata. Dengan bekal belajar selama liburan, mereka sudah siap dan matang mengikuti ujian ini dengan siaga.

"Kamu sudah belajar, Put?" tanya Angga pada Putri yang duduk di depannya. Mereka sekarang sudah berada di kelas lebih awal.

Putri menoleh ke belakang. "Sudahlah."

Tumben-tumbennya kelas begitu tampak sudah ramai, padahal kelas akan dimulai setengah jam lagi. Efek ujian membuat semuanya datang lebih awal untuk memilih tempat duduk yang pas. Lebih tepatnya tempat duduk yang pas untuk mencontek supaya tidak ketahuan. Dasar mahasiswa.

Semenjak datang, Angga ngedumel sendiri. Maklum, biasanya dia datang paling awal. Di saat kelas masih kosong. Sedangkan tadi saat dia masuk kelas, sudah ada beberapa teman sekelasnya yang sudah duduk manis di bangku mereka.

Sudah hampir setengah jam dia ngedumel. Karena dia paling suka datang paling awal di kelas.

Frans yang ada di sebelahnya pun menghela nafas panjang. Ia merasa Angga terlalu berlebihan. Frans memang sama seperti Angga. Disiplin waktu. Hanya saja kedisiplinan Angga sudah melewati batas.

Angga diam ngedumel saat beberapa menit lagi kelas dimulai. Itu pun saat Frans dan Bagus menanyakan tentang materi ujian.

Biasanya kursi paling depan akan penuh. Tetapi hari ini, entahlah rata-rata kursi dari nomor tiga ke belakang yang mulai dipenuhi mahasiswa. Padahal jika dipikir-pikir duduk di depan tidak masalah jika kita belajar sebelumnya. Sudahlah abaikan saja, sekarang kita lihat Geng Rahmi duduk di mana.

Seperti biasa Rahmi dan Putri akan duduk di barisan nomor lima dari belakang. Sedangkan para cowok? Mereka duduk berderet di belakang para cewek. Angga duduk paling kiri, kanannya ada Frans, Bagus, dan Vian yang paling ujung.

"Ingat jangan berisik."

"Ingat jangan pelit-pelit ngasih jawaban."

"Kalo ada teman yang nanya cepat respon."

"Yang pelit awas aja nanti."

Itulah percakapan dan perjanjian mereka di saat beberapa menit sebelum jam ujian dimulai. Tidak ada kegiatan seperti main game online, baca novel, maupun hal lainnya selain yang berkaitan dengan materi ujian. Padahal ini hanya ujian tengah semester. Itu berarti hanya sedikit materi yang keluar pada saat ujian nantinya. Tetapi tetap saja, yang namanya ujian bisa membuat semua orang mati kutu untuk tidak berpaling dari buku dan power point.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEMUT-SEMUT BESARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang