"RAHMIII." Sontak Rahmi terkejut dan keselek makanan yang baru di suap.
"UHUK...UHUK...UHUK..." Segera Mauren memberikan es teh kepada Rahmi untuk diminum. Rahmi menerima es teh tersebut dengan cepat meminumnya. Ia merasa lega, nasi goreng yang nyangkut di tenggorokan sudah hilang dan lancar berjalan ke perut. Rahmi berterima kasih kepada Mauren. Untung saja temannya itu dengan cepat menyodorkan es teh tersebut. Jika tidak sudah pasti keadaan Rahmi akan menjadi buruk.
Rahmi menoleh kebelakang. Menatap tajam gerombolan cowok yang baru mengerjainya. Ternyata itu adalah Bagus, Frans dan Vian.
"Kalian ini bikin aku mau mati aja, sudah sana pergi. Ngapain kalian kesini?" ucap Rahmi dengan sedikit penekanan saat mengusir mereka. Yang diusir hanya senyum-senyum. Tidak beranjak sama sekali.
"Lha jangan marah dong Mi. Maaf deh." Mereka bertiga meminta maaf sambil berlutut.
Rahmi terkejut melihatnya. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Seisi kantin kantin yang ramai itu melihat tingkah konyol tiga cowok yang sedang berlutut di depannya. Tanpa sadar kedua pipinya memerah. "Eh ngapain kalian, berdiri cepat. Dilihatin banyak orang tau." Rahmi malu. Dia begitu kesal. Tingkah ketiga temannya membuat mati gaya dilihat semua teman-teman kampusnya yang sedang makan di kantin. Bahkan yang sedang berjalan di parkiran pun tak luput melihatnya juga.
Mereka bertiga berdiri kembali. Dengan cengiran yang di buat-buat.
"Nah gitu dong senyum, jangan galak-galak," kata Bagus setelah Rahmi tersenyum saat ketiga temannya sudah berdiri.
"Diem."
Mereka bertiga pun ikut nimbrung dengan cewek-cewek tersebut. Ngobrol ngalor-ngidul hingga tak terasa jam istirahat hampir habis. Mereka enggan untuk berdiri sebab dosen yang mengajar selanjutnya belum datang.
Enak ya jadi mahasiswa. Dosen nggak hadir bisa makan di kantin. Syukur-syukur bisa langsung pulang jika mata kuliah terakhir yang kosong.
"Rahmi, kok tumben nggak sama Putri," ucap Vian sebelum mereka kembali ke kelas.
"Iya ya, biasanya udah seperti upin dan ipin," Bagus ikut bertanya. Penasaran.
Rahmi tak mau bercerita mengenai perdebatan dan perang dingin antara dia dan Putri. Biarlah ini menjadi suatu rahasia. Dia tak mau teman-teman yang lain ikut membencinya jika mengetahui permasalahan yang membuat Putri menjauhinya.
"Kalian pikir aku botak gitu, bisa-bisanya bilang upin dan ipin," ucap Rahmi cemberut.
"Kan upin punya rambut," Seseorang berkata tiba-tiba. Dia mendekat dan berdiri di belakang Rahmi. Rahmi pun menoleh kebelakang. Dilihatnya ternyata ada Angga yang berdiri di sana.
Angga datang untuk mengajak teman-temannya untuk masuk ke dalam kelas. Dia tadi melihat pak Dekan yang mengajar mata kuliah selanjutnya baru turun dari mobil. Tanpa menunggu waktu lagi, semuanya berbondong-bondong masuk kelas. Mereka cepat-cepat masuk kelas karena tak ingin jika pak Dekan yang masuk dulu. Kalau mereka telat ketika masuk, akan menjadi citra yang buruk bagi mereka. Mereka tak mau mendapat citra sebagai mahasiswa terlambat mengingat mereka masih semester satu.
***
Permusuhan memang bisa membuat semuanya bisa pecah berantakan berkeping-keping. Susah jika kita harus menata semuanya agar berjalan normal kembali. Merasa dikucilkan, tentu saja. Rahmi mulai meratapi nasibnya ketika teman dekatnya tidak mau mengajaknya berbicara. Bahkan lebih tepatnya menjauhinya. Tetapi Rahmi masih bersikeras bahwa keputusannya masih bulat. Dia tidak mau ada drama percintaan diantara pertemanan mereka. Rahmi ingin dia bersama teman-temannya lulus bersama nantinya. Untuk masalah cinta, masih bisa di cari dan di dapat dari orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMUT-SEMUT BESAR
AdventureRahmi, Angga, Bagus, Frans, Putri, Vian, dan Lia adalah 7 mahasiswa yang selalu kemana-mana bersama. Berawal dari ospek kampus, mereka menyadari memiliki hobi yang sama, yaitu travelling. Letak kampus yang berada di pulau dewata Bali, membuat mereka...