Part 2

11.7K 882 22
                                    

Haechan bangun dengan nafas terengah-engah, keringat dingin bercucuran membasahi tubuhnya. Secara tidak sadar tangan memegang area dada seperti habis tertembak.

"Haechan, ada apa denganmu?" tanya seseorang yang tiba-tiba ada disampingnya, memandangnya khawatir.

"Sanha? Apa yang kau lakukan di kamarku?"

"Kata managermu kau sakit dari semalam, jadinya aku menjengukmu. Aku menemanimu dari tadi sampai kau bangun barusan," jelas Sanha.

"Apa yang terjadi? Kau bermimpi buruk?" tanyanya lagi.

"Iya, tapi itu bukan apa-apa hanya bunga tidur."

Sanha mengangguk, lalu mengambil sesuatu yang dibawanya tadi dan mennyerahkannya pada Haechan.

"'Makanlah, aku sudah membelikan obat penurun panas untukmu, kau bisa mengkonsumsinya setelah kau memakan bubur itu."

"Terima kasih, tapi seharusnya kau tidak perlu repot seperti ini."

"Bukan masalah besar, ini karena kita adalah teman 'kan?"

Haechan tersenyum tulus mendengar perkataan Sanha, ia bersyukur masih memiliki seorang teman yang memperhatikannya seperti ini.

"Oh iya, apa kau melihat memberku yang lain di depan?" tanya Haechan, sementara Sanha hanya merotasikan matanya.

"Maksudmu pacar-pacar brengsekmu itu? Mereka sedang berkencan dengan selingkuhannya!" ujar Sanha dengan sinis, sementara Haechan terdiam.

"Bukankah sudah kubilang untuk putus dari mereka, mengapa kau sangat keras kepala? Lihat saja sekarang di saat kau sakit apakah mereka peduli padamu? Mereka bahkan sibuk berkencan dengan para jalang itu dan mengabaikanmu!"

Benar, Haechan membenarkan perkataan Sanha barusan. Keenam pacarnya itu tidak pernah memperdulikannya, Haechan selalu merasa terasingkan.

"Tapi, aku mencintai mereka. Apakah aku bisa tanpa mereka?" lirih Haechan.

"Tentu saja kau bisa! Mereka saja bisa tanpamu!"

"Kau benar Sanha, mereka bisa tanpaku disisi mereka. Dan itu karena ada orang lain yang dicintai oleh mereka. Apakah sudah saatnya aku menyerah?" Haechan bertanya seperti itu dengan berlinang air mata.

"Tidak ada yang benar-benar mencintaiku di dunia ini, mau itu di masa lalu atau di masa yang akan datang. Rasanya aku hidup hanya untuk terluka, benar 'kan?" Haechan tersenyum miris, Sanha yang tidak tega langsung memeluknya dengan erat.

"Jangan berkata seperti itu, masih ada aku sahabatmu di sini. Jangan merasa sendiri."

*****

Satu-persatu member sudah pulang ke dorm, namun mereka merasa ada yang kurang. Biasanya saat mereka pulang pasti ada suara-suara keceriaan yang menyambut mereka. Namun sekarang suasana dorm nampak sunyi.

"Aneh, tidak biasanya dorm sesunyi ini," celetuk namja bermata sipit itu.

"Kau benar Hyung, di mana dia?" timpal namja yang umurnya lebih muda.

"Kau lupa? Dia sedang sakit."

"Ah iya, kalau begitu aku akan mengeceknya."

"Untuk apa Jeno-ya? Bukankah selama ini kau tidak pernah mempedulikannya? Lalu apa sekarang kau sudah mulai menyukainya?" tanya pria berdarah China itu.

"Tidak, aku hanya ingin memastikan apa dia benar-benar sakit atau tidak." setelah mengatakan itu, Jeno berlalu pergi menuju ke kamar Haechan.

Sementara itu di dalam kamar, Haechan nampak duduk melamun. Sanha sudah pamit pulang sejak tadi.

Terdengar pintu yang dibuka membuat Haechan sadar dan menoleh ke arah pintu. Namun saat melihat siapa yang masuk, tanpa sadar Haechan meremat selimutnya dan merapatkan diri ke kepala ranjang seolah menghindari orang itu.

Tangan yang memegang selimut itu nampak bergetar, juga tatapan mata yang sorot akan ketakutan terpancar jelas di sana, membuat Jeno yang melihatnya kebingungan.

"Ada apa denganmu?" Jeno hendak menyentuh dahi Haechan yang masih terpasang kompres di sana, namun dengan cepat si namja manis menghindar.

"Tidak ada!" Haechan masih ingat dengan jelas bagaimana ia di siksa dalam mimpinya oleh orang yang ada di hadapannya ini. Mulai sekarang ia harus menjahuinya jika tidak ingin nyawanya melayang.

Tapi ia harus bersandiwara dulu.

"K-kau dari mana saja, Jeno?"

Jeno menatapnya sebentar, sedetik kemudian smirk terukir jelas di wajahnya.

"Kencan, seperti biasa," jawabnya santai.

"Jen.... Aku kekasihmu," lirih Haechan.

"Hanya kau yang menganggap hubungan ini ada." setelah mengatakan itu Jeno beranjak pergi dari sana, namun saat sampai di pintu perkataan Haechan membuatnya berhenti.

"Apakah aku boleh 'beristirahat' ?"

*****

Para member dream kini duduk mengelilingi Haechan, karena mereka bilang ada hal yang harus mereka katakan kepada Haechan.

"Kenapa kalian tiba-tiba ingin bicara denganku?" tanya Haechan, sejujurnya ia sudah mewanti-wanti apa yang akan dikatakan oleh mereka kepadanya.

"Baiklah, kami to the point saja. Kami sepakat ingin mengakhiri hubungan ini," ujar Mark mewakili.

"Kami sudah memiliki seseorang yang kami cintai masing-masing tanpa harus berbagi." Chenle ikut menimpali.

"Dan juga apa kau tidak lelah? Kami tidak pernah memberikan cinta selayaknya kekasih padamu 'kan?" ujar Jeno.

"Benar, jadi untuk apa mempertahankan hubungan yang tidak bermakna ini?" Renjun menyahut.

"Aku juga sudah muak dengan tingkahmu." Jaemin dengan suara datarnya.

"Kita akhiri semua ini." terakhir Jisung yang berkata.

Haechan benar-benar terpojok sekarang, pria manis itu menundukkan kepalanya sembari memilin tangannya sendiri.

"Apakah selama dua bulan ini tidak ada cinta yang tumbuh di hati kalian untukku barang sedikit saja?" tanya Haechan dengan lirih.

"Kau sudah tahu jawabannya 'kan?" jawab Jaemin balik bertanya.

Haechan memandang mereka dengan sendu sebelum menarik nafasnya dengan berat.

"Baiklah jika ini yang kalian mau. Hubungan kita berakhir sampai di sini, dan aku harap kalian bahagia dengan pilihan kalian." Haechan mengatakan itu sambil tersenyum simpul, lalu beranjak menuju ke kamarnya.

Sedangkan member dream bersorak ria di ruang tengah, karena akhirnya mereka bisa lepas dari Haechan. Namun satu hal yang tidak mereka tahu, Haechan menghembuskan nafasnya lega di kamarnya.

"Setidaknya dengan ini mimpi buruk itu tidak akan terjadi," ujar Haechan menenangkan dirinya.

Haechan memutuskan mulai besok ia akan melupakan cintanya pada keenam member dream. Haechan akan mulai membuka hatinya untuk yang lain.

Meski susah rasanya namun Harchan akan berusaha melupakan perasaannya itu. Tolong  berikan Haechan semangat supaya bisa move on ya!!

TBC

Terima kasih udah baca jangan lupa vote & comment untuk lanjut :)

Buat cerita ini karena lagi pengen nangis, hati rasanya sakit banget entah karena apa.

Ehhh kok malah jadi curhat? Udah SKIP!

We Can't Without You | Haechan x DreamiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang