[50] To Save (2)

15 6 2
                                    

.

.

.

Back to Riki...

Setelah turun ke lantai dua dan meminta bantuan pada Oci dkk, Riki turun dan menyuruh sebagian tim lantai 1 untuk segera ke rooftop.

"Selain tiga orang tadi, ikut Ikie buat ngehubungin Kak Jina sama temen-temennya buat sedia di halaman depan. Ada yang mau lompat!"

Anjirr gila!, umpat bertiga dalam hati.

Terlihat Surya yang sedang ngadem, minum susu almond yang sudah setengah isinya. Melihat tiga orang temannya datang berlari dengan wajah panik membuatnya meletakkan susunya. "Kenapa?"

Surya jadi ikutan panik kan.

"Abang-abang beresin halaman ini, suruh orang-orang biar gak ada diarea sekitar depan gedung itu! Ikie mau nelpon Kak Jina!"

Mereka segera melakukannya.

Sedangkan Riki mondar-mandir cemas karena kakaknya itu tak kunjung mengangkat teleponnya. Hingga akhirnya setelah beberapa saat teleponnya diangkat.

"Halo Ikie?"

"Kak Jina, kesini bawa kasur angin! Ada yang mau lompat!"

"Hah? Kenapa? Ada masalah?"

"Gaada waktu buat ngejelasin Kak! Pokoknya cepetan kesini!"

Telepon dimatikan.

***

Sementara diatas gedung...

[Kejadian ini terjadi saat Riki memanggil kawanan abangnya]

"Lepaskan Kirana!"

"Jangan harap, dasar pangeran sombong!" bentak Po. Jaka terhenyak, apa maksud ucapannya itu dia tidak tau.

"Kasihan sekali gadis ini. Hanya karena dia dekat denganmu, sampai akhirnya dia yang harus mendapat hukuman. Padahal yang harus dihukum itu kau, Juan Sina Alexander!" Telunjuk Po dituding kan ke muka Jaka yang mulai terlihat marah. Dia marah karena bingung, bisakah langsung sebutkan saja apa salahnya dan dia bisa membebaskan Kirana.

"Jangan sembarangan menyebutkan nama asliku!" Apalagi, sampai membawa-bawa nama lahir. Nama Jaka diberikan oleh guru agama kakaknya yang sekarang merupakan gurunya juga. Dan hanya orang-orang tertentu yang tau nama lahirnya, dan hanya orang tertentu juga yang boleh memanggilnya dengan nama itu.

"Cepat katakan apa kesalahanku sialan! Dan berikan gadis itu padaku!" Jaka mulai terbawa emosi.

"Oke. Jangan lemes tapi nanti ya!" Po mengambil sebuah kertas berlipat yang tebal, tampaknya kertas itu panjang sehingga dilipat-lipat sedemikian rupa hingga menjadi pas disaku belakang celana panjangnya. Mengambil napas banyak-banyak, "berlaku semena-mena terhadap tamu kerajaan, berkata pedas pada orang lain, sering mengeluarkan jurus bombastic side eyes..."

Benar saja, jenis kertas itu seperti kertas bill indomaret yang panjangnya mencapai semeter. Dilipat menjadi sepuluh lipatan.

Lipatan pertama

Lipatan kedua

Lipatan ketiga

Lipatan keempat

Lipatan kelima

"Hah, sebentar. Minum dulu!" Po meneguk air mineral dari botol yang entah kapan tiba-tiba ada. Mungkin saking fokusnya Jaka mendengar dosa-dosanya sampai tidak sadar.

"Oke lanjut." Po mengambil napas banyak-banyak lagi.

Lipatan ke-enam

Lipatan ketujuh

Lipatan kedelapan

Lipatan kesembilan

Lipatan kesepuluh

"Dan terakhir, membunuh keong yang tidak bersalah dengan alasan Anda adalah pangeran tersayang Raja."

Jaka terdiam. Benar-benar terdiam, bagaimana bisa dia mencatat kesalahan yang Jaka sadari dan tidak disadari? Bahkan, ada diantaranya yang merupakan tempat-tempat pribadinya yang hanya dia seorang yang tau. Tapi, bagaimana bisa?










"WOY! BALIKIN ANAK ORANG ANJIR! Kasian nih bocah, belum nembak gebetan tapi gebetannya malah diculik!" Han datang-datang langsung berkoar.

Entah karena Po yang membaca terlalu cepat atau Han dkk yang memang datangnya terlambat. Tapi salut deh, sepuluh lipatan dalam empat menit.

Po, nanti kalau kamu yang diculik, jangan panik ya. Mungkin aja itu staff babeh waiji yang ngeliat rapp mu tadi.










***
Barangkali Po ini temennya Suga 😭

Btw, ku spill nih. Lima bab lagi, abis itu, kkeut.

Sampai jumpa di bab baru. Jaga kesehatan & bahagia selalu ya!

Dadah!

Pangeran Domba || [Yang Jungwon]Where stories live. Discover now