Bagian Kedelapan

59 24 3
                                    

"Kamu udah bawa bahan-bahannya, kan?" tanya Hana dibalas anggukkan kepala oleh Vano. Keduanya menaiki motor kemudian melaju menuju rumah Brandon, tempat yang akan menjadi perkemahan mereka kali ini.

Waktu hari Senin kemarin, Jenina ngusulin buat ngadain kemah sebelum UAS menghadang kewarasan mereka. Apalagi semester dua ini kerasa susah banget buat mereka bertiga belas yang kadang masih terjebak di masa SMA. Setelah disetujui oleh semua orang, diputuskanlah rumah Brandon menjadi tempat perkemahan mereka karena rumah orang tua lelaki tersebut memiliki halaman belakang yang sangat luas.

Sesampainya di rumah Brandon, sudah ada lima motor yang terparkir di garasi. Vano dan Hana turun dari motor lalu berjalan masuk ke rumah sahabat mereka sambil menenteng tiga plastik berisi bahan makanan mentah serta minuman soda.

"Eh, Han, sini gue aja yang bawain kreseknya." ujar Hagara seraya mengambil alih plastik yang dipeluk Hana. Gadis berzodiak Cancer itu mengucapkan terima kasih kemudian menghampiri sahabat-sahabatnya yang sedang menonton televisi.

"Modus lo tiang jelek." ucap Vano, ia dan Hagara berjalan sebelahan menuju dapur. Hagara tertawa kencang mendengarnya, "yaelahhh, Vanooo. Gue gak ada niat buat ngerebut Hana dari lo juga, anjirrr."

Vano melirik sinis sahabatnya itu. Keduanya pun menyapa Mama Brandon juga Linda yang ternyata lagi nyiapin popcorn buat mereka.

"Pagi, tante." sapa mereka. Mama Brandon tersenyum, "pagi, nak. Kalian udah sarapan belom?"

"Udah, tan. Brandon nyuruh kita buat sarapan dulu sebelum kesini. Hahahaha..." jawab Hagara setelah menyalim tangan wanita paruh baya tersebut. Mama Brandon tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya heran kemudian Vano dan Hagara mengalihkan pandangan ke Linda.

"Oy! Sombong amat, Lin." ujar Hagara.

"Diem lu."

"Pencitraan lah pasti, Gar." sahut Vano membuat Hagara langsung tertawa kencang. Linda yang mendengar itu pun berdecak kesal, ia melempar tepung kearah dua lelaki tersebut namun sayangnya tak terkena sama sekali. Karena takut diamuk Linda, Vano dan Hagara pun keluar dari area dapur. Berjalan menuju halaman belakang dimana ada Alex, Jengga, dan Brandon sedang berdebat dengan tenda yang tergeletak begitu saja di tengah-tengah mereka.

"Tenda cuma satu terus kita tidur mepet-mepetan berenam, gitu?!" tanya Jengga sambil berkacak pinggang.

"Ya terus gimana??? Gue gamau ya lo semua tidur di kamar tamu. Susah ntar beresinnya. Mana lo pada gabisa bersih-bersih!" ujar Brandon membuat Alex berdecak.

"Stop it, guys! Kita bisa bagi-bagi, setengah di tenda dan setengahnya di kamar tamu." ucap Alex menengahi. Vano, Hagara, Brandon, dan Jengga yang mendengar itu terdiam takjub. Soalnya mereka udah lama gak denger Alex ngomong bijak kayak gini, biasanya si Ken. Ya walaupun Alex sering menengahi mereka tiap ada adu mulut gitu sih.

Brandon menghela napas. "Yaudah. Kayak yang dibilang Alex aja. Tapi yang tidur di kamar tamu, besok harus langsung diberesin abis bangun. Jangan ada sampah yang ketinggal!"

Jengga memberi hormat pada Brandon seolah-olah siap melaksanakan apa yang dikatakan sahabatnya barusan. Setelah berdiskusi sebentar, diputuskanlah Jengga, Alex, dan Ken yang akan tidur di kamar tamu.

Ya walaupun ada ribut (lagi) antara Hagara dan Jengga.

♤♤♤

Yunita merapikan barang-barangnya dan menyelempang tas berukuran kecil miliknya. Ia keluar dari kamar yang menjadi tempat anak-anak cewek tidur menuju ruang tamu.

"Jadi keluar lo?" tanya Jenina dibalas anggukkan oleh Yunita. Sebelas anak muda lainnya yang memang sedang berkumpul disana pun mengalihkan pandangan mereka.

"Mau kemana, Yun?" tanya Hagara. "Ketemu orang." jawab Yunita singkat. Gadis itu ingin segera pergi dari rumahnya Brandon karena tak ingin mendapat tatapan tajam dari Jengga. Ia bisa melihat dari ekor matanya kalau lelaki itu tengah menatapnya lekat dengan kedua matanya yang tajam.

"Siapa yang mau anter nih, guys?" tanya Brandon ke para lelaki. Mendengar itu, Yunita membulatkan kedua matanya. "Ngapain? Gue naik ojol aja."

"Gila lu naik ojol. Lu berangkat dari rumah gue ya kali lo gak dianter sama salah satu dari kita. Lagian kalo lo kenapa-napa, ntar siapa yang bisa jadi saksi, hah?"

Ucapan dari Brandon selaku tuan rumah tersebut membuat Yunita terdiam.

Bener juga.

"Gue aja yang nganter." ucap Jengga seraya mengangkat tangannya. Sontak, Yunita membeku. Ia melirik ke arah Jenina, orang yang mengetahui kegiatannya malam ini, yang sama terkejutnya dengan dia.

"E—eh? Gak perlu dah, gue bi—"

"Oke kalo gitu si Jengga aja yang anter." ucap Brandon memotong, membuat Yunita langsung mendelik kesal kearah kekasihnya Linda tersebut. Jengga beranjak dari posisi duduknya kemudian berjalan menuju garasi dimana motornya berada. Setelah kepergian Jengga, Yunita mengacungkan jari tengah pada Brandon, dan dibalas tawa kencang oleh lelaki itu juga Hagara.

"Selamat bernostalgia, Yuyun~" ejek Hagara. Yunita berdecak. Ia pun segera berjalan keluar dari rumah karena mendengar klakson motor milik Jengga.

Sebelum pergi, Yunita sempat mendumel. "Awas lo semua, ya."

《》《》《》

[✅️] Friendship Struggles 2 | 04lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang