Bagian Kesepuluh

58 24 0
                                    

Jengga mengeringkan rambutnya seusai keluar dari kamar mandi di dekat dapur di kediaman keluarga Brandon. Laki-laki itu membuka pintu kamar tidur tamu kemudian terkejut saat mendapati presensi Yunita tengah duduk diatas ranjang dengan posisi membelakangi pintu.

"Yun?" tanya Jengga. Ia tak menutup pintu, sengaja membukanya lebar-lebar karena takut Yunita akan teringat dengan peristiwa tadi. Jengga berjalan mendekati gadis itu, bersamaan Yunita menoleh kearahnya.

"Eh, Ga... Udah selesai mandi?" tanya Yunita sambil tersenyum. Namun Jengga mengernyitkan keningnya bingung. "Udah... Lo ngapain disini? Gak istirahat?"

Yunita tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Jengga, ia malah melirik kearah pintu kamar yang terbuka lebar. Melihat itu, Jengga ikut menolehkan pandangannya ke pintu, "oh... Pintunya gue buka biar lo gak nginget-nginget lagi."

Gadis berzodiak Aries itu menatap Jengga dengan lekat. Kemudian ia tersenyum seraya menepuk kasur, meminta lelaki tersebut untuk duduk di sebelahnya. Setelah Jengga duduk, Yunita mengeluarkan kapas dan betadine dari saku celananya. Ia memegang tangan Jengga yang terdapat bekas memar lalu mengobatinya.

"Lo gapapa?" tanya Jengga menatap Yunita. Ia merasa bingung dengan sikap gadis itu yang sangat tiba-tiba.

"Harusnya gue yang nanya itu ke lo."

Jengga tak membalas. Sempat terjadi keheningan hingga Yunita menyelesaikan kegiatannya.

"Makasih udah nolongin gue, Ga." ujar Yunita tulus. Keduanya saling bertatapan sebelum Jengga menarik Yunita lalu memeluknya erat.

Baik Yunita maupun Jengga menikmati keheningan yang sedang terjadi. Keduanya berpelukan seakan mereka masih berpacaran. Apalagi saat Yunita membalas pelukan laki dan menenggelamkan kepala di ceruk leher laki-laki itu.

"Yun..."

"Heum..."

"Jangan main aplikasi dating lagi, ya."

"Kenapa?"

"Gue khawatir lo dapet cowok yang gak baik."

"Emang lo baik?"

Jengga melonggarkan pelukannya. Ia membalas tatapan Yunita kemudian menempelkan dagunya dengan dagu si gadis.

"Mungkin gue bukan cowok baik di mata lo. Dan gue bener-bener menyesal sama kesalahan gue di masa lalu. Dan gue juga... pengen kita balik kayak dulu, Yun..."

Yunita terdiam mendengar ucapan Jengga. Keduanya saling bertatapan hingga si gadis Aries mengalihkan pandangan. Yunita menghela napas kemudian menggeleng, "gue masih sama, Ga. Gue masih sama dengan sifat gue yang suka berbohong. Gue takut gue bakal nyakitin lo untuk kedua kalinya nanti."

Gadis itu beranjak dari posisi duduknya lalu keluar dari kamar, meninggalkan Jengga yang masih duduk dan menatap lantai kamar dengan kosong.

Kita emang udah nyakitin satu sama lain, Yun.

♤♤♤

"Lo udah mendingan?" tanya Mayesa, menghampiri Yunita yang duduk di kursi besi sendirian.

"Udah." jawab Yunita. Mayesa menghela napas lalu menepuk pundak sahabatnya. "Muka lo pucet banget, Yun. Istirahat aja gih sana."

Yunita mengusap lengannya karena angin malam yang menerpa, ia pun menyetujui usulan Mayesa tersebut dan izin pergi ke kamar pada sang sahabat.

Mayesa menatap kepergian sahabatnya lalu berjalan menuju tempat mereka melakukan barbeque. Ia melempar senyum saat Hagara menatapnya bingung.

"Kamu kenapa?" tanya Hagara. Mayesa menggeleng, "gapapa. Aku cuma khawatir aja sama Yunita."

"Yunita kenapa emang? Masih gak enak badan dia?" tanya Hagara lagi. Mayesa kembali menggeleng, ia menggigit daging yang ada di capitan yang dipegang Hagara, lalu menyengir pada kekasihnya.

Kedua belas anak muda itu memakan daging yang mereka panggang sambil mengobrol dan bercanda ria. Saat jam sudah menunjukkan pukul dua subuh, beberapa dari mereka memutuskan untuk tidur. Namun, Jengga mengistirahatkan diri di sofa ruang tamu kemudian menghela napas panjang. Ia mengusap wajahnya, mengacak rambut, dan menyenderkan punggung di sofa.

"Gak tidur lo?" tanya Vano. Jengga menoleh ke belakang dan menemukan presensi Vano juga Ken berdiri di belakang sofa.

"Eh? Belom, Van." jawab Jengga. Vano dan Ken pun duduk disebelahnya. "Lo gapapa? Lo kayak lagi banyak pikiran, Ga." ujar Ken dibalas gelengan kepala oleh Jengga.

"Bohong banget. Muka lo menunjukkan kalo lo lagi ada pikiran." ucap Vano. Sempat terjadi keheningan diantara mereka bertiga, hingga akhirnya Jengga mengeluarkan suara.

"Yunita beneran benci sama gue kayaknya." ucap Jengga memulai pembicaraan. Laki-laki itu menundukkan kepala kemudian melanjutkan, "gue nyerah. Gue gabisa maksa dia buat balikan dan respons dia tiap gue deketin dia pun kayak udah gak mau berhubungan lagi sama gue. I think it's time to stop."

"Mungkin belom waktunya, Ga. Mungkin dia masih belom bisa move on dari masa lalu kalian. Yunita tuh sering banget overthinking, jadi di pikiran dia, lo masih benci sama sifatnya yang gabisa jujur itu. Bukan pembohong loh, tapi gabisa jujur. Karna dari yang gue liat, Yunita gapernah bohong ke sahabat-sahabatnya tapi gabisa jujur ke orang lain yang bukan sahabatnya."

Penjelasan dari Ken tersebut membuat Vano dan Jengga menyimak dengan seksama. Keduanya baru menyadari jika Yunita adalah tipikal gadis yang seperti itu. Apalagi anak-anak cowok jarang banget ngobrol sama Yunita, mereka bisa deket karena Yunita adalah sahabatnya Jenina dan Hana, dimana saat itu hanya Vano dan Ken yang tengah berpacaran.

Jengga menghela napas perlahan. Ia menatap lantai dua yang sepi, menganggukkan kepala pada Vano dan Ken yang izin tidur duluan, kemudian mengeluarkan ponselnya.

Yunita

Yun |
Gue berhenti ya |
Sorry kalo selama ini gue udah menghadang lo untuk move on |
Gue cuma... masih sayang banget sama lo.... |
Bener kata lo yun, gak seharusnya gue ada niatan buat balikan sama lo |
We've been hurted by each other dan gue sadar itu |
I'm so sorry, Yun |
Semoga lo bisa ketemu sama cowok yang lebih baik dari gue ya |
Thank you, Yun |
03.00

Dan, pada akhirnya, Jengga memilih untuk berhenti sebelum mereka kembali tersakiti oleh satu sama lain.

《》《》《》

[✅️] Friendship Struggles 2 | 04lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang