Part 8

133 13 6
                                    


Ara menggoyang kan ayunan yang ia naiki, menatap lurus ke depan, padahal diseberang sana ada banyak bunga cantik yang sedang mekar tapi tak membuat nya mengalihkan dari pikiran kecilnya.

Satu tetes air mata terjatuh, saat mengingat kejadian tadi pagi. Saat ayahnya membentak dirinya.

Kenapa rasanya sakit sekali!

Tak pernah terbayang oleh Ara dibentak oleh ayahnya yang sangat ia rindukan, sosok yang tak pernah ia lihat langsung. Hanya foto yang bisa ia pandangi, mungkin saja jika neneknya tak memiliki foto ayahnya ia tak tau wajah ayahnya.

Seperti ibunya.

" Nenek, ayah gak bilang tentang ibu. katanya kalau Ara ketemu ayah, nanti ayah akan memberi mainan, Ara juga akan ditemani ke makam ibu, nenek bohong. "

Air matanya kembali menetes Ara mencengkeram dengan kuat tali disisi ayunan, ia tak peduli nanti tangannya terluka.

Mereka semua jahat

Ara sesenggukan sendiri di taman belakang rumah mewah ini, hingga senja menampakan sinarnya Ara baru bangkit dan melangkah menuju rumah.

Perutnya terasa begitu lapar, mungkin pelayan rumah ayahnya sudah memasak.

Ia mengendap masuk ke dapur seperti seorang yang ingin mencuri makanan saja, di meja makan belum disiapkan makan malam karena memang waktu masih menunjukan pukul enam sore dan ayahnya juga belum pulang.

Perutnya terus berbunyi ingin segera diisi tapi tak ada satupun makanan di sini, entah Ara yang memang tidak tahu dimana letak makanan itu berada. Ia mencoba membuka pintu pendingin yang dengan gagang yang lebih tinggi darinya.

Tapi belum juga dirinya menggapai nya, salah satu pelayan memergoki dirinya yang mencoba membuka pintu pendingin sebelum tangan kecilnya membuka nya, sebuah tangan asing menutup kembali ruang pendingin.

Ara mendingan dan melihat tatapan tajam dan meremehkan pelayan wanita di depannya.

" Ara lapar kak. " Ucap Ara menatap ke arah wanita berseragam pelayan.

" Itu bukan urusanku, Tuan Arka akan makan malam satu jam lagi. " Ucap pelayan tadi dan berlalu pergi.

Waktu makan malam tiba, Ara duduk dengan takut ia belum mengambil makanan dan mencoba untuk tidak menimbulkan masalah kembali, ia takut jika dibentak lagi.

Di meja makan ini Ara hanya melihat ayah dan juga seorang anak laki-laki yang ia lihat di tv waktu itu. Wanita yang baru ia ketahui istri dari ayahnya itu tidak ada disini, membuat Ara sedikit tidak merasakan terintimidasi.

Baru sesuap makanan yang ia telan, dan ia merasakan seperti seseorang memperhatikan nya. Apa ia melakukan kesalahan lagi?

" Kenapa dia ada disini. " Sarah membuka suaranya, dan tak berniat untuk duduk, ia terlambat untuk makan malam karena tadi harus memenangkan Jocelyn yang menangis.

Arka mengehentikan makan nya dan menatap Sarah dengan menaikan sebelah alisnya.

" Aku tidak ingin makan kalau dia ada disini! " Sarah melirik tidak suka ke arah Ara, yang kini juga menghentikan makan nya.

Arka menghela nafas, ia sudah lelah dan sedang tidak ingin berdebat dengan istrinya.

" Aku tidak keberatan jika kita bertengkar di meja makan ini. " Sarah menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya, seakan menantang Arka yang masih diam saja.

" Bi, tolong bawah dia ke dapur. " Ucap Arka mengalah, menyuruh salah satu pelayan nya untuk membawa Ara ke dapur.

Ara bingung saat makanan ya dibawah dan dia ditarik ke arah dapur, ia menatap bertanya ke arah pelayan yang membawa nya tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang