Part 1

543 19 0
                                    

Bug

Bug

Bug

Suara pukulan keras menggema di lorong rumah sakit, tepat setelah dokter memberi kabar duka kepada kedua pria yang kini sedang adu tonjok, beberapa orang yang kini melihat mereka langsung melerainya. Bahkan petugas keamanan dirumah sakit pun turun tangan untuk melerai kedua pria ini.

" Brengsek, apa yang kau lalukan hah! " Ucap pria yang kini sedang mencoba melepaskan cekalan para orang-orang yang menahan untuk memukul pria yang kini sudah babak belur.

" Kau membunuhnya brengsek! " Teriaknya kembali.

" Mas tenanglah, ini dirumah sakit. " Kembali orang menyadarkan pria yang kini masih menggebu-gebu karena marah.

" Lepas! " Ucapnya dan langsung menyentak tangan orang-orang yang menahannya, awalnya beberapa orang tadi akan menahannya, tetapi karena melihat langkah kaki pria itu menjauh membuat orang-orang kembali diam.

Pria yang kini terbaring dilantai dengan wajah babak belur, mencoba berdiri dengan dibantu orang-orang yang masih disana.

Pria itu mengangkat salah satu tangannya, untuk memberi tau jika dirinya baik-baik saja dan masih mampu berdiri.

Ia berjalan menuju ke ruang dimana sosok perempuan yang telah mengisi hatinya terbaring kaku dengan mata terpejam. Ia membuka pintu dan melihat sosok perempuan yang kini tubuhnya tertutup oleh kain putih di bankar rumah sakit.

Hatinya sakit melihat sang pujaan hati kini telah tiada, mereka bahkan telah merencanakan pernikahan tetapi semuanya kandas setelah kini mereka terpisahkan oleh dunia yang tak bisa dijamah satu sama lain.

Mereka telah menjalin cinta, ketika masih duduk di bangku SMA, dan hingga mereka melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, tetapi mereka melakukan hal yang membuat hadirnya seorang janin, membuat Ariana rela menunda pendidikannya dan fokus untuk menjaga kandungannya.

Tetapi semua itu tidak semulus yang ia rencanakan, Arka sang kekasih dan juga pria yang telah menanamkan benihnya. Menolak mentah-mentah, ia memaksa Ariana untuk menggugurkan kandunganya, bukan karena Arka menolak darah dagingnya, tetapi karena Arka ingin Ariana melanjutkan pendidikan terlebih dahulu yang hampir selesai karena Arka tidak ingin membuat Ariana terbebani.

Ariana dengan tegas menolaknya, ia lebih memilih menunda pendidikannya sampai melahirkan, daripada dirinya harus menggugurkan kandungannya, dan kehilangan anaknya.

Walaupun Arka menolaknya tetapi Ariana tidak berhenti untuk memohon agar pilihannya ini disetujui olehnya. Membuat Arka tidak bisa lagi menolak ia membiarkan Ariana mempertahankan kandunganya, dengan rasa was-was Arka menjaga Ariana.

Hingga yang ia jaga, telah sia-sia. Ariana telah pergi meninggalkannya. Seharusnya dulu Arka tidak mendengarkan permintaan Ariana hingga akhirnya dirinya kehilangan sosok perempuan bak bidadari yang selalu berada disampingnya.

Arka mengguncang tubuh Ariana yang tak merespon sedikitpun, sudah satu jam Arka berada di ruang ini dengan mencoba membangunkan Ariana yang sangat tidak mungkin Ariana bangun dan mengatakan jika semua ini belum berakhir, tetapi itu hanya keinginan nya. Karena kini semuanya sudah berakhir.

Kisah cinta mereka telah berakhir.

Perawat yang melihat Arka mengguncang salah satu tubuh yang tak lagi bernyawa, langsung menarik Arka dengan sekuat tenaga. Arka mencoba melepaskan tetapi ia tak mampu karena yang menahannya adalah tiga orang perawat.

Arka ditarik untuk keluar dari ruangan itu, ia melihat sang ibu yang kini sedang menangis di kursi.

Sang ibu mendongak ketika mendengar bentakan dari anaknya, karena perawat yang melarang dirinya masuk kedalam.

" Arka... " Panggil lembut Rima, Ibu Arka.

" Ibu... hiks... Ana ibu... hiks... "Arka terbata-bata mengatakannya, sungguh ia tak sanggup lagi. Rima langsung memeluk putra semata wayangnya, membuat tangis Arka semakin pecah.

" Ikhlaskan saja Nak... Ariana pasti sedih melihat kamu seperti ini, kau sudah melihat anakmu? " Tanya Rima setelah menenangkan sang anak.

Arka mendongak menatap ibunya yang kini juga sedang menatapnya, ia bahkan lupa tentang keberadaan anaknya. Arka terlalu larut dalam kesedihan kepergian Ariana.

Arka tersenyum sebelum mengatakan kalimat yang membuat wajahnya berpaling

" Kuharap pembunuh kecil itu mati! "

*****

Terimakasih untuk kalian yang sudah membuka cerita ini, dan membaca note ini.

Ini cerita udah dari publikasikan beberapa tahun yang lalu, karena suatu hal aku unpublikasi.

Dan tahun ini aku akan memulainya kembali.

Semoga di tahun ini semuanya lancar, dan semua cerita ku selesai dan memuaskan semua pembaca.

Jangan lupa vote and komentar nya yah😍

2023

NdH🍁

ARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang