Part 3

316 26 5
                                    


" Nenek, ayah Ara kapan pulang? " Entah sudah berapa kali pertanyaan itu dilontarkan oleh Ara, yang kini telah menginjak usia tujuh tahun dia juga baru masuk sekolah.

Rima memang memberi tau tentang Arka-ayah dari cucunya, dia bahkan menenunjukan foto Arka. Membuat Ara kini selalu memeluk foto Arka-ayahnya yang tidak pernah ia lihat semenjak kejadian itu.

Tetapi tentang Ariana-ibu Ara, ia memberi tau jika sang ibu telah tiada dengan mengatakan jika ibunya sudah di tempat yang indah, beruntungnya Ara mengerti, dan setiap akhir pekan Rima selalu membawa Ara ke makam ibunya.

" Ayah Ara pulang, jika pekerjaan disana sudah selesai, bukankah Ara ingin ayah pulang membawa banyak mainan? " Ara yang tadinya akan cemberut, kembali tersenyum ketika mengingat jika dirinya menginginkan ayahnya pulang membawa banyak mainan salah satunya boneka yang banyak.

" Sekarang Ara makan dulu ya. " Bujuk Rima.

" Nek, makannya didepan televisi aja, siapa tau ada ayah lagi di televisi. " Ucap Ara sebelum ia berlari masuk keruang tamu, dengan tidak melupakan tangan kanannya memegang bingkai foto ayahnya.

Yah, foto yang diberikan oleh Rima, memang selalu dibawa kemanapun oleh Ara, bahkan ketika tertidur Ara selalu memeluknya. Walaupun terkadang Rima selalu mengambilnya ketika Ara sudah terlelap.

" Nenek cepat kemari... lihat ada ayah di tv Nek. " Teriak Ara dengan girangnya, membuat Rima berlari ke arah ruang tamu. Dan memang benar, ini bukan pertama kalinya bahkan sudah beberapa kali. Karena kini anaknya sudah menjadi salah satu pengusaha muda, dan selalu menjadi sorotan media.

" Nek, apa itu ibu Ara? " Tanya Ara, membuat Rima tersadar dan mengalihkan tatapannya pada tv. Disana terlihat jika anaknya sedang merangkul mesra seorang perempuan, yang entah ia tak ketahui siapa perempuan yang bersama anaknya.

Rima jadi bingung ingin menjawab apa?

Tiba-tiba saja Ara menjerit membuat Rima begitu terkejut, untung saja dirinya tidak mempunyai riwayat penyakit jantung.

" Siapa bayi yang digendong ayah Ara? " Tanya Ara dengan kesal, kembali Rima terkejut karena Arka menggendong seorang bayi yang usianya sekitar 1 tahun.

" Siapa anak lelaki itu! " Kembali suara melengking Ara memenuhi ruang tamu ini.

" MEREKA MEREBUT AYAH ARA!!!! " Jerit Ara, ia langsung mematikan tv, dan menangis kencang.

" AYAH JAHAT! " Teriak kembali Ara, Rima langsung memeluk tubuh kecil cucunya ia mencoba menenangkan Ara, yang kini begitu sangat histeris.

" Huaaaaaa... AYAH JAHAT! " Rima mengusap kepala Ara, ia juga ikut meneteskan air matanya.

Begitu teganya kau nak. Batin Rima

Sudah tiga hari semenjak kejadian itu, Ara sangat pendiam jika dulu Ara begitu aktif dan selalu bertanya apapun ataupun menceritakan kejadian yang dialaminya selama satu hari kepada neneknya. Tetapi semenjak Ara melihat Arka yang bersama dengan wanita dan juga dua orang anak. Membuat Ara begitu pendiam.

Jika biasanya sepulang sekolah Ara akan bermain bersama teman-teman nya. Tetapi kini tidak, Ara lebih memilih bermain sendiri di rumah, tapi Ara lebih banyak melamun.

Rima yang melihat perubahan sikap Ara, begitu khawatir. Ia takut jika Ara akan membenci ayahnya, walaupun Rima begitu kecewa pada anaknya, tetapi dirinya tidak pernah mengajarkan cucunya untuk membenci ayahnya-Arka.

Dua hari yang lalu, ia mendapati bingkai foto Arka yang biasanya selalu dibawa kemanapun oleh Ara, berada di tempat sampah.

" Ara, ayo makan dulu. " Ara mengangguk, Sebelum dirinya mengikuti neneknya ke arah ruang makan. Tak ada senyum atupun sikap ceria Ara, seakan semuanya lenyap begitu saja.

ARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang