"nggak apa-apa kalau pernikahan kita di tunda sampai tahun depan, Dis ?", Farrel menatap wajah kekasihnya dengan tatapan mohon maaf. "Neva, aku nggak bisa lepasin dia sendiri saat ini. Dia butuh aku. Kamu tahukan dia gimana ? dia terlalu rapuh. Dia nggak punya siapa-siapa selain aku", wajah Farrel sendu. Memilih antara kekasih dan adiknya bukanlah hal yang dia inginkan. Dia hanya berharap Adis mengerti dan mau memberikannya waktu lagi.
"aku udah pernah nungguin kamu lebih lama dari ini, Mas. Setahun lagi bukan apa-apa. Aku nggak apa-apa"
Farrel mengecup kening kekasihnya sayang. "Terimakasih, Dis. Maaf aku lagi-lagi harus menggantung kamu"
"No, Neva juga adikku. Dan kita nggak bisa ninggalin dia untuk bahagia. Aku cinta sama kamu bukan semata-mata karena kamu tampan..", Adis terkikik sebentar, "tapi karena kamu adalah laki-laki penuh perhatian, yang mampu menjaga keluarganya dengan baik. Kelak kalau kita punya anak perempuan. Dia akan bangga punya ayah sehebat kamu", Adis tersenyum menenangkan. Membuat rasa bersalah Farrel luntur karenanya.
"kamu yang terbaik, Dis"
"ya, aku juga cinta kamu", Adis tersenyum menggoda.
***
Sebulan lagi.
Ternyata waktu memang cepat berlalu, Neva mendesah.
Wajahnya terlihat murung. Yah, walau bagaimanapun berusaha menguatkan diri, berusaha baik-baik saja, terlihat tak peduli. Itu hanyalah acting belaka. Nyatanya pada dirinya sendiri, dalam kesendiriannya. Dia masih melihat Bian sebagai satu-satunya.
Kenapa begitu sulit melepaskan laki-laki itu ? apa yang telah dia lakukan padaku ? kemana semua keyakinan yang ku tumpuk selama ini ? kenapa mereka begitu mudahnya kalah karena kenangan masa lalu yang tidak pernah menyenangkan. Kenapa disaat yang lain melangkah kedepan aku masih disini. Berjibaku dalam rasa yang seharusnya hanya ada dalam masa lalu saja.
Kenapa harus Bian ? kenapa hatinya hanya menginginkan Bian ?
Neva murung. Ternyata dia memang belum bisa menghapus laki-laki itu. sekuat apapun dia membentengi dirinya sendiri. Sekeras apapun dia mencoba tidak peduli. Pernikahan laki-laki itu masih memberi luka dihatinya. Dia masih berharap keajaiban.
Hatinya yang lemah berbisik, apakah salah jika dia berharap sesuatu yang buruk terjadi pada pernikahan kakak sepupunya sendiri, keluarganya ?
Ketukan di pintu kamarnya membuyarkan lamunannya. Suara Farrel terdengar. Neva menyahut saat kakaknya itu bertanya apakah dia sudah selesai bersiap-siap. Dirapikannya lagi riasannya. Saat itulah dia melihat air mata diwajahnya sendiri. Entah kapan itu terjadi.
***
Farrel lagi-lagi menemaninya, bertemu dengan perwakilan sebuah brand kecantikan yang cukup terkenal di Indonesia. Rencananya mereka ingin meminang Neva menjadi brand ambassador produk mereka. Neva sebenarnya ingin menolak. Tapi bujukan Adis mampu membuatnya mengubah pendiriannya. Tak ada salahnya. Dia tidak merebut job siapapun apalagi job Sasha yang sebelumnya merupakan brand ambassador produk ini. Kontrak sepupunya itu sudah habis. Bukannya salahnya jika mereka tidak ingin memperpanjang kontrak. Kata yang berkali-kali di tekankan Adis padanya, kata yang membuatnya luluh. Hingga berada di sini. membicarakan kontrak bersama perwakilan produk sebuah brand kecantikan.
Kontrak tidak memberatkannya sama sekali. Tidak ada aturan yang ketat. Dengan kontrak berjangka dua tahun dan bayaran yang tak sedikit, Farrel adalah orang pertama yang setuju. Nampaknya mereka memang benar-benar menginginkan jasa Neva hingga tidak memberikan butir-butir yang memberatkan Neva dalam kontrak. Cuma Farrel yang entah kenapa bertindak menjadi manager adiknya memilih untuk membawa kontrak itu terlebih dulu agar lebih bisa memahami isi kontraknya. Sebelum berpisah, berkali-kali orang-orang itu menyakinkan Farrel dan Neva agar menyetujui kerjasama mereka.
"fikirkan lagi", Farrel berujar pada adiknya
"menurut Mas, harus aku ambil saja ?"
"ya tergantung kamu. Kalau kamu merasa nyaman"
Neva diam sejenak. "kalau aku terima berarti kita harus cari assistant dong Mas untuk aku ?"
"itu sih perkara gampang, Nev. jadi kamu setuju ?"
"nggak apa-apa, Mas ?"
"kenapa, Sasha lagi ?"
Neva tidak mengangguk, tidak juga menggeleng.
"cukup fikirkan dirimu Nev. kamu nggak harus mikirin orang yang nggak pernah mikirin kamu. Okey ?"
***
"Mas Bian ?", Neva berucap tak percaya saat dia melihat Bian berdiri di depannya. Berada di rumahnya. Bian pasti tak mencarinya kan ?
"Mas Farrel baru saja pergi", ucapnya lagi setelah bisa menguasai dirinya. satu-satunya alasan kenapa Bian bisa berada di depan rumahnya adalah Farrel. Mungkin mantan suaminya ini ada perlu dengan abangnya.
Tapi ada perlu apa malam-malam seperti ini ?
Bian tak menjawab, tapi laki-laki itu dengan langkah pasti mengikis jarak antar dirinya dan Neva, Neva ingin mundur saat laki-laki itu menahan tubuhnya. Mereka menempel. Sepersekian detik kemudian mata Neva terbelalak saat merasakan sesuatu menyentuh bibirnya.
Dia tahu ini, tapi hanya terlalu tidak sanggup untuk percaya. Apa yang Bian lakukan ? ingin mendorong laki-laki itu menjauh, Neva malah menyadari tubuhnya bak patung, tak bergerak. Diam. Seolah mati. Tapi detak jantungnya menyimpulkan hal sebaliknya.
Otak Neva kosong. Pun saat Bian menjauh darinya. Dan meninggalkannya tanpa kata. Apa yang baru saja terjadi. Adakah ini mimpi ? Neva menyentuh bibirnya yang terasa hangat. Tidak dia bisa merasakannya.
Bian menciumnya.
Tapi untuk apa ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Don't You Love Me
RomanceSebelum dicampakkan lebih baik aku menyerahkan ? Cinta tak bisa memaksa, cinta tak bisa berjalin sepihak. Aku tidak bisa memaksakan tempat yang bukan untukku. Ibarat sebuah rumah kosong yang ku sewa. Aku tinggal disana tanpa kepemilikan. Dan saat pe...