DUA

326 25 0
                                    


Nyatanya sebesar apapun luka itu, masih bisa ditutup dengan senyuman kan?

Esok harinya, Zura kembali berangkat ke sekolah. Hari ini, suasana hatinya benar benar berantakan, tadi pagi saja Zura sudah disuguhkan dengan omelan ayahnya. Entah kenapa setiap pagi selalu hal itu yang Zura dengar.

Tidak bisakah sekali saja ayahnya memberi perhatian? Semenjak ibunya pergi, kehidupan Zura berubah!

Ayah yang dulu sangat menyanyanginya, kini telah berubah. Pria yang menjadi cinta pertama Zura, kini justru menjadi luka pertama untuknya.

Setiap berangkat ke sekolah, Zura selalu jalan kaki. Bukan Zura tidak mempunyai kendaraan, hanya saja Zura malas jika harus berangkat ke sekolah naik motor. Apalagi jarak rumah dan sekolah tidak terlalu jauh, lagipula bukankah jalan kaki di pagi hari itu menyehatkan?

Sepanjang perjalanan tatapan Zura kosong. Dia berjalan, tapi pikirannya entah kemana. Zura sangat merindukan keluarganya, keluarga yang selalu memberi kehangatan, keluarga yang selalu menjadi tempat untuk Zura pulang. Ia rindu, rindu bagaimana harmonis keluarganya dulu.

Semenjak ibunya pergi, semuanya berubah.

Zura benci keadaan yang sekarang! Zura lelah jika setiap hari selalu mendengar bentakan dari ayahnya. BENARKAH KALAU TUHAN ITU ADIL?

APA TAKDIR INI JUGA DISEBUT ADIL?

Setidaknya jika dunia Zura pergi, Zura juga harus ikut pergi! Kalian tahu, kan dunia Zura itu siapa? Ya, jawabannya adalah Mamanya.

Bagi Zura, ibu adalah segalanya. Ibu tak hanya sebagai orang tua, tapi juga sebagai tempat dimana kita pulang. Selain itu, ibu juga seperti teman, teman berbagi cerita, teman yang setia, bahkan teman hidup. Disaat semua orang meragukan mu, tapi tidak dengan ibumu! Bagi Zura support sistem terbaik adalah ibu!

"Ma... kenapa Zura gak ikut pergi mama aja? Dunia Zura udah pergi, lalu apa gunanya Zura disini?"

"Mama... tolong bawa Zura pergi, Zura pengin ikut mama! Zura gak suka disini, Zura gak suka dibentak ayah setiap hari. Zura kangen mama..."

Zura terus bergumam dalam hati, ia tak sadar kalau air matanya sudah luluh begitu saja. Ia terisak lirih, mendadak kakinya terasa lemas seperti tak ada tulang.

Zura berjalan menyebrang diarea zebra cross. Dengan langkah pelan dan pandangan yang kosong. Saat baru sampai ditengah, tiba tiba lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Zura masih tidak menyadari hal itu, sampai akhirnya ada mobil yang melaju kencang mengarah padanya.

Suara klakson yang keras membuat lamunan Zura buyar. Ia terkejut bukan main saat menoleh dan melihat mobil berwarna hitam mendekat ke arahnya.

"AAAAAAA—" pekik Zura sambil menutup matanya.

Diseberang sana, ada pria yang sedang berjalan santai. Pandangan pria itu teralih saat mendengar suara teriakan yang begitu lantang. Matanya mencoba mencari asal suara itu, dan seketika netranya membulat sempurna saat melihat ada seorang gadis yang hendak ditabrak.

Sebut saja pria itu, Gevran. Reyndra Al Gevrano. Pria yang menjabat sebagai ketua osis di SMA UNITY. Gevran semakin dibuat terkejut saat tahu siapa gadis yang hampir ditabrak.

Gevran berlari sekuat tenaga, berusaha menyelamatkan gadis itu. "ZURAA AWASS!!" Pekik Gevran sambil berlari.

Mobil itu semakin dekat, begitupun dengan Gevran. Dengan cepat Gevran menarik lengan Zura dan menarik kedalam pelukannya.

"Lo udah gila, ya! Lo gak mikir kalau itu ngebahayain diri lo sendiri? Kalau lo mau bunuh diri, gak gini caranya, Ra!" Bentak Gevran penuh amarah.

Sedangkan Zura, gadis itu malah semakin terisak dalam pelukan Gevran. Mendapati punggung Zura yang bergetar, Gevran pun mencoba tenang.

REYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang