BAB 19 || SEKELILINGMU ADALAH AKU

86 10 1
                                    

"Pangeran salju, lo ga mau nembak gue?"

"Sinting!"

Suguhan suara dengan volume yang tidak bisa dikatakan pelan, berhasil menyambut kedatangan dua orang itu dengan wajah kekesalan yang tak terbatas. Gavin menatap sahabatnya itu penuh selidik ketika berjalan bersama dengan Afra yang mengikuti di belakangnya. Bukan hanya Gavin, Ayla yang tadinya tengah berceloteh ria mengganggu ketenangan Gavin yang baru saja masuk sekolah dan menyesuaikan dengan lingkungan barunya itu juga turut menatap keduanya dengan penuh selidik.

"WHAT! DEMI, LO BERDUA MASUK KELAS BARENG!"

Pletak!

"Aws.., Gavin, lo, ya!" Ayla menatap kesal Cowok disampingnya yang hanya diam tanpa meninggalkan raut wajah penuh bersalah sama sekali.

"Suara lo ngalahin toa masjid." Gavin menatapnya kesal. Dia lekas menggeser kursi yang ia duduki supaya bisa menjaga jarak dengan spesies aneh di sampingnya itu.

"Kita tukeran tempat."

Langkah kaki Afra terhenti ketika Gavin menatapnya. Tidak terlalu mempermasalahkan, Afra lekas mengambil duduk di samping Ayla yang sedari tadi hanya diam dengan mulutnya yang terus menerus berceloteb ria, menistakan sosok Gavin yang memang cukup menguji rasa sabarnya di pagi ini.

"Bismilah jadi suami gue yang takut kehilangan gue."

Afra menatapnya heran. Dia tidak habis pikir dengan cara berpikir Ayla yang cukup unik dan berbeda dari orang lain.

"Lo pulang kemana?"

Gavin mengintrogasi cepat ketika Rafa baru saja mendudukkan diri di bangkunya. Dua matanya menyorot tajam seolah memberitahu jika ia ingin mendengar penjelasannya dengan segera. Rafa menghela napas panjang ketika melihat akan hal itu. Tak mempermasalahkan, satu tangannya perlahan meanarik ransel yang ia bawa dan menyimpannya di atas meja. Dua tangannya tersimpan di depan dengan wajah yang menelengkup nyaman di balik lipatan tangannya.

"Jawab!" Gavin menarik bahu kanannya dan berhasil membuat Rafa menatapnya kesal.

"Ga usah ganggu gue."

"Ck." Gavin berdecak kesal. "Ghata nanyain lo sama gue."

Rafa terdiam sebentar. Kepalanya lekas terangkat, menatap Gavin penuh, memastikan jika ucapannya itu benar adanya.

Rotasi mata Gavin berputar malas. Punggung tegapnya perlahan ia sandarkan dengan kursi yang tengah dia duduki. "Dia telfon gue nanyain keberadaan lo. Dia bilang lo ga pulang ke rumah." Gavin menatapnya. "Lo pulang kemana?" Tanyanya dengan satu alis yang terangkat tinggi.

Rafa mengembuskan napasnya kasar. Rencana tidurnya gagal karena disuguhkan dengan pertanyaan beruntun dari Gavin yang menatapnya penuh introgasi. Tubuhnya lekas ia benarkan guna menemukan posisi nyaman ketika duduk. "Gue ke rumah peninggalan Kakek." Rafa menjawabnya cepat. Wajah datarnya sama sekali tidak menunjukkan minat apapun untuk bersuara.

"Lo--"

"Gue ga pulang ke rumah itu lagi." Rafa menyela cepat suara Gavin yang ingin mengucapkan suatu hal. Diamnya berhasil membuat Rafa tersenyum kecut seolah mengatakan jika ia tidak sedang berbohong sekalipun bermain-main dengan ucapannya barusan.

Al-Birru (DIROMBAK)Where stories live. Discover now