"Anjir kenapa mesti bumi sama uranus sih? gak sekalian merkurius sama pluto?" Sambil mengunyah nasi goreng ayamnya, Haris membaca ulang menfess yang dikirim Riki tadi pagi.
Sekarang Jam istirahat kedua dan kayaknya kelima orang ini masih belum kenyang menbicarakan hubungan Bulan dengan Riki.
"Itu mungkin maksudnya mereka dibilang deket enggak jauh amat juga enggak." Kata Sena dari samping, semangkuk soto mie didepannya hampir habis. "Mau gimana pun juga mantan mah tetep mantan, pernah sama-sama bahagia. Apalagi kalau putusnya baik-baik."
"Nah pinter tuh temen gue." Riki menyahut, ia masih belum memesan apa-apa siang ini.
Haris jadi cemberut, kedua pipinya membulat penuh karena nasi goreng. "Iya deh gue mah gapernah pacaran. mana tau begituan."
Jemima dan Juan yang melihat menghentikan suapannya untuk ketawa lepas, padahal Jemima sendiri juga gak pernah pacaran.
"Ini lo lagi cari quotes apa gimana?" Ucap Juan pada Riki. Kini Juan telah menghabiskan makanannya. "Daritadi main hp mulu, mie ayam gue ampe habis nih."
"Heeh, puitis banget sampe pas putus kirim menfessnya pake perumpaan geografi segala hahah" Jemima menambahkan.
"Astronomi begooo." Timpal Haris.
"Bukanya Astrologi ya?" Tanya Sena.
"Lah gue gatau yang mana, yang jelas bukan geografi ya nyet." Kata Riki meledek. "Terus siapa juga yang lagi cari quotes. Liat noh!"
Riki menunjukan layar ponselnya ke keempat temannya.
"Lo ngapain buka web sekolah?" Jemima menatap Riki dan layar ponsel secara bergantian. Sedangkan Riki buru-buru menarik tangannya dan kembali fokus ke layar tersebut.
"Kepo lu." Katanya kemudian.
"Rik! Rik!" Jemima mengecilkan suaranya.
"Apalagi? Mau ngeledek gue lagi?" Ia tidak menoleh.
"Bukan." Bisiknya, matanya tidak menatap riki.
"Apaa?" Ketika kepala Riki menengadah ada Luna disana, berdiri menjulang didepannya, wajahnya masih cantik seperti biasanya.
Udah lama Riki gak lihat Bulannya dari jarak sedekat ini, rasanya persis kayak yang Sena bilang tadi. Jauh tapi gak sejauh itu, tapi kalau dibilang dekat pun juga enggak.
Luna hendak duduk didepannya, membuat Haris menggeserkan diri secara otomatis.
"Eh, kenapa kamu disini?" Kamu Kata Riki. Sekarang ia bingung, senang, kesal, sedih, rindu. Semuanya bercampur jadi satu. Mana sangka Riki akan menanyakan hal ini ke Luna yang selama beberapa waktu kebelakang cewek itu selalu duduk didepannya.
Pemandangannya terlalu natural, sampai-sampai yang Riki bilang barusan terdengar gak masuk akal.
"Riki, kan gue udah bilang." Luna berkata, suaranya sebisa mungkin disesuaikan dengan riuhnya kantin Samudera siang itu. "Jangan bawa-bawa lagi nama gue kedalam urusan lo."
Ada jeda beberapa detik.
"Iyaa.." meja mereka kelewat sepi dan canggung. Padahal disana ada 6 orang. Tapi Riki gak punya pilihan lain selain mengiyakan.
"Terus kenapa lo kirim menfess itu?" Luna mencari mata Riki yang terus menghindarinya.
Setelah diam sejenak, akhirnya Riki bersuara "Gue cuma iseng.." Dia gak mau kelihatan kalah. Riki benci kalah.
Luna menghembuskan nafasnya, mungkin sudah terbiasa dengan sikap Riki yang seperti ini.
"Gue harap ini yang terakhir ya. Lain kali jangan bawa-bawa nama gue lagi." Ia berdiri dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Samudera - CHAEMURA [Ni-Ki Enhypen x Eunchae Lesserafim]
FanfictionKisah Riki Abisael dan semestanya di SMA Samudera. Enhypen Niki x Eunchae Lesserafim Alternative Universe Lokal Fan Fiction by Miamiyoon