4. Pantai?

63 7 0
                                    

Keesokan harinya...

Renjana terbangun dari tidurnya, dan mentari pun telah memancarkan sinarnya. sementara itu, Renjana tengah berusaha bangkit dari kasur empuknya.

Ia pun mengambil alat bantu dengarnya yang berada di meja dan mulai memasang alat itu ke dua telinganya.

"Selamat pagi dunia..."
Renjana pun tersenyum sekilas, dan mulai bersiap untuk berangkat kesekolah. ia berjalan ke kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya, ia menahan perih di punggungnya saat air mengenai lukanya.

"Akhh.."

(Ayolah Renjana, ini hanya luka cambuk saja Renjana, luka ini tak sebanding dengan rasa sakit yang dirasakan ayahmu, jana..)

Renjana tersadar, ia tidak boleh mengeluh hanya karna alasan luka saja.

***

Setelah ia membersihkan diri, Renjana mulai berjalan menuruni tangga menuju ruang makan, ia berjalan menuju kulkas untuk mengambil makanan yang ada di dalam, namun saat Renjana hendak membuka kulkas ayahnya datang dan mencegah Renjana untuk membuka kulkas.

"Saat ini kau tidak boleh makan sepeser pun makanan dari rumah ini."

"T-tapi yah, aku belum makan dari semal-"
Ucapan Renjana terpotong ketika ayahnya membentaknya.

Brak!

"Bagus baguss sudah mulai membantah ya!"

...

"Sekarang pergi ke sekolah, CEPATT!!"

"B-baik ayah..."

Renjana pun langsung meninggalkan ayahnya begitupun rumahnya dan berjalan menuju halte bus.
.

.
"Selamat pagi ayah.."
Ucap seorang pria yang tengah mengucak mata nya.

"Wah jagoan ayah sudah bangun"

"Berhentilah memanggilku jagoan!, aku sudah besar ayah!"
Bentak Mahendra kesal.

"Ahahahah, iya iya. tetapi di mata ayah, kau seperti masih kecil"

"Mau ayah masakan apa?"

"Tak perlu ayah, aku hanya ingin roti dengan selai stoberi"
"Dan segelas susu hahahaha"

"Sudah?"

"Iya"

Mahendra pun dengan lahap memakan sarapan yang ia inginkan, namun saat asyik mengunyah Mahendra menanyakan sesuatu hal kepada ayahnya.

"Ayah"

"Iya, ada apa nak?"

"Renjana, anak itu kemana yah?"

"Tak usah di pikirkan, lanjutkan saja makanmu dan cepat habiskan"
Jawab Cakra dengan nada yang berubah menjadi dingin.

Mahendra pun melanjutkan makannya.

"Mahendra, sebaiknya kau cepat bersiap untuk pergi
Ke sekolah"

"Baik ayah"

Mahendra pun mulai membersihkan diri dan memakai seragam.
Ia berjalan menuruni tangga untuk menemui ayahnya.

"Ayah, aku pergi dulu ya yah"

"Iya, sekolah yang benar dan jangan membuat malu keluarga, jangan seperti adikmu yang bodoh itu"

"Ayolah ayah, tak usah pedulikan dia hahaha"

CAHYA RENJANA | Ft. Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang