Happy reading!
Part 2Disisi lain Renjana kini tengah menjelajahi mimpinya. disana, Renjana berada ditempat yang asing, tempatnya luas dan dipenuhi oleh rerumputan hijau.
Disana hanya ada Renjana dan Windy.
Mereka berdua mengenakan baju bernuansa putih.
Mereka berdua saling bercanda tawa, riang gembira.
"Bunda, mengapa ayah tidak ada disini?"
Windy pun tersenyum "ayah tak apa-apa, jangan khawatir ya.."
Pria kecil itu pun mengangguk lalu tersenyum.
Tes
Darah pun menetes dibaju putih itu.
"Bunda!"
"Bunda akan tetap di sini, jaga baik-baik dirimu ya sayang, jangan sampai ada luka di hidupmu"
Darah segar itu terus mengalir diperut sang ibunda.
Renjana pun menutup matanya rapat-rapat, ia tak berani melihat Ibu nya yang kini telah ternodai oleh benda berwarna merah pekat tersebut.
Kini telinga Renjana ditutup rapat-rapat oleh seseorang entah itu siapa.
Dan perlahan tubuhnya melemas.
***
Pagi pun tiba, saat ini para Dokter sudah saatnya kembali bekerja seperti biasanya.
"Permisi Pak, izinkan saya memeriksa anda terlebih dahulu ya"
Cakra pun mengangguk.
Dokter itu pun terkekeh melihat ada seorang anak kecil yang sedang tertidur lelap di brankar pasien.
"Kondisi anda sudah sepenuhnya baik, namun harus tetap di imbangkan dengan istirahat yang cukup"
"Ah, sekarang anda juga di perbolehkan mengunjungi anggota keluarga anda, mereka semua sudah bersiuman"
"Benarkah?!"
"Terima kasih banyak"
Dokter itu pun mengangguk.
"Sekian dari saya, terima kasih"
Cakra menggoyah-goyahkan tubuh mahendra, menandakan ia harus segera bangun dari tidurnya.
"Nak..bangun nak"
Anak itu pun mengucak matanya sekilas.
"Sudah pagi?"
Ayahnya pun terkekeh lalu mengangguk.
"Kata Dokter kita sudah di perbolehkan menjenguk Bunda dan Renjana"
Mata yang semulanya mengantuk kini turut berbinar dan terbuka lebar.
"Benarkah!!"
"YEY!"
"Mau sekarang?"
"Hm!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHYA RENJANA | Ft. Huang Renjun
FanfictionCAHYA RENJANA Terkadang dunia memang tidak adil dan tak sepenuhnya indah namun, pasti ada kebahagiaan yang akan hadir dihidup seseorang. Tetapi, akankah hal itu datang kepada dirinya? "Maaf ayah...maaf sudah membuat ayah malu..." "Maaf aku selalu me...