Haechan memandang sendu sahabatnya yang kini tengah terbaring lemah dihadapannya. Geska sangat syok dan akhirnya pingsan setelah mengetahui bahwa Geon sedang dalam keadaan kritis akibat mengalami kecelakaan bersama Mark. Sudah beberapa kali Geska mengigau memanggil nama sang kekasih, Haechan tahu betul bagaimana hancurnya perasaannya, namun bisa apa.
"Chan"
Ntah sejak kapan kemunculan Mark disampingnya, mungkin jika sedang mode "normal" Mark akan mendapat sumpah serapah dari mulut pedasnya karena sudah persis seperti jelangkung yang datang tiba-tiba.
"Hm" jujur saja seharian ini Haechan merasa sangat lelah secara fisik maupun batinnya, bahkan untuk sekedar bicara rasanya tidak mampu.
"Lo balik aja, badan lo bau kambing. Biar gantian gue yang jagain Geska"
Respon yang diterima hanya gelengan, sebetulnya Mark juga sudah menduganya. Mark merasa sangat kasihan melihat Haechan yang sudah seperti gembel. Pasti butuh istirahat. Tapi ya namanya juga Haechan, persis kayak Geska, keras kepala.
"Please banget Chan, lo juga harus perhatiin diri sendiri. Geska pasti bakal sadar secepatnya"
Masih sama, Haechan masih enggan memberikan tanda-tanda akan mengiyakan tawaran kedua tadi. Mark hanya menghela nafas panjang sembari melangkah keluar, capek juga ngomong sama manusia batu. Namun langkahnya terhenti ketika,
"Kabarin gue kalo dia udah sadar" jawab Haechan tiba-tiba, kemudian beranjak mengambil tasnya. Mark menyunggingkan senyum, sebenarnya dia hendak keluar ruangan tadi hanya untuk sekedar nyebat sebentar, bukan pulang.
"Sebegitu sayangnya lo sama Geska" ucap Mark yang matanya tak lepas memandangi punggung Haechan.
Ntah mengapa terkadang semesta suka mempermainkan perasaan manusia, sebenarnya ingin protes pada Tuhan, tapi rasanya nggak pantes mengingat diri ini yang terlalu jauh dari predikat "manusia baik". Melamun mungkin bisa jadi alternatif untuk rehat sejenak, melepas segala penat dan keresahan dalam diri yang rasanya sudah hampir meledak.
Sayup-sayup terdengar bunyi klakson kendaraan yang seperti biasa selalu menghiasi ibukota, bersama dengan cahaya jingga matahari yang menerpa wajah ayu namun pucat itu, ia tak mengalihkan fokusnya pada Geska. Mengapa Tuhan memberikan cobaan yang amat berat untuk seorang Mark saat ini, orang yang ia sayangi sedang terbaring lemah di tempat yang sesungguhnya sangat dibencinya. Memorinya memutar ulang bagaimana beberapa bulan terakhir ia harus bolak balik rumah sakit untuk menemani ibunya, hingga kepalanya terasa sangat berat ketika terlintas bagaimana kecelakaan yang ia alami bersama Geon. Belum lagi melihat Geska yang belum kunjung sadar, sungguh kenapa semua terjadi bersamaan seperti ini.
"Mark"
Mungkin melamunnya kali ini menjadi yang terlama hingga ia tidak menyadari ada yang memanggilnya beberapa kali dengan suara serak hampir tak terdengar, sampai ketika Geska menyentuh tangannya ia kaget bukan main.
"Hah iya-GESKA" Mark hampir saja menampol mulutnya sendiri, bagaimana bisa dia terlalu larut dalam pikirannya sampai mengabaikan sekitar. Jelas ada perasaan lega tapi juga sedih, bagaimana cara mengatakan pada Geska tentang yang terjadi saat ini.
"Geon gimana?" sudah bisa ditebak pertanyaan pertama yang terlontar, apalagi kalau bukan tentang keadaan Geon
"Lo harus sembuh dulu Ka" alih-alih menjawab pertanyaan barusan, Mark justru berusaha menghindarinya
"Jawab gue Mark" nada bicara Geska yang sedikit meninggi sudah menunjukkan bagaimana kekhawatirannya terhadap kondisi Geon.
Lalu Mark bisa apa kalau sudah begini, "Geon koma"
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled || NOREN GS
RomanceTentang Geon, Geska dan semesta. Jeno x Renjun Genderswitch