23

480 53 7
                                    

Satnite pada kemana aja nih?

Yang betah semedi di kamar  kayak aku cunggggggg☝️☝️☝️







**

Udara pagi ini terasa begitu segar, mentari dengan senyum cerianya mengantarkan kehangatan bagi setiap insan manusia seolah memeluk jiwa yang tengah lelah. Minggu pagi, biasanya digunakan untuk beristirahat panjang alias ngebo seharian, ada juga yang memanfaatkan untuk berolahraga pagi sekedar jalan santai atau lari. Bagi pecandu kafein, duduk santai sembari menyesap kopi dipagi hari itu wajib, membuat pikiran jauh lebih tenang.

Tapi nyatanya nggak semua orang bisa menjadikan weekend sebagai "hari bebas". Seperti halnya dengan perempuan yang sudah lima bulan ini menyandang status sebagai ibu muda yang setiap pagi mendapat dongeng dari bayi tampannya. Mengoceh sebelum matahari terbit mungkin sejak jam empat pagi, menceritakan bagaimana rangkaian mimpi indahnya kepada sang ibu sambil sesekali tertawa lalu akan menangis ketika si pendengar setia itu tanpa sengaja memejamkan matanya.

Malaikat kecil itu bernama Abelard Noah Bumiaksa, membuat hari-hari Geska kini lebih berwarna, meskipun jauh dilubuk hatinya sering terbesit rindu yang amat sangat pada sosok Geon. Terhitung sudah setahun lebih hidupnya tanpa kehadiran laki-laki berhidung mancung itu. Seringkali dia pandangi wajah polos Noah yang sangat mirip sang ayah. Bulir bening mengalir begitu saja membasahi wajah ayunya, dadanya terasa begitu sesak mengingat banyak kenangan manis yang terukir mengisi setiap second hidupnya. Rindu. Dia sangat rindu. Selalu tersisipkan nama Geon di setiap bait doanya, berharap Tuhan akan menyampaikan salam rindu padanya.

"Geon lagi ngapain sih? Dia tahu nggak ya kalo sekarang udah punya anak, mirip banget lagi" Sekuat tenaga Geska menggigit bibir bawahnya berharap suara tangisnya tak mengganggu bayi tampan yang kini sedang anteng digendongannya

"Bunda sayang banget sama kamu nak, jangan pernah tinggalin Bunda ya" Diusapnya pipi gembil bersemu pink itu yang sekarang nampak semakin berisi.

Kamar bercat broken white menjadi saksi bagaimana pilunya hati seorang perempuan yang sebenarnya amat rapuh, dipaksa bertahan untuk satu nyawa yang masih suci. Tak jarang pojokan kamar dia gunakan sebagai tempat untuk menumpahkan air matanya. Duduk dengan lutut yang ditekuk hingga menempel ke dagu sambil terisak, sudah menjadi pemandangan yang biasa hampir setiap malam. Merapalkan kata maaf berulang kali kepada sang anak karena pernah berniat menggugurkan kandungannya, terlalu menjadi seorang pengecut. Ketakutan yang terus hadir terasa menggerogoti kekuatannya. Takut. Meskipun sebenarnya Tuhan selalu ada untuk setiap manusia, walau sering dilupakan.

Ting

Mark||07.15

Berangkat ke Gereja bareng ya Ka. Gue jemput.

Geska meletakkan kembali ponselnya karena memilih melanjutkan aktivitasnya mendandani si kecil supaya hari ini kelihatan ganteng maksimal. Percuma juga menolak, karena pada akhirnya Mark tetap akan menjemputnya. Ya kira-kira begitu kesehariannya, nggak begitu berat tapi nggak ringan juga. Segelas susu rasanya cukup untuk mengganjal perutnya, karena selepas pulang beribadah nanti ingin mengajak Mark mampir ke salah satu restoran junkfood yang sangat ingin dikunjunginya akhir-akhir ini.

 Segelas susu rasanya cukup untuk mengganjal perutnya, karena selepas pulang beribadah nanti ingin mengajak Mark mampir ke salah satu restoran junkfood yang sangat ingin dikunjunginya akhir-akhir ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Untitled || NOREN GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang