Happy Reading!
•
•
•Michael membolak-balikkan kartu nama di tangannya. Ia menimbang-nimbang dalam hati, haruskah ia datang ke tempat itu?
Dia memang telah setuju semalam bahwa ia akan menemui Dexter. Dan sebuah janji harus ditepati, bukan?
Jadi, Michael turun dari kasur dan meraih jaketnya yang tersampir di punggung kursi. Ia mengenakan sepatu lalu meraih ponselnya dari atas nakas sebelum berjalan keluar kamar.
Pemuda itu berpapasan dengan adiknya di ujung tangga. Dua buah buku tebal yang terdekap di dadanya, memberi petunjuk bahwa gadis itu baru saja dari perpustakaan di lantai bawah.
"Michael? Kau mau ke mana?" tanya Lily, penasaran. "Ini sudah malam."
Michael melirik ke sekeliling, memastikan bahwa orang tua mereka tak ada di sekitar. "Aku akan keluar sebentar. Jangan bilang Mama atau Dad, oke?"
Sebuah senyum licik tersungging di bibir adiknya. "Boleh, kalau kau mau memberiku nomor telepon Trevor."
Pemuda itu memutar bola matanya. "Trevor? Kau mau apa dengan nomor telepon Trevor?" tanya Michael, jengah. Ia penasaran, memangnya apa yang dilihat adiknya dari Trevor hingga gadis itu seakan tergila-gila pada sahabatnya?
"Untuk memastikan apakah dia memiliki kekasih atau tidak," jawab Lily enteng.
"Kau itu masih tiga belas tahun, Beth. Kau seharusnya memikirkan sekolahmu ketimbang Trevor," omel Michael.
"Kau seharusnya memikirkan sekolahmu. Tch," Lily mencibir, mencemooh kakak laki-lakinya. Ia meletakkan sebelah tangan di pinggul. "Aku tetap ingin minta nomor telepon Trevor."
"Bagaimana jika kubelikan es krim?" tawar Michael.
Gadis itu memutar bola mata. "Beri aku nomor Trevor, atau aku akan memberitahu Daddy kalau kau suka menyelinap keluar malam-malam," ancam Lily.
"Oh, ya?" Michael menaikkan sebelah alisnya, sebuah senyum licik yang mirip terulas di wajah pemuda itu. "Kalau kau berani melakukannya, aku akan memberitahu Dad kalau kau menyukai Trevor," ia balas mengancam.
Mata Lilybeth sontak membelalak. "Jangan!" serunya. Ia terbata, mencoba mencari kalimat untuk mencegah kakaknya. "Jika Daddy tahu...."
"Dad akan melarang Trevor untuk pergi kemari," ujar Michael, menyelesaikan kalimat adiknya.
Lilybeth memberi kakak laki-lakinya sebuah tatapan tajam, membuat Michael semakin geli karena berhasil membuat adiknya kesal. "Baiklah. Kau menang kali ini, Mike," Lily berkata sinis. Ia melengos melewati kakaknya yang tengah menahan tawa. "Dan aku mau es krim! Dua!" ia berseru tanpa repot menoleh ke belakang.
Michael menyeringai puas. "Ya, ya. Dimengerti, Beth," gumamnya mengejek.
Pemuda itu melanjutkan langkahnya. Ia pergi keluar dan menemui Ian demi meminta pria itu untuk mengantarnya ke toko Dexter.
ㅤㅤ
Sekitar tiga puluh menit kemudian, mobil yang ia tumpangi sampai di depan sebuah toko servis komputer. Tempat itu berada cukup dekat dengan sekolahnya, sekitar lima belas menit lamanya jika berkendara dari sana.Michael memeriksa nama yang tertera di kertas bisnis yang ia pegang. Phoenix Tech Repairs. Sepertinya dia berada di tempat yang benar.
Michael menjejalkan kertas itu ke saku jaket. "Kau boleh kembali, Ian, tak perlu menungguku," ujarnya sebelum turun dari mobil. "Aku akan pulang sendiri nanti."
Pria yang duduk di balik kemudi itu sontak menoleh ke belakang. "Sir? Anda yakin?"
"Aku yakin, Ian," balas Michael, meyakinkan. "Tidak apa. Kau bisa kembali. Aku akan baik-baik saja."
![](https://img.wattpad.com/cover/312979910-288-k615622.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Of The Past [END]
Teen Fiction⚠️ BUDAYAKAN FOLLOW DAN TINGGALKAN VOTE SEBELUM MEMBACA ⚠️ ㅤㅤ [ BOOK TWO OF TWISTED FATE ] ㅤㅤ Semua orang menyukai Michael Davis. Ia pemuda yang ramah pada setiap orang yang ditemuinya, merupakan salah satu murid cerdas di sekolahnya, dan memiliki s...