01. Bocil Rese

299 10 1
                                    

***

Boleh minta vote sama komennya? Jangan piyik, nanti jarinya keram🥺

Sayang kalian banyak-banyak 💚

***

Sinar matahari pada jam satu siang ini menyengat begitu tajam, mengganggu aktivitas manusia di bumi. Tak jarang mereka kipas-kipas guna menyurutkan gerah melanda. Belum lagi polusi yang dihasilkan kendaraan menyebar dimana-mana, serta bisingnya suara klakson di jalan raya Jakarta Pusat. Meski sudah ada masker menghalau polusi, tak menutup kemungkinan udara kotor masih dapat masuk ke dalam rongga hidung.

Di antara lalu-lalang manusia di trotoar, ada seorang gadis bertubuh gemuk, kepalanya ditutupi topi guna menghalau sinar matahari membakar rambut dan kulit wajahnya. Mulut mungilnya bergerak rakus memakan takoyaki dengan kepala digoyang-goyang, tanda kalau dia sangat menikmati makanan khas Kansai- Jepang. Betis pendek dan berisinya melangkah kecil menuju kedai ternama di Indonesia.

"Nyesel enggak beli susu strawberry tadi." Dia bergumam sambil melihat tak minat logo kedai tersebut.

Meski enggan masuk ke dalam kedai, tetapi dia tetap melakukannya agar tenggorokan yang terasa tak nyaman segera teratasi. Sambil membuka pintu kedai, dia memasang kembali masker dinonya agar wajah bak bocil itu tertutupi. Takutnya nanti ada yang mengatakan, "Kamu masih kecil berani jalan-jalan sendirian?".

Andai saja mereka tahu bulan kemarin usianya bertambah, sekarang usianya genap lima belas tahun. Lima belas tahun itu tidak bisa dibilang masih kecil! Salahkan saja tubuhnya yang enggan meninggi dan semakin melebar, membentuklah tubuh seperti gadis SD, padahal sebentar lagi dia akan melaksanakan MPLS SMA.

"Assalamualaikum, permisi! Aku mau pesen minuman!" Dia berteriak tanpa memikirkan reaksi orang-orang di dalam kedai.

Mengabadikan keterkejutan orang-orang, kaki pendek nan gemuknya diseret menuju kasir.

"Halo, Kak. Selamat datang. Kakak mau pesen minuman apa?"

Mata sipit yang nyaris tak terlihat warnanya itu mengerjap bingung. Jujur, selama lima belas tahun hidup, dia tak pernah masuk dan memesan minuman di kedai ini karena semua menu di sini banyaknya mengandung kopi. Dia tak suka kopi, yang dia suka hanyalah susu strawberry.

"Eungggg." Dia tidak sadar kalau kakak kasir tengah menahan gemas akan ekspresinya yang kebingungan. Untung memakai masker, kalau tidak mungkin dia harus membawa pulang rasa malu.

"Aku bingung, Kak. Hehe." Kejujurannya mengundang tawa sang pegawai.

"Kakak suka kopi?"

Gadis berambut pendek dan berponi lurus itu menggeleng membuat poninya ikut bergerak mengikuti irama gelengannya.

"Bagaimana kalau matcha latte?"

"Enak?" Dia bertanya tak yakin.

"Dijamin enak! Kakak pasti ketagihan." Kasir itu berujar meyakinkan.

"Kalo gitu aku tunggu di meja itu ya, Kak!" Dia menunjuk meja bernomor dua belas sebelum pergi ke meja yang dia tuju, tak lupa ia membayar pesanannya.

Selang beberapa menit setelah dia pergi ke meja itu, seorang laki-laki tinggi menyusul.

***

Jari-jari gemuk itu mengetuk-ngetuk permukaan meja, menimbulkan sedikit suara. Tiga menit berlalu, tetapi Gina merasa tiga menit layaknya tiga abad. Pesanannya tak kunjung tiba, sangat menguji kesabarannya yang seperti tisu dibelah dua. Mata sipit dia melirik tajam ke arah meja kasir. Terlampau haus dan tak sabar, akhirnya Gina bergerak menghampiri meja kasir.

Cigarettes and Strawberry MilkWhere stories live. Discover now