06. Kebencian Gavin

88 4 0
                                    

Sejumlah murid dari gugus Aries berlomba-lomba keluar dari kelas setelah dering bel pulang mengangkasa. Wajah lelah mereka terpampang, ada pula yang terlihat sangat bahagia karena serangkaian acara MPLS hari ini telah usai dan inilah saatnya mereka melepas penat di rumah tercinta.

"Gina?" Gina, gadis yang tengah menyesap susu strawberry menengok saat suara abangnya terdengar.

"Lo balik bareng Bang Gavin?" Gina melepas sedotan dari bibirnya sebelum mengedikan bahu. Dia rasa hari ini pulang bersama Gibran lagi. Otomatis dia dijemput oleh Mang Maman.

"Pulang bareng gue." Intonasi suara Gavin tidak seperti biasanya. Terdengar ketus disertai tatapan mengancam. Gina tak mengerti mengapa Gavin terlihat begitu marah, padahal mereka tidak ada masalah.

"Enggak, ah! Gue kan—"

"Kata gue bareng gue, ya bareng!" Tak ingin lagi mendengar alasan basi Gina, Gavin menarik paksa lengan adiknya.

"Gue duluan, Ja!" seru Gina pada sahabatnya itu. Sebagai respons, Renjana mengacungkan jempol sebelum dia berjalan menuju kelas sahabatnya yang lain.

Deretan bulu di atas mata Gina menekuk disaat dia menyadari sikap Gavin padanya sore ini. "Lo kenapa sih? Kayak betina aja lo, tiba-tiba marah."

"Gue ada salah apa sih emangnya? Gak jelas banget lo?" Gina menyentak tangannya hingga genggaman Gavin terlepas.

Decakan kesal masuk ke indera pendengaran Gina. Dia melirik kesal Gavin yang memasang ekspresi marah tanpa alasan.

"Kenapa lo tembak Alfa?" Kali ini suara Gavin lebih dingin dari sebelumnya. Terlihat sekali laki-laki ini tengah menahan emosi negatifnya.

Lantas Gina memandang Gavin heran. "Lah, anjir! Gimana gue bisa nembak orang, sementara gue gak punya pistol. Edan lo, ya?"

Tak tahan menghadapi kepintaran Gina, Gavin mencengkeram rambutnya kasar. Menyesal dia memberi kata tersebut, padahal adiknya itu kelewat pintar.

"Tadi di lapangan. Lo ngajak Alfa pacaran, kan?" Jika tadi Gavin masih mampu menjaga air mukanya agar tidak terlihat marah, kali ini dia keluarkan saja. "Kenapa lo mau aja ngejalanin challenge murahan itu, hah?"

Mendapat bentakan dari Gavin, tersulut lah emosi Gina. Sebagai makhluk emosian, Gina sangat benci apabila ada orang yang marah terhadapnya, apalagi kalau dia tidak berbuat salah.

"Alfa? Cowok kambing itu?" Entah dia bertanya pada siapa, dia hanya tahu kalau hari ini laki-laki yang dia sebut kambing lah yang dia ajak pacaran atas dasar challenge demi susu strawberry.

Tekukan alis Gavin menajam. Rasanya dia ingin sekali menampar bolak-balik wajah dungu Gina, kemudian mencelupkannya di got. Sumpah, dia baru dibuat emosi setelah mendapat kabar kalau adik tercintanya mengajak Alfa pacaran kemudian diterima oleh laki-laki songong itu dari teman-teman OSISnya, dan setelah mendapat wajah planga-plongo Gina, emosi dia meningkat.

"Lo pikir aja sendiri! Punya otak, kan lo?" Tak tahan, akhirnya Gavin mendorong kening Gina.

"Kok lo emosi!! Santai dong! Gue kan cuma nanya!"  Ya beginilah seorang Gina Marshallina Utami, setiap kali orang marah padanya, dia akan lebih marah.

"Ya lo tolol!"

"Lo bego! Lagian gue ngajak cowok kambing pacaran ada alasannya!"

"Cuma susu strawberry, kan? Gue juga bisa beliin lo itu! Tapi enggak harus pacaran juga sama dia!"

"Heh! Lo pikir gue mau pacaran sama dia? Najis gue juga! Lo aja tuh yang pacaran sama dia!" Tidak ingin menjadi pusat perhatian karena adu mulut di tengah lapangan, Gina berlalu begitu saja.

Cigarettes and Strawberry MilkWhere stories live. Discover now