"Sedang apa nona manis?" Gadis itu tersentak tatkala sosok lelaki bertubuh tinggi dan berseragam lengkap-seperti seorang Jendral, menghampiri dirinya yang sedang sibuk memanen hasil tanam keluarganya. Dia adalah Leen.
"Kau tidak lihat aku sedang apa, huh?" sarkas Praresti
Terlihat Leen menggarukkan tekuk leher belakangnya yang tak gatal. "Eung, memanen bayam."
Praresti memutar kedua bola matanya malas, sudah tahu dia sedang apa kenapa bertanya pula. "Ingin ku masakkan, tidak? Selagi aku semangat dan sedang berbaik hati padamu," tawarnya setelah ia meninggalkan kebun dan pergi meninggalkan Leen sendirian.
"Ya! Aku mau! Aku rindu masakanmu!" teriak Leen dengan sedikit menggoda Praresti.
Pria itu berlari kecil berusaha mengejar kekasihnya, dia tertawa renyah saat sudah berada di samping Praresti dan menyamai langkahnya. Berusaha meraih pinggang kecil gadis itu, setelah berhasil dia akan akan mencium gadis itu tepat di pucuk rambutnya dan akan lari mendahului gadisnya yang akan marah ke dalam kediaman keluarga Respati.
"Dasar Jendral cendikiawan yang tidak tahu diri! Bertamu seenaknya," olok Praresti, terlihat kedua pipi gadis itu bersemu merah, dengan wajah yang sedang marah.
"Bilang saja kau salah tingkah, cepat masakan aku bayamnya, aku sangat lapar." Leen mengucapkan kalimat yang membuat Praresti menyalangkan sinis ke arahnya.
"JANGAN LUPAKAN SECANGKIR KOPI HITAM BUATANMU! TAMBAHKAN CINTA DI DALAMNYA, JANGAN TERLALU MANIS!" teriak Pria itu setelah melihat Praresti masuk ke dalam dapur guna memasak.
Untung saja seluruh warga di desa sedang di sibukkan dengan panenan kebunnya, sehingga tidak ada tetangga yang akan mendengarkan suara besar Jendral gila itu. Praresti mendengus setelah mendengar teriakan kekasihnya, ia selalu di buat kesal dengan kata-kata romantis yang dibuat-buat Leen, menurutnya.
Setelah satu jam lamanya, Praresti menampakkan batang hidungnya dengan membawa semangkuk berukuran sedang berisi sayur bayam dan nasi lengkap dengan lauk ikan goreng dan sambal, tak lupa kopi hitam kesukaan Jendralnya.
Setelah meletakkan semua diatas meja, Pria itu tersenyum dan langsung mencicipi masakan gadisnya. "Bagaimana rasanya?" Terlihat Praresti sedang menatap lekat dirinya sembari menggigit ibu jari kanannya-gugup menunggu jawaban dari sang kekasih.
Segera, ia meraih tangan kanan gadis itu, menggenggam serta mengelus pelan. "Jangan membiasakn hal buruk seperti ini, nanti tangan cantikmu bisa terluka, sayang."
"Soal rasa tenang saja. Apapun yang dimasak dari tangan cantikmu ini, pasti akan enak, selalu." Lalu, dikecupnya punggung tangan kanan Praresti dengan penuh kasih sayang, setelahnya ia tersenyum.
Sementara gadis itu memutar kedua bola matanya malas, entah berapa wanita yang sudah ia buali. "Aku akan selalu merindukan apapun yang kau buatkan untukku, bahkan jika ada kehidupan selanjutnya setelah ini, aku akan menantinya, untukmu selalu." Setelah mendengarkan ucapan yang tidak diketahui kebenarannya atau hanya sekedar berucap, Praresti membuat gestur tubuh seperti sedang mual, guna merespon kalimat yang diucapkan kekasihnya.
***
Pagi hari, rumah kontrakan yang berisikan dua gadis itu kini sedang mempersiapkan diri masing-masing untuk meluangkan waktu bersama sesuai kesepakatan, Gramedia dan Museum.
Dengan menggunakn mobil yang sudah dipesan Angel, mereka berdua berangkat menuju tengah kota yang jaraknya tak jauh namun tak dekat pula, kata Angel.
Setelah menempuh perjalanan hanya 20 menit, membelah kota Jakarta. Mereka berdua akhirnya berada di Gramedia, dan memutuskan untuk pergi berpencar mencari barang yang mereka inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐀𝐓𝐄 ▪︎ Mark Lee
FanfictionKisah cinta tragis dan kebencian antara Jendral Belanda dan Gadis desa pribumi. Leen Van Der Mark, yang harus menjalankan tugasnya, untuk membunuh semua manusia pribumi-termasuk gadis yang ... di cintai, mungkin. Pravara Respati, gadis pribumi yang...