⚠️kinda nsfw, 17 tahun keatas.🚫
..
.
.
.
Dua hari belakangan, Vara disibukkan dengan tugas kuliahnya. Seperti saat ini, ia duduk tenang di dalam Cafe deurim yang lokasinya tak jauh dari Kontrakannya, berkutik di depan laptop dan setumpuk lembaran-lembsrsn hasil laporan revisinya. Hingga ia tak sadar bahwa Marka berada di sampingnya, mengamati gadis itu yang tiap kali usai mengetik satu baris-akan dihapus kembali.
"Kalau gitu terus, kapan selesainya?" Seperti sudah menjadi kebiasaan Pria berkewarganegaraan Belanda itu mengangeti Vara.
"Lo kenapa demen banget ngagetin gue, sih?" pekik Vara.
Marka menghendikkan bahunya, sedari awal Pria tersebut tidak berniat mengejutkan Vara, gadis itu saja yang terlalu fokus dengan layar laptop hingga tak menyadari kehadirannya. "Sini, biar saya bantu kerjakan. Baru laporan tapi revisimu sudah banyak seperti ini, kalau skripsi bagaimana?" omelnya.
Vara yang mendengar celotehan Marka hanya memutar malas kedua bolamatanya. "Ini tuh gara-gara gue ga dapet referensi kata-katanya!" bela Vara kemudian menyeruput Jus Alpukat kesukaannya.
Tidak sampai satu jam, Marka menyudahi mengerjakan laporan milik Vara. "Nah, sekarang kamu tinggal kirim ke dosen kamu besok, kalau di terima saya ingin minta imbalan."
Baru saja Vara tersenyum ketika melihat tugasnya yang sudah rampung, kini harus menampilkan ekspresi datarnya lagi. "Gak ikhlas banget?"
"In this world nothing comes for free, babe," jawab Marka dengan menampilkan senyum yang menurut Vara itu menyeramkan.
"Ya. Udah malem gini lo ngapain di Cafe sini?"
"Hanya ingin mencari udara segar, penasaran dengan udara malm kota Jakarta itu bagaimana," jawabnya setelah ia mengedarkan padangan, melihat seluruh isian dari Cafe Deurim.
"Ayo, saya antar kamu pulang." Setelah berucap demikian, Marka langsung pergi meninggalkan Vara tanpa menoleh kebelakang untuk menunggu gadis itu.
"Tungguin!"
***
Jemari kekar itu menjamu tiap lembaran kecoklatan kusut yang telah lama diam di rumah sunyi, dengan tinta legam pekatnya dan hati sepenuh purnama, Leen mengabadikan kisah mereka dalam buku diary pribadinya.
Baru satu paragraf yang Vara baca, namun atensinya kini harus teralihkan dengar suara ketukan jendela. "Sape sih? Random amat ngetuk jendela kamar." Dilihatnya Marka sedang menenten satu kantong plastik berukuran sedang yang berisi martabak manis dan martabak asin.
"Ngapain elo?" Ingin saja Vra mengeluarkan tawanya, tai diurungkan karena melihat effort yang Pria itu lakukan.
"Makanan, untuk kamu. Sedang membaca cerita, 'kan? Ini untuk teman baca kamu."
Setelah menerima pemberian dari Marka, Vara mencegal tangan Pria itu sesaat sebelum pergi. "Makasih," ucap Vara
"You're welcome."
Marka tersenyum di sepanjang jalan pulangnya, sesampainya di rumah yang baru saja ia beli beberapa bulan sebelum kepindahannya, ia tak juga menghilangkan senyumannya itu. Membuat Jovan dan Jevan, adik kembarnya, sedikit bergidik ngeri.
"Bang Marka kenapa dah, Jov?" tanya Jevan setelah melihat Marka memasuki kamar.
"Au, lo juga panggil gue abang, dong. Gua kan lahir satu jam lebih dulu dari lo," protes Jovan yang tak di idahkan adik kembarnya dan ditinggalkan sendirian di ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐀𝐓𝐄 ▪︎ Mark Lee
FanfictionKisah cinta tragis dan kebencian antara Jendral Belanda dan Gadis desa pribumi. Leen Van Der Mark, yang harus menjalankan tugasnya, untuk membunuh semua manusia pribumi-termasuk gadis yang ... di cintai, mungkin. Pravara Respati, gadis pribumi yang...