Jepang dan Langit Runtuh

44 4 2
                                    

"Aku ada urusan pekerjaan, mungkin akan pulang kemalaman."

Asa langkah kakinya semakin terlihat baik - baik saja sejak beberapa jam lalu dirinya dan bocah itu sampai di Jepang.

Dari loby Asa tidak berhenti menatap bulir putih yang akan datang saat negeri sakura ini dilanda musim dingin. Bahkan Asa berlari kecil saat keluar dari lift dan kembali menemukan lorong yang memperlihatkan salju turun sesaat Asa dan Sharen ini menuju room milik mereka.

"Kau suka sekali salju, ya?"

Asa mengangguk acuh menatap Sharen dengan berbinar melupakan luka luka yang didapatinya sampai keamanan di loby hotel mengintrogasi Sharen agak ketus walaupun seringkali Sharen memesan hotel ini saat ke Jepang. Mereka kira Asa adalah korban kekerasan, dan Sharen lah yang kata mereka adalah ayahnya, melakukan hal tersebut ke Asa.

Of course they do, bruise on most of Asa's body.

Asa sampai diajak berkomunikasi dengan bahasa isyarat saat sedang sibuk mengagumi kecantikan gumpalan putih yang tengah menyelimuti negeri sakura.

Akhirnya disinilah mereka, di ruangan istirahat yang sudah Sharen pesan. Sharen memesan dua kamar sebenarnya, tapi pria itu memutuskan mengistirahatkan tubuhnya di kamar Asa mengingat bocah itu baru saja terpaksa keluar rumah sakit karena kondisinya.

Setelah merebahkan diri, Sharen bersiap untuk mengurus urusan bisnis yang sebenarnya adalah tujuan utama kehadirannya di Jepang.

"Asa, nanti Derri kemari setiap satu jam sekali untuk memeriksamu, ya?"

Meskipun bisa dikatakan mandiri, Sharen tetap saja sangat mengkhawatirkan Asa di Jepang sendirian, walau anak itu hanya menatap salju tanpa melakukan apapun dari empat jam yang lalu.

Asa hanya mengagguk semangat tanpa melihat Sharen. Salju memusatkan pikiran Asa. Hawa dingin yang menusuk saja mampu Asa hiraukan, bahkan pening yang menyerangnya sedari tadi tak membuat anak itu goyah sedikitpun dari tempatnya.

"Asa nanti Derri juga akan menyiapkan makan malam jika aku belum pulang, ya?"

Tak ada jawaban maupun anggukan.

"Asa kau dengar tidak?"

Anak itu barulah berbalik menatap Sharen dengan senyum lebarnya yang tidak luntur, dan memberikan gestur da-da kepada Sharen.

"Ish," gumam Sharen sebal pada Asa yang sangat fokus bersama wajah bahagianya.

Bunyi intercom membuat Sharen cepat - cepat membukanya, menemukan Derri berdiri secara profesional.

"Would you mind if I asked you something?"

Derri adalah pekerja lepas yang selalu memenuhi permintaan untuk mengatur semua jadwal maupun membantu Sharen ketika di Jepang. Sudah tugas Derri juga memenuhi tugas pribadi dari Sharen, karena Derri berdiri sebagai personal-assist khusus Sharen di Jepang.

Sesaat Sharen menjelaskan, Derri menatap punggung Asa.

"Hello, Asa!"

"Asa, ini Derri yang akan mengecekmu dan membantumu kalau butuh sesuatu saat aku tidak ada."

"Derri." Asa mengagguk dan kembali menatap salju melalui kaca transparan. Derri pun mengerti jika Asa menikmati pemandangan salju didepannya.

Lama - lama pandangan Asa sedikit memburam dan matanya terasa berat. Sesuatu mengalir dari hidungnya tanpa disadari. Bak dihantam benda berat, seluruh tubuhnya langsung meluruh tanpa ampun, limbung di sebelah Derri membuat pria seusia Sharen itu panik sebelum menyelesaikan kalimatnya.

ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang