- Suami Terbaik -
Tepat hari ini adalah hari terakhir dalam seminggu penuh. Selama 24/7 Gilang selalu melakukan usaha terbaik untuk mencapai kualitas perusahaan agar sesuai dengan target, setiap waktu yang ia korbankan akan menjadi saksi bahwa dirinya pernah bekerja keras membangun kembali perusahaan sang ayah yang sudah bangkrut, bahkan Gilang tidak jarang mengambil jam istirahat hanya untuk bekerja, Arum pun sesekali di tinggal lembur oleh suaminya itu padahal Bryan sendiri sudah mengingatkan agar tak usah terlalu fokus pada perusahaan. Tapi sayangnya Gilang sedikit keras kepala, ia tetap melakukan apa yang dirinya inginkan.
"Selamat pagi." Sapa Gilang ketika Arum menginjakkan kaki tepat di lantai dasar rumah Bryan. Cowok itu terlihat sudah rapih dengan penampilannya kali ini. Hanya dengan mengenakan celana bahan dan kaos polos biasa saja Gilang sudah sangat tampan, berbeda dengan Arum yang masih menggunakan piyamanya.
Cup
Seperti biasa, kecupan singkat di kening sang istri tak boleh terlupakan setiap pagi, begitu juga dengan Arum yang balas mencium pipi Gilang secara singkat.
"Kamu libur?" Tanya Arum dan di jawab anggukan kepala oleh Gilang, "Ayah kemana?" Tanyanya lagi.
"Ayah ngecek sekolah untuk ngurusin surat pensiunan."
Kening Arum mengerut sempurna, "Loh? Ayah mau pensiun?" Wajar saja jika Arum sedikit terkejut mendengar berita itu karena sepengetahuan dirinya, Bryan sangat tidak betah jika harus berdiam diri di rumah.
Gilang mengangguk pelan, "Aku yang nyuruh sih, lagian kan udah ada aku yang kerja jadi lebih baik kalo Ayah diem aja di rumah, ya kalo bosen kan bisa main ke kafe," Jelas Gilang kemudian melanjutkan, "Pokoknya aku mau kamu sama Ayah diem di rumah aja ya? Urusan cari penghasilan biar aku aja."
Arum berdecak kemudian menepis kedua tangan Gilang yang sebelumnya diletakkan di bahu dirinya, "Terus ngapain tiga tahun kemarin aku cape-cape kerja di kedai punya Azmi untuk bayar kuliah kalo aku cuma jadi istri kamu doang?"
"Sayaanggg, kamu kan bisa kerja dari rumah. Atau kamu mau buka butik sendiri? Boleh." Balas Gilang di akhiri dengan satu senyuman tampan.
Arum menghembuskan napas, "Aku mau kerja bareng Fayya di perusahaan temen kuliah dia, kebetulan Fayya juga ternyata ngambil jurusan fashion designer. Terus perusahaan yang aku lamar juga udah punya banyak cabang, kamu tau kan Bapak Sulistio Dewangga? Nah dia yang punya perusahaan itu."
"Pak Sulistio Dewangga?!" Respon Gilang terlihat sedikit terkejut saat Arum menyebut satu nama itu.
"Iya," Balas Arum sambil manggut-manggut tersenyum, "Beruntung kan aku bisa masuk kesana."
"Bukan beruntung lagi sayang," Timpal Gilang seraya mengelus gemas puncak kepala sang istri bangga, "Oke kalo emang kamu mau kerja di perusahaan Pak Sulistio bakal aku izinin, cumaaaa ntar aku bakal bilang sama beliau biar kamu bisa setengah-setengah kerja di kantor sama rumah ya?"
"Kenapa harus gitu? Ga enak dong sama karyawan lain nantinya."
Gilang memberikan senyumnya, "Tenang aja sayang, Pak Sulistio itu udah kenal sama aku sejak perusahaan Ayah yang sekarang tambah maju. Dia pasti paham kondisi aku kok."
"Maksudnya paham?" Tanya Arum yang tak terlalu mudeng dengan penjelasan Gilang barusan.
Dengan satu senyuman sumringah, Gilang menjawab, "Karena dia tau aku tuh orangnya khawatiran sama Ayah ataupun sama kamu. Intinya aku bakal bilang biar kamu boleh kerja di rumah sekalian jagain Ayah juga."
Kepala Arum manggut-manggut paham. Betul juga apa kata Gilang, jika nanti Arum kerja di kantor lalu ayah sama siapa di rumah? Apalagi tadi kata Gilang, ayah sedang mengurus surat pensiun dari sekolah, "Ya udah kalo emang itu alesannya dan di bolehin juga sama Pak Sulistio, aku setuju."
KAMU SEDANG MEMBACA
STRUGGLE
Teen FictionBagaimana jika kita memiliki hubungan beda agama? Masalahnya bukan lagi tentang perasaan, tetapi menyangkut hubungan dengan Tuhan. Bagaimana perjuangan Gilang Argantaro yang sejak lahir sudah bukan seorang muslim akan menjadi muslim karena cintanya...