Bab 17

369 57 10
                                    

❗WARNING ❗
CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.
JIKA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, PERISTIWA ITU HANYALAH KEBETULAN.
HUKUM DALAM CERITA INI FIKSI SELURUH NAMA PEMERINTAH DAN PRESIDEN JUGA FIKSI.
DIMOHON MENJADI PEMBACA YANG BIJAK, JANGAN LUPA VOTE & KOMEN UNTUK MENDUKUNG BUNDALIDIII TERUS BERKEMBANG.

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR

®®®

Bima menatap Beni penuh amarah, tiba-tiba saja ada wanita yang menembakinya. Untung saja Yaksa segera melepaskan tembakan ke arah tangan wanita tadi hingga membuat wanita itu tersungkur sambil memegangi tangannya yang tertembak.

"Jangan terlalu kejam pada wanita itu, Galang." Ucap Beni sambil keluar dari mobil.

"Dia adalah Neva, wanita yang menyukaimu sejak kamu berada dia bangku SD. Jangan terlalu kejam dengan menembaki tangannya seperti itu." Lanjut Beni.

"Neva?" Bima menatap wanita tadi, Yaksa yang penasaran akhirnya berjalan ke arah wanita tersebut dan membuka masker yang menutupi mulutnya.

Saat masker terbuka, Bima dan Yaksa sama-sama terkejut. Ternyata benar, itu Neva yang mereka kenal.

"Lo apain Adi?" Tanya Yaksa.

"Gue gak ada urusan sama anak kecil itu, yang gue cari Galang." Jawab Neva.

"Jadi, lo udah kenal gue? Kenapa lo pura-pura gak kenal selama ini?" Tanya Bima.

Neva menatap Bima, ia tersenyum lalu tertawa dengan keras. Yaksa yang melihatnya langsung menodongkan pistol ke arah kepala Neva.

"Lo aja bahkan gak inget nama gue kan? Ingatan lo selemah itu ya Galang?" Tanya balik Neva.

"Bukan lemah, lo itu gak penting di hidup gue." Jawab Bima.

Yaksa tersenyum senang saat mendengar jawaban Galang. Sementara itu, Beni terlihat santai sambil bersandar di mobilnya. Ia terlihat menikmati percakapan antara Bima dan Neva.

"Pertemuan cinta memang yang paling terbaik. Apakah kalian akan menangis dan meratapi nasib bersama?" Tanya Beni.

"Neva, bukankah keluarga kamu sudah di hancurkan oleh ayahnya Galang? Alasan kamu mencari dia bukan untuk cinta melainkan balas dendam." Neva menatap Beni tak suka.

Ia kembali menatap Bima dengan ekspresi yang sulit diartikan. Bima pun menatap Neva, ia tak berekspresi apapun.

"Manusia normal bakal kesakitan saat tangannya tertembak, jadi lo udah berlatih buat bunuh gue ya?" Tanya Bima.

"Pertanyaan yang sudah tau jawabannya, bukan cuman lo yang gak suka sama itu." Jawab Neva.

Bima mengangguk, ia berjalan mendekati Neva. Tangannya terlihat sedang merogoh sesuatu dari sakunya. Neva bersiap, ia menatap Bima dengan waspada.

"Kalo keinginan balas dendam lo terpenuhi, kedepannya hidup lo akan hampa. Sulit buat bilang ini, lupain balas dendam lo mulai sekarang. Hidup lo berharga bagi diri lo sendiri." Bima kini sudah berdiri di depan Neva.

Ia berjongkok di depan Neva dengan pandangan yang terus tertuju ke bawah. Yaksa yang melihat itu pun terheran, ia makin mempererat pegangan pistolnya.

"Gue minta maaf secara resmi atas nama keluarga gue." Ucap Bima yang membuat Neva terkejut.

Suasana menjadi sangat sunyi, hanya terdengar hembusan angin dan beberapa burung. Baik Yaksa maupun Beni sekalipun terkejut dengan perkataan Bima barusan. Yaksa mengenal Bima cukup baik, ia tak pernah melihat Bima minta maaf sampai berjongkok. Sebenarnya ini momen langkah, Yaksa saja tak berkedip dan menjadi tak fokus juga.

Bima SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang