Namanya Kiran. Gadis yang sudah hidup sebatang kara sejak usianya dua belas tahun. Menurut ceritanya, ia memang ditinggalkan oleh neneknya. Diusianya yang baru dua belas tahun itu, neneknya mulai sakit-sakitan hingga ia merasa tak mampu lagi untuk merawat dan membesarkan Kiran. Sampai akhirnya sang nenek memutuskan untuk menyerahkan Kiran ke panti asuhan agar bisa memiliki hidup yang sedikit lebih layak, menurutnya.
Selama hidupnya, Kiran tak pernah mengenal siapa kedua orang tuanya. Ia juga tidak peduli, karena saudara-saudara—teman-teman— barunya di panti membuatnya bahagia. Salah satu yang paling dekat dengannya adalah Sunghoon. Bagi Kiran, Sunghoon adalah sosok kakak terbaik untuknya. Kakak terbaik yang pernah ada. Kakak yang selalu menjaganya, kakak yang selalu menghiburnya, kakak yang selalu ada untuknya tak peduli bagaimanapun keadaannya.
Sedangkan dimata Sunghoon, Kiran adalah sosok gadis yang lugu, lucu, dan imut. Sampai-sampai Sunghoon merasa tidak ingin ada seorangpun yang merebut Kiran darinya. Setiap malam Sunghoon akan pergi ke kamar Kiran, membawa buku dongeng, dan membacakannya untuk Kiran hingga gadis cantik itu tertidur.
Seiring berjalannya waktu, Kiran tumbuh menjadi gadis dengan paras rupawan. Rambut hitam panjangnya menambah kesan anggun dan cantik pada dirinya. Kiran juga seorang gadis yang baik hati, ia memiliki banyak teman. Namun setelah Kiran mulai memasuki masa SMA, ia jadi sering keluar bersama teman-temannya, entah untuk mengerjakan tugas sekolah atau hanya sekedar berjalan-jalan.
Sunghoon cemburu. Kiran jadi tidak punya waktu lagi untuk dihabiskan bersamanya untuk sekedar bermain games, bercerita hal-hal konyol yang terjadi di sekolah, atau mencoba membuat kue dan berakhir membuat kekacauan didapur.
Rasa cemburu itu semakin menjadi-jadi ketika salah seorang teman laki-laki Kiran terlihat mendekatinya. Sunghoon pikir, ia hanya cemburu karena kehilangan teman sekaligus adik perempuan yang dikasihinya. Namun ternyata salah.
Rupanya, ini yang dinamakan cinta. Cinta pertama. Cinta antara seorang laki-laki dengan perempuan, bukan cinta antara kakak dengan adiknya. Sunghoon tak lagi memandang Kiran sebagai adiknya, tapi sebagai seorang gadis yang ia damba. Gadis yang telah memiliki dan mengisi seluruh hatinya.
Awalnya, Sunghoon merasa ragu. Apakah perasaannya pada Kiran ini benar? Apakah ia boleh memiliki perasaan pada sosok yang telah ia rawat sejak kecil?
Tentu saja. Tidak ada hubungan darah antara dirinya dengan Kiran, kan? Begitu pikir Sunghoon. Maka ia putuskan untuk menyatakan perasaannya.
Malam itu hujan turun cukup deras. Kiran baru pulang dari rumah temannya untuk mengerjakan tugas kelompok. Lagi, perasaan cemburu itu kembali membakar hati Sunghoon.
"Ibu sedang pergi. Mandi dan segera makan." Sunghoon berucap dengan nada ketusnya lalu pergi meninggalkan Kiran menuju kamarnya.
Kiran terkejut. Apa yang terjadi pada Sunghoon? Sunghoon tak pernah marah padanya sebelumnya. Tak ingin membuat Sunghoon lebih marah padanya, segera ia lakukan apa yang Sunghoon suruh tadi. Setelah menghabiskan makan malamnya, gadis itu pergi menghampiri Sunghoon yang sedang belajar di kamarnya.
Pemuda yang tengah fokus membaca materi itu menoleh, melihat yang lebih muda berdiri di ambang pintu kamar.
"Ada apa?" tanya Sunghoon masih dengan nada datarnya. "Masuklah."
Kiran menunduk, tangannya memilin ujung piyama yang dikenakannya, sedangkan tangannya yang lain menutup pintu kamar Sunghoon. Perlahan, kakinya bergerak mendekati Sunghoon. Si pemuda menutup bukunya dan mengalihkan perhatian sepenuhnya pada Kiran.
"Aku minta maaf."
Sebelah alis Sunghoon naik. "Minta maaf kenapa?"
"Kakak... marah ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Nekma | Sungjake [END]
Fanfictionnekma [ne-kamah] (n) kebencian, dendam, amarah warning: mpreg horor bxb violation, blood, torturing, harsh words