06.

890 103 24
                                    

Aroma kopi dan roti panggang menyeruak mengisi setiap sudut rumah. Jake pergi ke halaman belakang, menghirup dalam-dalam udara segar sembari menikmati hangatnya sang Mentari yang menerpa wajah cantiknya. Ia menutup matanya, menikmati suasana pagi hari. Rasanya nyaman, membuatnya enggan untuk beranjak dari sana. Lagipula kata Jaehyun hyung kemarin, matahari pagi akan sangat baik untuk kandungannya.

Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat dari belakang. Sunghoon menyusul Jake dan dengan lembut memeluk tubuhnya dari belakang. Jemari panjang suaminya itu menyentuh perutnya dengan lembut, menyampaikan kehangatan dan cinta. "Sayang, aku berangkat dulu, ya," ucap Sunghoon sambil mencuri satu kecupan dari pipinya.

Jake memutar tubuhnya. Tangannya bergerak luwes merapikan dasi dan kemeja putih yang dipakai suaminya. "Hati-hati, ya. Jangan lewatkan makan siangmu. Kalau lembur tolong kabari aku." ucap Jake sambil menunjukkan senyum lebar yang menghiasi wajah cantiknya.

"Siap, Pangeran." Sunghoon mengecup bibir Jake sekilas. Lalu ia sedikit menundukkan tubuhnya, menyejajarkan wajahnya dengan perut Jake.

Cup.

Ia cium perut Jake yang masih rata, "ayah, berangkat dulu sayang. Jangan nakal, oke?"

"Sudah, sudah sana berangkat, nanti kau bisa terlambat!"

"Iya sayang. Kamu jangan lupa habiskan sarapanmu ya! Oh, kau juga harus banyak istirahat. Jangan terlalu lelah, oke? Kalau ada apa-apa cepat hubungi aku, ya. Sampai jumpa nanti sayang."

Sunghoon mengecup kening Jake, kemudian berlalu meninggalkan Jake. Namun baru dua langkah, ia berbalik. "Oh ya, semua alat makan yang kotor sudah kucuci ya, kecuali punyamu. Sarapanmu belum habis tadi, nanti dihabiskan ya sayang."

"Oh, kau sudah mencucinya? Terima kasih banyak, Sunghoon."

"Anytime sayang." Sunghoon melambaikan tangan dan pergi dari sana.

Merasa sudah cukup berjemurnya, pria manis itu masuk ke dalam rumah. Ia menuju meja makan dimana ia meninggalkan sisa sarapan dan ponselnya. Jake duduk dan menghabiskan roti panggang dan susu yang dibuatkan Sunghoon untuknya. Biasanya ia akan menikmati sarapannya dengan kopi, namun karena kondisinya yang tengah hamil, Sunghoon melarangnya keras untuk mengonsumsi cairan berwarna pekat itu. Alhasil, susu coklat inilah yang menjadi pendamping sarapannya. Jake menikmati sarapannya, sebelah tangannya yang bebas ia gunakan untuk menggeser layar ponsel. Menekan sebuah nomor, lalu menempelkan benda pipih itu ditelinga.

"Hallo?" jawab Jungwon dari seberang telepon.

"Selamat pagi, Jungwon!" Sapa Jake dengan suara riangnya. "Bagaimana kabarmu? Kata Sunghoon kau sedang ada masalah, ya?"

"Yah, biasalah... masalah pekerjaan. Tapi itu sudah berlalu kak. Aku juga sudah mendapatkan pekerjaan yang baru, jauh lebih baik dari tempat kerjaku yang lama, haha."

"Wah, syukurlah kalau begitu. Aku turut senang mendengarnya."

"Ah, iya..." Jake menjeda kalimatnya sejenak lalu menelan rotinya. "Aku punya kabar gembira untukmu."

"Apa itu?"

"Kamu akan jadi paman, loh." Jake terkekeh diakhir kalimatnya.

Terdengar suara napas tertahan dari seberang. "Hah? Maksudnya bagaimana?"

"Aku hamil Jungwon."

"Tapi... bagaimana bisa? E-eh maksudku bukan begitu, tapi—"

"Iya Jungwon, aku mengerti. Kau pasti bingung, kan?

Aku dan Sunghoon juga terkejut sekaligus bingung saat pertama kali mendengarnya. Tapi kita tak mau ambil pusing. Yang jadi fokus kita sekarang adalah menjaganya agar ia tetap sehat hingga ia lahir nanti."

Nekma | Sungjake [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang