6. Anak bungsu ibu

785 180 16
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Galina kira setelah 10 tahun lebih waktu berlalu ibu tidak akan menunjukkan lagi ekspresi ini. Ekspresi bungah dengan wajah sumringah ketika mendengar ucapan Galina yang justru penuh ragu-ragu.

Tepat setelah ia selesai mengecek apartemen, hal yang pertama Galina lakukan setelah sampai rumah adalah memberi tahu ibu mengenai permintaan Sebastian yang mendadak dan mendesak. Alih-alih menolak, ibu justru tersenyum sumringah dan langsung memanggil daddy-nya dan meminta bule itu untuk mengantarnya ke pasar besok dini hari.

Galina hanya butuh mengabari Sebastian kalau udang saus mentega kesukaannya itu bisa ia jemput besok.

"Gimana Seo sekarang, Ge?"

Galina tertegun. Ia hampir lupa kalau ibu menyayangi Sebastian seperti anaknya sendiri. Jelas saja. Sebastian itu baik dan pandai menarik hati orang tua tanpa banyak gaya. Ibu yang dulu biasa hanya berdua dengan Galina jelas terhibur dengan kehadiran Sebastian. Sampai-sampai ibu terbiasa memanggil laki-laki itu dengan panggilan akrabnya seperti di rumah.

"Gak gimana-gimana, Bu. Kan Ibu tahu kabar-kabarnya dari TV?" jawab Galina bingung. Sungguh. Galina tidak paham gimana yang ibunya maksud.

"Sehat kan ya Seo? Kangen banget Ibu sama tingkahnya, dulu dia suka ada-ada aja," ucap Ibu sambil menahan kekehan.

Galina mau tidak mau jadi tersenyum kecil. Kata ibu, dulu seharusnya Galina punya adik laki-laki yang berbeda umur 2 tahun. Tapi bayi itu tidak bertahan lama ada di luar perut ibu, sehingga bisa Galina simpulkan kalau ibu memang menyayangi Sebastian seperti pada anak kandungnya sendiri.

"Sehat, Ibu. Sekarang tambah tinggi juga," jawab Galina menenangkan. "Kalau gak sehat gak mungkin maksa-maksa Gege untuk bilang ke Ibu supaya bikinin udang saus mentega buat besok banget."

Ibu terkekeh dengan mata berseri. Ah, Sebastian menyentuh naluri keibuan wanita paruh baya ini sejak bertahun-tahun lalu. Galina tahu ibu akan selalu punya tempat tersendiri untuk menyayangi Sebastian.

"Padahal kalau mau dimasakin sore ini juga Ibu bisa, Ge."

"Ya gak bisa dong, Ibu..." keluh Galina. "Emang bahan-bahannya udah ada?"

Ibu menggeleng. "Tinggal minta Daddy-mu anter Ibu ke supermarket besar yang persediaan seafood nya selalu seger."

Galina tidak bisa berkomentar karena ucapan ibu benar. Daddy adalah tipe laki-laki bucin yang kebanyakan iya-iya saja atas semua ucapan ibu, dan jujur Galina merasa lega karena ibu bisa menemukan lagi cinta yang tulus di umur yang sudah tidak lagi muda.

"Besok aja, Bu. Gege nolak juga biar Ibu persiapannya banyak dan ada waktu buat mikirin menu lainnya. Baik kan, Gege?"

Ibu terkekeh sambil menepuk pipi Galina. "Iya, Cantik. Si paling pengertian sama Ibu."

Our Love Was OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang