***
Pengumuman! Pengumuman! Galina setuju menerima tawaran pekerjaan dari Julien. Laki-laki itu langsung bersorak gembira dan bahkan mentraktir Galina ke steak house bergengsi di ibu kota sebagai ucapan terima kasih pada adik tirinya itu.Hal selanjutnya yang harus Galina lakukan setelah menerima tawaran pekerjaan adalah kembali ke Singapura untuk merapikan semua barang miliknya dan sepenuhnya pindah dari sana. Ia juga akan berpamitan pada teman-teman di Singapura yang tentu memberikan banyak kenangan menyenangkan selama setahun mereka bekerja sama.
"Ibu, tapi Gege mau sewa apartemen ya di Jakarta," jelas Galina pada ibunya yang sibuk memasak.
"Kenapa gak tinggal di sini aja, Ge? Gak nyaman sama Daddy-mu?"
Galina mendengus pelan. Bisa dramatis kalau ayah tirinya mendengar ucapan ibunya barusan. Laki-laki bule perancis itu paling sedih kalau Galina merasa ia bukan ayahnya.
"Bukan gitu, Ibu. Gege pegen mandiri aja. Gak boleh, ya?"
"Ya boleh. Kamu kan udah dewasa. Cuma sayang dong punya rumah di sini tapi gak ditempati."
"Kan ini rumah Ibu dan Daddy, bukan rumah Gege," elak Galina.
"Mulutmu itu, bisa aja ngelak ucapan Ibu," keluh ibunya. "Emang sudah cari?"
"Belum. Tapi Monica bilang mau bantu cariin."
"Oh, ya? Ya kalau gitu Ibu percaya."
"Ih, giliran menantunya yang pilihin baru percaya!"
"Ya, gimana, Monica kan lebih dewasa dari Gege," jawab ibunya santai.
"Cari apartemen yang nyaman, Ge. Cari tahu juga dulunya bekas siapa. Bekas apa. Jangan sewa apartemen butut takutnya banyak hal-hal yang gak diinginkan."
"Siap, Ibu. Gege kalau masalah tempat tinggal pasti selektif kok."
"Cari yang dekat sama tempat kerjamu juga. Atau dekat dengan rumahnya Sebastian itu. Kamu nanti kerja bareng dia, kan?"
"Kok Ibu tahu?"
"Daddy-mu kemarin cerita katanya Julien udah bisa tenang berangkat ke Amrik karena kamu ambil alih kerjaannya."
"Iya tuh Julien gaslighted Gege."
"Hush, minta tolong loh itu kakakmu," tegur Ibu. "Lagi pula Ibu juga udah lama sekali gak denger langsung soal Sebastian. Dulu padahal sering mampir makan ke rumah. Eh, apa dia gak tahu ya kalau kita pindah?"
"Kayaknya sih gak tahu, Bu."
"Ya nanti kalau udah mulai kerja sesekali ajak main ke sini. Biar Ibu bisa masakin masakan kesukaannya. Dulu paling seneng udang saos mentega buatan Ibu, kan?"
"Iya kali," bisik Galina malas.
"Kamu juga kerjanya yang ikhlas ya, Ge. Dianggap sebagai wadah mendapat pengalaman baru aja. Jangan dibawa pusing. Apapun yang gak kamu belum tahu ya tanyakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Was Orange
أدب الهواة(Series #20 Lazuardi) It was all orange. Sometimes shining, sometimes blinding. Like the ball he's holding almost 24/7. Like the t-shirt she's wearing in summer. It was all orange. But they meet again in a black and white.