7. Apartemen

1.1K 168 24
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Galina menatap apartemen yang Sebastian huni dan dalam hati memuji laki-laki yang berdiri di belakangnya sambil menahan pintu supaya tidak otomatis tertutup.

Apartemen milik atlet basket itu terlihat rapi dan nyaman untuk standarnya. Semua barang tertata di tempat masing-masing tanpa pemandangan handuk bekas mandi di lantai ataupun wastafel yang penuh dengan piring kotor menumpuk.

Galina hampir mengeluarkan pujian itu sampai tiba-tiba ia menatap kitchen island yang debunya setebal alis Sebastian. Sekedar informasi, Sebastian punya alis yang cukup tebal dengan bentuk yang sangat apik. Galina pun dibuat iri setiap melihatnya.

"Kok berdebu banget sih, Bas?"

"Hehe," cengir Sebastian. "Males beberesnya."

"Emang gak dapet fasilitas untuk bersihin apartemen?" bingung Galina sambil mencolek debu yang nampak jelas di setiap perabotan di apartemen Sebastian.

"Dapet kok. Cuma waktu itu ada yang masuk seenaknya pas gue lagi mandi. Males ah jadinya," jawab Sebastian dengan bibir mengerucut.

"Ya astaga, kenapa gak lo nasehatin aja? Kasih tahu kapan datengnya, atau telepon lo dulu sebelum datang."

"Gak kepikiran," lagi, Sebastian menjawab dengan bibirnya yang masih mengerucut. Mungkin sebal karena Galina sudah langsung mengomeli tempat tinggalnya di hari pertama perempuan itu diizinkan masuk.

"Yaudah nanti gue yang coba hubungi pihak apartemen deh. Debu semua loh ini, Bas. Apa gak ganggu kesehatan lo?"

Sebastian menggeleng. "Nggak kok."

Galina menatap laki-laki itu sengit. "Nggak gimana? Lo tuh ih, ngebantah terus tiap gue bilangin."

Sebastian menghela napas pelan sebelum mencubit pipi Galina. "Bawel banget, Gege! Astaga!"

"Lo beda banget sama Bang Jul," keluh Sebastian dengan bibir manyunnya yang belum juga menghilang.

"Lho ini kan buat kesehatan lo? Jangan lupa dua minggu lagi lo udah intensif latihan sebelum IBL. Jangan lupa juga orang Perbasi lagi mantau lo di pertandingan kali ini, Bas. Kalau lo bagus lo bakal dipilih untuk ikut FIBA Asia Cup. Nah nanti kalau lo."

Ucapan Galina terputus ketika Sebastian membekap mulutnya dengan tangan laki-laki itu. Ia menatap Galina lelah kemudian mengangguk. "Iya, Gege, iya. Gue paham. Nanti gue beresin."

"Sekarang, Bas."

"Kan lo mau house tour?"

Galina berdecak kesal. "Lima menit aja house tour-nya abis itu beres-beres."

"Ah, males," keluh Sebastian. "Telepon orang rumah aja deh minta beres-beres di sini."

Galina mengeleng. "Lama lagi kalau nunggu pekerja rumah lo untuk ke sini. Nih, paru-paru lo, nih! Isinya debu semua!" pekik Galina sambil menunjuk-nunjuk dada Sebastian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Love Was OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang