Bab 9: Siapa Kau?

346 49 2
                                    

Mia sudah menduga kalau Damian pasti punya tujuan tertentu kalau sampai menyamar seperti ini. Tapi, dia tidak mengira bahwa ternyata laki - laki itu bahkan memiliki sebuah camp yang terletak di bawah tanah bar rakyat biasa di tengah ibukota.

"Lady, silakan." Sherka mempersilakan Mia untuk turun ke tangga yang akan menghubungkan mereka ke ruang bawah tanah.

Zoey menahan tangan Mia, dia terlihat cemas. Sherka akhirnya tersenyum kecil dan menatap Jimmy. "Nona pelayan sebaiknya tunggu di sini. Kami tidak akan melakukan hal yang aneh - aneh pada Lady Bevel. Ini adalah perintah Putra Mahkota. Jim akan menemani Anda."

"Ta- tapi..." Zoey tidak bisa melepaskan Mia begitu saja. "Meskipun itu perintah Yang Mulia Putra Mahkota, tetap saja Lady kami..."

"Zoey, tidak apa - apa. Kalau aku mati di dalam, katakan pada Tuan Marquess kalau Putra Mahkota membunuhku." Mia menjawab dengan acuh tak acuh. Dia muak dan ingin semua ini cepat selesai. Kalau boleh jujur, Mia lebih memilih untuk menjalani kehidupannya sebagai Mia Bevel dengan tenang, bukan malah terlibat dengan putra mahkota begini.

"Nona!" Zoey panik, sementara Jimmy tertawa kecil.

Sherka mengulum senyum, "saya akan menjamin keselamatan Anda, Lady."

"Kau ini kaki tangan si brengsek itu, bagaimana bisa aku percaya padamu?" Mia menghela napas panjang. "Sudahlah, ayo masuk."

Mia memasuki ruangan bawah tanah yang gelap dan tenang. Suasana di sana terasa suram, tetapi Mia tidak merasa takut. Di sana, ia melihat Damian, yang sedang duduk di sofa yang terletak di sudut ruangan. Damian membalut luka di tangannya dengan perlahan.

"Ah, Anda terluka," kata Mia sambil mendekatinya, tersenyum miring sambil menatap tanpa minat ke arah Damian. "Rupanya Anda masih manusia."

Damian menatap sosok Mia Bevel yang sungguh berbeda. Caranya berjalan, berbicara, dan bahkan duduk. Mia menyesap teh yang dituangkan oleh Sherka. Gerakannya perlahan dan terlihat anggun. Jelas itu berbeda dengan kesan centil yang sebelumnya kerap kali ditunjukkan Mia Bevel jika berada di sekitar Damian.

"Kau berharap aku mati? Kalau aku mati, kau akan terlibat dalam kasus pembunuhan putra mahkota," Damian membalas sambil tersenyum mengejek, "sepertinya kau sudah lupa siapa yang barusan menyelamatkanmu."

"Saya tidak akan masuk ke dalam kejadian itu kalau bukan karena Anda." Mia menjawab tegas, dia menyesap teh dicangkirnya lagi. "Jangan melebarkan topik ke mana - mana, langsung saja. Apa alasan Anda memanggil saya ke tempat ini? Anda tidak takut saya membocorkan rahasia?"

Damian tertawa. Suaranya renyah dan wajahnya tersenyum lebar. Mendadak Mia Bevel yang selalu dia hindari jadi terlihat menarik. Wajah datar dengan senyuman di ujung bibirnya, ketidaksukaannya pada Damian, dan kata - kata yang tajam itu... semuanya sukses membuat Damian merasa Mia Bevel adalah orang yang berbeda.

"Kau akan dirugikan juga kalau membocorkan rahasia ini." Damian tersenyum miring.

Mia mengangkat sebelah alisnya, menelisik tatapan Damian. "Lucu sekali... saya rasanya tidak punya hal yang bisa merugikan diri sendiri."

Jujur saja, Mia merasa terintimidasi saat dia bersama Damian. Pria itu menatap seolah menelanjanginya. Mia merasa tertarik dengan keberanian dan keahlian Damian, tapi dia juga takut kalau sang pangeran ternyata bisa melihat ke dalam dirinya. Mia tidak siap kalau harus berurusan dengan Putra Mahkota yang merepotkan. Hidupnya saja sudah rumit karena harus membereskan masalah yang di timbulkan Mia Bevel yang asli.

Tepat saat Mia mengembuskan napas pelan, Damian melihat ke arah Mia dan mengetahui bahwa ada sesuatu yang rumit dan rahasia di dalam pikiran Mia. Jelas Damian tahu bahwa Mia sedang mempertimbangkan sesuatu. Meskipun tak sepenuhnya bisa menebak hal apa yang Mia pertimbangkan itu. Damian pun menarik napas singkat sebelum membuka mulutnya.

Really, I'm Not Antagonist!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang