Hai hai~~
Hope you enjoy reading it, let's go!
._.
Jeno berjalan menyusuri jalan kecil di depannya. Jalan yang menanjak membuatnya sedikit terengah. Pandangan matanya menyusuri seluruh tulisan-tulisan yang tertera disetiap pagar rumah yang ia temui. Berharap menemukan tulisan yang sama persis dengan tulisan yang tertera di kertas yang digenggamnya.
Senyumnya mengembang setelah menemukan apa yang dicarinya. Tampak pagar yang sudah usang itu menjadi pelindung rumah kecil didalamnya.
Jeno berjalan mendekati pagar itu dan membukanya perlahan.
"Permisi" Ucapnya sambil terus melangkah menyusuri halaman kecil itu.
Seseorang membuka pintu rumah kecil itu dari dalam, tampak seorang anak kecil yang tersenyum manis padanya.
"Selamat datang. Kakak mencari siapa?" Tanya anak kecil itu sopan.
"Apa benar ini tempat tinggal Jaemin?"
"Benar. Kakak ku ada didalam. Tapi kakak siapa?" Tanyanya lagi dengan polosnya.
"Namaku Jeno. Lalu namamu?" Tanya Jeno sambil tersenyum.
"Namaku Taro. Tunggu sebentar Kak Jeno. Aku akan panggilkan kakak ku" Anak kecil itu segera berlari kedalam rumahnya.
Tidak lama setelah Taro meninggalkan Jeno, Jaemin keluar dengan ekspresi terkejut karena mendengar bahwa seseorang bernama Jeno tengah menunggunya diluar.
"Jeno?" Ucapnya masih ingin meyakinkan diri.
Jeno tersenyum kearah pemuda itu. "Adikmu sangat manis"
"Bagaimana kau tahu tempat tinggal ku?" Jaemin mengabaikan pernyataan Jeno.
"Aku meminta alamatmu pada teman kerjamu"
"Aku sudah tidak bekerja disana" Sahut Jaemin agak berbisik.
Pemuda itu menarik Jeno untuk menjauh dari rumahnya. Mereka berjalan keluar menuju sebuah pohon besar yang teduh. Di bawahnya terdapat sebuah kursi panjang yang terlihat sudah tua dan berkarat namun masih bisa untuk diduduki.
Jaemin menyuruh Jeno untuk duduk disebelahnya.
"Ada apa? Sepertinya sangat penting sampai kau mau datang ke rumahku" Ucap Jaemin membuka pembicaraan.
Sebenarnya Jeno tidak berani mengatakan bahwa Karin yang membuat Nana dipecat. Ia tidak ingin Nana tahu bahwa calon istrinya itu berniat untuk menghancurkan hidupnya.
"Jeno. Kenapa diam?" Tanya Jaemin yang tidak mendapat respon dari Jeno.
"Ah, aku hanya ingin tahu dimana tempat tinggalmu. Tidak salah kan jika seorang teman ingin tahu dimana temannya tinggal?"
Jaemin mengangguk mengerti. Ia hanya diam.
"Sepertinya keluargamu belum tahu jika kau telah kehilangan pekerjaanmu" Tebak Jeno.
Pemuda di sebelahnya kembali mengangguk. "Aku tidak tega mengatakannya"
"Kenapa?" Tanya Jeno penasaran.
"Mereka pasti akan sedih. Aku tidak mau membebani mereka. Ditambah lagi ibuku sedang sakit sekarang" Jaemin tersenyum pahit.
Jeno merasa hatinya bergetar. Baru pertama kali ia bertemu dengan orang seperti Jaemin yang tidak ingin membuat orang lain di sekitarnya merasa khawatir. Selama ini, orang-orang yang telah dikenalnya terlampau sombong dan egois, termasuk Karin.
"Jeno?" Panggil Jaemin lagi sambil melambaikan tangannya didepan wajah Jeno.
"Ah. Ya?" Jeno tersadar dari lamunannya.
"Kenapa kau suka melamun?" Jaemin mengerutkan keningnya.
"Tidak" Sahut Jeno sambil tertawa kecil.
"Euumm, jadi sekarang kau tidak punya pekerjaan?" Tanya Jeno.
Jaemin mengangguk tanpa memandang lawan bicaranya. Pandangannya lurus kedepan, memperhatikan rumah-rumah yang hampir mirip dengan keadaan rumahnya.
"Bagaimana jika kau bekerja ditempat ku?" Tawar Jeno.
Seketika Jaemin menoleh kesamping tepat kearah Jeno.
"Kau serius?"
"Ya. Aku membutuhkan seorang sekretaris"
"Tapi, aku tidak punya bakat dalam hal itu"
"Kau tidak perlu khawatir. Akan ada orang yang mengajarimu nanti"
._.
- 30 Mei 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Boy | Nomin / Jenjaem
Romance[END] Jeno selalu bermimpi tentang orang yang sama. Saking seringnya, membuat ia kebingungan mengapa pemuda itu selalu hadir ke dalam mimpinya. Pertanda apakah itu? 💐 Lee Jeno x Na Jaemin 💐 BxB 💐 Fluff, Romance 💐 Fiksi 💐 Short Story 💐 Banyak t...