Prolog

98 14 4
                                    

***

Satu bulan lagi adalah hari kelulusan SMA. Sudah sewajarnya sekolah mengadakan photoshoot untuk kenang-kenangan satu angkatan, tak terkecuali di kelasku maupun di kelas kekasihku, Dierja Fusena. Aku dan dia memang beda kelas, tapi bukan berarti kami tidak bisa mempertahankan hubungan kami. Sampai sekarang hubungan kami masih awet.

Aku sendiri sudah selesai photoshoot. Sekarang ini aku hanya sedang menunggu Dierja di taman dekat lapangan. Tampaknya sesi foto bersama di kelasnya belum selesai.

Oh iya, omong-omong, namaku adalah Kanandhita Calandra. Orang-orang biasa memanggilku Kana. Namun, sayangku itu suka sekali memanggilku dengan nama Calandra. Sejujurnya aku juga lebih suka dipanggil Calandra dibandingkan Kana, tapi lagi-lagi, aku menyukainya karena Dierja yang memanggilku demikian.

Hubunganku dengannya sudah berjalan hampir dua tahun ini. Kalau diingat-ingat, pertemuan pertama kami dulu benar-benar tidak terduga. Sedikit cerita, waktu itu aku jatuh terkilir di tribun penonton ketika hendak menonton pertandingan basket antar sekolah. Dierja yang membantu mengurut kakiku. Mungkin ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama karena sejak hari itu benih-benih cinta mulai muncul di antara kami.

Cukup bersyukur karena saat itu aku jatuh, sehingga bisa bertemu dengan Dierja yang pandai mengurut; dia adalah dukun pijat urut. Tidak, aku bercanda. Kekasihku itu pemain basket, makanya dia paham betul apa yang harus dilakukan ketika kaki sedang terkilir seperti itu.

"Calandra," panggilnya diimbuhi senyuman manis di wajah.

Kekasihku itu menyadarkanku dari lamunan flashback masa lalu. Dia berjalan mendekatiku. Tampaknya sesi photoshoot di kelasnya sudah selesai.

"Hm? Sudah selesai?"

Dia membalas dengan anggukan, lantas menggapai tanganku untuk digenggam. "Ayo kita pergi."

Aku mengikutinya dengan senang hati. Kami memang memiliki planning untuk pergi ke museum kota setelah ini. Biasalah, inginnya mencari spot foto sekaligus pacaran. Lagi pula di sekolah kami tidak ada agenda lain selain photoshoot untuk hari ini. Jadi, kami bisa langsung pergi jika sudah selesai.

"Mau mampir ke Warung Bakso Malang Pak Dirman dulu, nggak? Pasti kamu sudah mulai lapar, 'kan?" tawarnya.

"Boleh, tapi maunya pakai mie putih, nggak mau mie kuning."

"Siap laksanakan, Tuan Putri," ucapnya membuatku terkekeh.

Sesampainya di parkiran, Dierja berjalan mengarah ke motornya. Dia langsung menyalakan motor matic-nya dan membiarkan aku duduk di kursi boncengan. Dia membantuku memakai helm, lantas tangannya menarik lenganku agar melingkar di perutnya.

"Sudah?"

Aku mengangguk, membuat Dierja langsung tancap gas setelahnya. Dalam hati, aku bahagia sekali bisa bersama pria ini. Kurasa aku jatuh cinta lagi dengan sosok Dierja Fusena.

"Dierja, nanti sore pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Semoga kita nggak harus LDR-an habis ini ya. Semoga kita sama-sama diterima di kampus yang sama."

-

-

-

-

-

To Be Continued

***

Lanjut nggak?

Dierja Fusena

Kanandhita Calandra[Anonymous]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kanandhita Calandra
[Anonymous]

Toxicity - Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang