Toxicity 6

28 10 2
                                    

***

"Kalau aku jawab iya, gimana?"

Mendadak hatiku rasanya mencelos seketika. Napasku tercekat dan tidak bisa membalas perkataan Dierja.

Namun, tak lama Dierja malah tertawa terbahak-bahak. "Mukanya tegang banget sih, Calandra. Aku cuma bercanda."

Aku lantas memukul pelan meja makan di hadapanku. "Kamu bikin aku kaget aja."

Dierja masih tertawa dengan jahilnya. "Izora masa lalu aku, kamu masa sekarangku."

"Masa depan kamu?" bingungku.

"Anak perempuan yang manggil kamu Ibu dan aku Ayah."

***

Satu pekan lamanya ospek universitas. Sebagai mahasiswa baru, aku dan Dierja dikenalkan dengan berbagai hal seputar kampus. Bagaimana lingkungan kampus kami, organisasi dan unit kegiatan mahasiswa yang ada, sampai berkenalan dengan sesama mahasiswa. Bahkan, kekasihku sudah mendapat teman baru selama masa ospek ini.

Hari ini dia mengenalkan dua temannya kepadaku ketika sedang makan siang di kantin fakultas. Yang satu bernama Malvin Nusankara dan satu lagi bernama Caspian Gandhi Mallory. Kami semua sama-sama berasal dari jurusan Manajemen Bisnis.

"Kita udah dibagi offering belum sih? Di sini sistem mata kuliahnya paketan ya? Nggak bisa milih sendiri?" tanya Malvin kepada kami semua.

"Katanya sih iya. Kita nggak perlu repot-repot war KRS. Tinggal ambil aja mata kuliah sesuai offering. Mungkin juga pembagian offeringnya hari ini, 'kan hari terakhir ospek," balas kekasihku jelas.

"Semoga aja kita bisa sekelas ya," timpal pria yang suka dipanggil Pian itu. "Kalau sekelas pasti seru banget."

Kompak dibalas anggukan setuju dari kami semua.

"Omong-omong, kalian berdua udah pacaran lama ya?" tanya Malvin usai menyesap es teh pesanannya.

"2 tahun dan mungkin sampai jadi nenek-kakek," jawab Dierja membuatku refleks menyikut lengannya.

"Kalau gitu pacaran terus, nggak nikah-nikah dong," gusarku cemberut.

Tiba-tiba Caspian berdehem, berlagak seperti orang bodoh. "Ekhem, kode tuh bro. Peka dong harusnya."

Dierja terkekeh lucu. "Pacarannya 'kan sambil disambi nikah. Tapi kalau kamu memang kebelet nikah, mau dituntasin sekarang nggak? Ayo kalau mau," ucap Dierja bersemangat.

Aku lantas menyentil dahinya. "Kalau belum sukses nggak usah sok-sokan ngajak nikah. Anakmu nanti mau dikasih makan apa?"

Kini giliran Malvin dan Caspian yang tertawa lepas.

"Kalian juga jangan ketawa, kalian juga harus gitu. Cowok tanggung jawabnya gede kalau soal cari nafkah, ingat!" sahut Calandra membuat ketiga lelaki itu terdiam sambil menggaruk kepalanya kikuk. Berasa lagi dimarahi ibu-ibu.

"Eum... tapi... kalian kalau ada kenalan cewek cakep, masih single, dan butuh pasangan, buat gue dong. Capek banget 18 tahun hidup, nice try mulu," sela Malvin.

"Masa sih? Tapi lo nggak kelihatan kalau jomblo. Malah kayak sasimo," ejek Caspian sambil tertawa jahil.

"Enak aja! Mahkota gue masih di kepala ya, King!" gusar Malvin yang membuat kami semua tertawa lucu melihat tingkahnya.

***

Kelas kami sudah dibagi. Hasilnya aku dan Dierja tidak sekelas lagi. Justru Dierja satu kelas dengan Caspian dan Malvin di offering A, sedangkan aku di offering B.

Toxicity - Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang