Toxicity 7

50 8 7
                                    

***

"Kak Kana, ayo dong mintain tanda tangannya, please," mohon Gangsa dari panggilan teleponnya bersama sang kakak.

"Gimana cara mintanya, Sa? Kakak nggak enak ah. Nanti Kakak jadi ganggu privasi dia selama di kampus."

"Ayolah, Kak. Sekali ini aja. Aku ngefans banget sama Kak Bama."

Calandra lantas menghela napas lelah. Adik satu-satunya itu pagi-pagi begini sudah sibuk merengek meminta tanda tangan sosok penanggungjawab di kelasnya tersebut. Entahlah Gangsa dapat informasi dari mana kalau Si Pembalap kuliah di universitas yang sama dengan Calandra. Gangsa bahkan semakin menjadi-jadi saat sang kakak mengatakan kalau dia satu kelas dengan Bama.

"Okay deh, nanti coba Kakak mintain tanda tangan. Sekarang kamu sekolah sana, ini udah jam berapa, Sa? Nggak telat kamu?" ujar Calandra menyuruh adiknya dari telepon.

Terdengar Gangsa tertawa cengengesan dari seberang. "Siap, makasih Kakakku tercinta."

Setelahnya panggilan telepon terputus, meninggalkan Calandra yang memutar bola matanya malas. Sedangkan Dierja ternyata sudah memperhatikan kekasihnya sedari tadi sambil bersedekap dan tersenyum hangat.

"Riweuh banget pagi-pagi, teleponan sama siapa sih?" tanya Dierja mendekati kekasihnya.

"Biasalah, Gangsa, lagi rewel kayak bocil."

Dierja tergelak mendengarnya, lantas mencuri kecupan di pipi sang gadis. Calandra tidak tinggal diam, gadis itu juga membalas kecupan di pipi kekasihnya.

"Sayang, hari ini aku mau jemput Raya di stasiun."

Calandra yang semula sibuk memasukkan notebook ke dalam tasnya langsung menghentikan aktivitas dan gantian bersedekap menatap intens prianya.

"Aku harus bantuin dia beresin apartemennya. Dia kan baru nyampek di sini," lanjut Dierja menjelaskan.

"Terus?"

"Ya gimana, mumpung hari ini juga aku nggak ada jadwal kuliah."

"Terus?" Calandra masih menatap lekat kekasihnya, hanya saja tatapannya semakin menusuk seiring penjelasan yang dilontarkan Dierja.

"Kamu marah ya?"

Calandra hanya mengedikkan bahunya. Dia memutar badannya hendak kembali menyiapkan perlengkapan kuliahnya, tapi Dierja menggapai gadis itu dan memeluknya erat. Pria itu bahkan dengan manja menghirup wangi manis vanilla dari ceruk leher pacarnya.

"Kamu jangan marah, aku janji nanti sepulang kamu kuliah, kita jalan-jalan ke alun-alun sambil muterin kota ini. Kita belum sempat jalan-jalan kan? Katanya kalau sore di sini pemandangannya romantis," lirih Dierja masih memeluk manja Calandranya.

"Memangnya Raya nggak bakal ganggu?"

Dierja menggeleng. "Nanti aku bilang kalau lagi sama Calandra, nggak mau diganggu."

"Yakin?"

"Seribu persen," balas sang lelaki kembali mencuri kecupan ke pipi merah Calandra, membuat gadis itu tersenyum luluh dan mengusap kepala Dierja.

"Okay deh, nggak jadi marah," ungkap Calandra. "Tapi tetap janji nanti sore jalan-jalan berdua, ya?" tagihnya.

"Siap, Nyonya!"

***

Dierja dan Calandra tidak satu kelas, makanya tidak perlu heran kalau jadwal kuliah keduanya berbeda. Hari ini Calandra sudah harus masuk kelas. Mata kuliah pertama dimulai lima belas menit lagi.

Dosen belum datang, sehingga gadis itu sibuk menoleh kanan-kiri untuk mencari sosok Bama.

"Kalau di internet yang ini ya orangnya, tapi dia di mana?" gumamnya sambil memperhatikan layar ponselnya.

Tak lama, sosok yang di maksud akhirnya datang juga. Dengan menenteng sebuah buku dan headphone yang terpasang di telinganya, Bama mengambil tempat duduk kosong dekat dengan Calandra.

Gadis itu sendiri sibuk menelaah apakah benar sosok di sebelahnya itu adalah Bama atau bukan, tanpa menyadari bahwa sang penbalap merasa terganggu dengan Calandra. Pria itu melepas headphone-nya dan menoleh kepada sang gadis.

"Kenapa lihat-lihat?" tanyanya singkat membuat Calandra tersedak air liurnya sendiri karena terkejut.

"Ma-maaf, kamu Bama bukan?" tanya Calandra balik.

Pria tampan itu membalasnya dengan anggukan. Jujur saja first impression Calandra di pertemuan pertama mereka ini adalah Bama cukup dingin, membuatnya jadi sungkan untuk meminta tanda tangan.

"Eum... maaf ya, maaf, tapi boleh minta tanda tangannya nggak? Adik aku ngefans sama kamu," lontar Calandra pada akhirnya.

Tak disangka Bama tersenyum. "Kenapa nggak bilang dari tadi, gue pikir ada apa," ujarnya.

Pria itu lantas mengambil notebook yang sedari tadi ada di tangan Calandra dan membubuhkan tanda tangannya di sana. "By the way, nama lo siapa?" tanya Bama.

"Namaku Kanandhita Calandra," jawab Calandra cepat.

"Oh jadi lo Kanadhita Calandra itu ya? Gue manggilnya apa? Calandra?"

Lagi-lagi Calandra dibuat tersedak air liurnya sendiri karena ini pertama kalinya ada orang yang memanggilnya dengan nama Calandra selain Dierja.

Gadis itu terkekeh pelan. "Terserah deh," balasnya.

Tak lama dosen datang membuat keduanya mengalihkan atensi ke arah depan.

Namun sebelum benar-benar mendengarkan pembicaraan dosen, Bama sempat berucap pelan kepada sosok gadis di sebelahnya, "It's good to see you, hopefully we can be friends."

***

Dierja sendiri masih di apartemen. Pria itu tidak terlalu terburu-buru untuk berangkat ke stasiun dan menjemput Raya. Lagi pula, sahabatnya baru sampai di kota ini sekitar 1,5 jam lagi. Dierja masih punya banyak waktu bersantai.

Pria itu lantas menyempatkan diri untuk membuat kopi pagi ini. Dia duduk di meja makan sambil menyesap kopi dan meng-scroll down akun media sosialnya.

Sebenarnya Dierja bukan tipikal orang yang suka bermain media sosial. Tujuan utamanya membuat akun hanya untuk mem-follow Calandra. Bahkan selama dua tahun ini, postingannya hanya sebuah video yang menunjukkan Dierja sedang bermain basket dengan teman-temannya. Fakta mengejutkannya lagi adalah Dierja sudah tidak pernah membuka atau sekadar mengecek akunnya selama enam bulan terakhir. Tampaknya pria itu terlalu sibuk mempersiapkan tes masuk kuliah.

Hari ini menjadi pertama kalinya dia membuka akun media sosialnya kembali setelah enam bulan lamanya dibiarkan begitu saja. Tapi apa yang dia lihat sekarang membuatnya mengerutkan dahinya. Ada sebuah DM misterius yang masuk tiga bulan lalu.

------------------------------------------------------

@soulfromnowhere

Hopefully that woman goes to hell,
please tell her.

------------------------------------------------------





To Be Continued

***

Hi, I'm back!
Ada yang rindu tidak? Muehehe.
Maaf karena cerita ini slow update bgt, tapi ku usahain agar cerita ini bisa tetep update.
Jujurly aku sendiri mahasiswi semester 5 yang kesulitan me-manage waktu antara kuliah, organisasi, sama nulis.
Kalau cerita ini jadi lama updatenya begini, mohon bersabar dan pengertiannya ya, dear.
Makasih banyak-banyak sama yang masih setia sama Dierja-Calandra.
Semoga ceritanya nggak ngebosenin.
Gnoirrr all and have a good night ✨

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Toxicity - Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang