***
Aku dan Dierja sudah sampai di apartemen milik Dierja. Apartemen ini hadiah dari ayahnya ketika Dierja ulang tahun ke-17 tahun. Sebenarnya keluarga kekasihku sering berlibur ke kota tempat kampus kami berada. Mereka akan menempati apartemen Dierja untuk menginap. Namun, karena kekasihku sekarang sudah benar-benar kuliah di sini, jadilah apartemen ini sepenuhnya kembali menjadi milik Dierja dan akan ditempatinya untuk kuliah. Dierja juga yang mengajakku tinggal bersamanya.
Setidaknya enam jam lamanya perjalanan dengan kereta api untuk sampai ke kota ini. Cukup melelahkan, tapi aku senang karena bisa bersama dengan kekasihku sepanjang perjalanan.
Sekarang ini langit sudah menunjukkan waktu senja. Kami baru selesai membereskan barang-barang bawaan kami. Sekarang kami berniat untuk memesan makan malam.
"Kamu mau makan apa, Calandra?" tanya Dierja membuka aplikasi pesan makanan online di ponselnya.
"Nasi lalapan aja gimana?"
"Boleh, kamu mau lauknya bebek goreng atau ayam goreng?"
"Bebek goreng."
Dierja merespons dengan anggukan, lalu kulihat dia memesan satu porsi nasi lalapan dengan lauk bebek goreng dan satu porsi lagi dengan lauk ayam goreng. Seusainya dia terdengar menghela napas berat.
"Kamu kenapa?" tanyaku yang sedari tadi memperhatikan ekspresi Dierja seperti kurang bersemangat. Bahkan saat sedang bersamaku, pikirannya seperti melayang entah ke mana.
"Nggak apa-apa kok Calandra."
"Kepikiran Izora ya? Izora itu siapa?"
Kulihat raut wajah risih dari kekasihku setelah aku bertanya demikian.
"Bukan siapa-siapa," balasnya sedikit ketus.
"Kalau bukan siapa-siapa, kenapa paketnya dibawa? Nggak mau kamu buka?" ucapku merujuk pada kotak paket dari Izora yang dibawa Dierja sampai ke sini. Paket itu belum dia buka. Namun, aku tahu kalau kekasihku juga tidak berniat membuangnya. Kelihatannya Izora orang yang penting buatnya.
"Nanti aja," jawab Dierja beralih dari ruang tamu masuk ke kamar. Samar-samar kulihat kekasihku terlihat kesal, meninggalkanku dengan beragam pertanyaan dalam benakku. Tidak cukup Raya, apa sekarang aku harus cemburu juga dengan Izora? - batinku.
***
Lima belas menit berikutnya Dierja tak kunjung keluar dari kamar. Kupikir mungkin dia lelah, biarkan saja dia istirahat. Aku juga saat ini sedang melakukan panggilan video dengan adikku. Katanya di ingin tahu apakah aku sudah sampai atau belum.
"Apartemen Kak Dierja bagus banget ya, Kak."
Aku menanggapinya dengan anggukan. "Pasti Kakak bakal betah sih di sini. Pemandangan sekitar apartemen ini juga bagus, udaranya pun sejuk," lanjutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxicity - Lee Heeseung
FanficDierja Fusena, pria yang pernah menjadi nomor satu dalam hidupku. Dia sudah menemaniku selama 6 tahun, tepatnya sejak kami masih sama-sama duduk di bangku SMA sampai menjelang kelulusan kuliah. Kalau ditanya apakah aku mencintainya atau membencinya...