Toxicity 2

36 8 11
                                    

------------------------------------------------------

Dierja ❤️

You

Sesibuk-sibuknya kamu sama Raya,
jangan lupa kalau sore ini pengumuman UTBK. Kamu sudah janji mau buka pengumumannya bareng aku.

------------------------------------------------------

***

Terdengar suara notifikasi dari ponsel milik Dierja. Sialnya, yang memegang dengan lancang ponsel sang pria ketika itu adalah Raya. Dia membaca pesan masuk melalui status bar, tanpa berniat membukanya.

Ketika dia tahu bahwa pesan tersebut berasal dari Kana, gadis itu buru-buru mematikan ponsel Dierja dan menyembunyikannya di bawah bantal sofa.

Tak lama kemudian, Dierja datang dengan membawa obat-obatan dari kotak P3K. Tak lupa, satu baskom air hangat juga dibawanya untuk membersihkan luka dan darah yang sudah menghiasi kedua tangan sahabatnya.

"Lihatlah, tega sekali menyakiti tanganmu sendiri," ujar Dierja menatap perih penampakan tangan Raya yang benar-benar penuh dengan luka goresan pisau.

"Luka di hati aku lebih ganas dari ini, Ja. Hanya saja kamu nggak bisa lihat," timpal Raya. Matanya yang sembab usai menangis, menatap nanar pria di hadapannya.

Dierja menghela napas berat. Dia tidak suka melihat keadaan Raya yang seperti ini. "Sebaiknya kamu tinggal sama Bunda. Biar selalu ada yang awasin kamu kalau ada apa-apa."

"Kamu capek ya, harus selalu datang ke sini demi aku?"

"Bukan gitu, Ray. Aku cuma khawatir kalau kamu lakuin hal yang lebih bahaya dari ini."

Raya terdiam. Air matanya kembali mengalir deras. Awal mula dirinya mulai seperti ini adalah ketika ayah dan bundanya bercerai dua tahun lalu. Dirinya tidak bisa menerima kenyataan bahwa keluarganya yang sebelumnya lengkap dan harmonis harus berpisah dengan cara yang tidak baik-baik saja. Dia masih ingat bagaimana ayahnya memukul sang bunda, lantas pergi bersama selingkuhannya.

"Aku benci Ayah, Ja. Hidupku nggak akan begini kalau bukan karena dia."

Dierja lantas membawa sahabatnya itu ke pelukannya guna menenangkannya. Dia tahu betul Raya trauma dengan masalah keluarganya. Saat ini ayahnya sudah menikah lagi, begitu pula sang bunda. Alasan terbesar Raya untuk tinggal sendiri di apartemen ini adalah karena dia tidak enak dengan keluarga baru bundanya, sedangkan dia jelas tidak akan mau tinggal dengan ayahnya.

"Dierja, satu-satunya yang aku punya cuma kamu, Ja. Aku mohon temani aku sampai sembuh. Kamu masih sahabat aku, 'kan?"

***

KANA POV

Aku kesal bukan kepalang ketika Dierja tak kunjung mengangkat teleponku. 15 menit lagi sudah pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Aku ingin membukanya tepat pukul 4 sore bersama dengan Dierja. Namun, apa daya kekasihku malah sedang bersama perempuan lain sekarang.

Sebenarnya bisa saja aku membuka hasilnya terlebih dahulu, tapi aku takut jika hasilnya tidak sesuai ekspektasiku. Bagaimana kalau aku dan Dierja terpaksa berbeda kampus—berbeda kota? Atau lebih parahnya, bagaimana kalau aku tidak diterima? Setidaknya, kalau ada Dierja, aku bisa menyiapkan mentalku. Dia pasti akan segera menghiburku ketika mentalku jatuh.

Toxicity - Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang