---o0o---
Dengan sorot mata tajam, Lynne menatap ke penjuru sekolah dari atap gedung sekolah. Ia merasakan rumor yang di sebarkan oleh seseorang itu menyebar dengan sempurna. Ia sudah bisa mendengar bisikan selembut apapun dari kejauhan sana sedang membicarakan tentang dirinya.
Lynne begitu emosi, ia seperti ingin mematahkan jari-jemari orang yang telah menyebarkan rumor hoax tersebut. Namun, benar kata Deandra. Semua ini tidak akan selesai jika ia bertindak dengan emosi. Lynne kemudian menghela napasnya dan mulai menenangkan diri.
Ia mulai mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu di dalamnya. Ia sedang berkirim pesan dengan Lily-Sekretaris Mamanya, hanya dia yang bisa membantunya saat ini, karena Lily memiliki banyak koneksi di berbagai tempat. Lynne harus membalikkan keadaanya.
"Tunggu gue, gue bakalan balas sesuai dengan yang lo kasih!" gumam Lynne dengan sorot mata tajam dan tangannya meremat ponselnya.
Lynne pergi dari atap dan menuju ke kelasnya. Mengingat pelajaran pertama akan segera di mulai Lynne tidak akan melewatkan kelas yang satu ini. Namun, na'asnya ia dipanggil untuk menghadap guru BP.
Di dalam ruangan BP, aroma khas kertas dan kayu menyeruak ke hidung Lynne. Ia duduk santai di sofa sembari menunggu guru yang akan mendampinginya. Ternyata rumor itu sudah menyebar ke telinga guru-guru.
Salah satu pria yang diketahui ia adalah guru BP angkatannya duduk di depannya sembari membawa beberapa kertas. Pria itu mengulurkan salah satu lembaran kertas yang berisikan dirinya sedang berhadapan dengan si pemabuk di bar sewaktu menjemput Deandra waktu itu.
"Bisa jelaskan soal ini?" tanya guru BP itu sembari menatap Lynne dengan tatapan mengintimidasi.
"Ya, itu saya. Tapi saya ke sana bukan buat minum-minum, saya menjemput seorang teman yang mabuk di sana," jelas Lynne dengan nada santai. Ya, dia santai karena dia memang tidak melakukan hal aneh-aneh di bar itu. Ia hanya menjemput Deandra.
Kemudian pria itu mengulurkan satu lembar kertas lagi yang di mana ada foto dirinya sedang mengobati luka Deandra di rumahnya. Dan karena foto itu tidak jelas, foto itu menunjukan seolah-olah Lynne sedang melakukan hal tidak senonoh.
"Kalau yang ini?"
"Ini sewaktu saya mengobati lengan teman saya yang cidera akibat pukulan dari si pemabuk di bar."
"Lynne, kamu anak yang pintar dan berprestasi, Bapak minta tolong agar kamu bisa berbicara jujur ke Bapak," ujar pria itu seolah ia tak mempercayai Lynne.
"Tapi saya sudah jujur, Pak. Butuh bukti? Saya bisa menbuktikannya," ucap Lynne membela dirinya sendiri.
"Halah mana ada maling ngaku, Pak. Kaya dia, gak mau ngaku," sahut guru BP perempuan yang terkenal dengan juara nge-judge anak muridnya.
"Eh, Buk! Jangan asal ngomong, saya sudah bilang, saya akan membuktikannya. Apa itu kurang buat kalian? Jangan mentang-mentang kalian guru BP punya kekuasaan buat menghukum anak-anak yang melanggar tapi kalian tidak memberikan kesempatan pembuktian ke mereka," tutur Lynne panjang kali lebar.
"Cleona Lynne! Harap bersikap sopan dengan gurumu," ucap gruru BP perempuan itu.
"Apa? Bagaimana saya bisa sopan jika seorang guru saja tidak bisa menjaga tutur bicaranya, bicara seenaknya tanpa mempertimbangkan perasaan lawan bicara, apa itu masuk akal?" ujar Lynne sedikit meninggikan nada suaranya agar terlihat tegas.
Salah satu tangan guru BP perempuan itu melayang dan menampar pipi Lynne. Lynne terdiam karena syok. Sudah dua kali dirinya di tampar. Lynne memegangi pipinya yang panas akibat tamparan dari guru BP itu. Seluruh guru yang ada di ruang BP itu juga ikutan syok saat Bu Naila guru BP yang terkenal dengan omongan pedasnya menampar siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN US
Ficção AdolescenteSebuah rasa sepi yang berkepanjangan membuat hati Lynne mati. Siapakah seseorang yang dapat menghangatkan hati Lynne? Mantan kekasihnya atau orang baru? "Lynne kalau gue ngajak lo balikan lo mau?" . . . "Gue suka sama lo Lynne, mau lo jadi pacar gue...